Tips Mudik Penuh
Berkah (Seri 2)
:: Tips Ketika dalam
Perjalanan ::
Membaca Do’a Ketika Naik Kendaraan
Ketika menaikkan kaki
di atas kendaraan
hendaklah seorang musafir
membaca, “Bismillah, bismillah, bismillah”. Ketika
sudah berada di
atas kendaraan, hendaknya
mengucapkan, “Alhamdulillah”.
Lalu membaca,
“Subhanalladzi sakh-khoro lana hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa inna ilaa robbina lamun qolibuun”
(Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada
Tuhan kami)[18].
Kemudian
mengucapkan, “Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah”. Lalu
mengucapkan, “Allahu akbar,
Allahu akbar, Allahu akbar.”
Setelah itu membaca,
“Subhaanaka inni qod zholamtu nafsii, faghfirlii fa-innahu
laa yaghfirudz dzunuuba illa anta” (Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah menzholimi
diriku sendiri, maka ampunilah aku karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau).[19]
Membaca Do’a dan Dzikir Safar
Jika sudah berada
di atas kendaraan
untuk melakukan perjalanan,
hendaklah mengucapkan, “ Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.”
Setelah
itu membaca,
“Subhanalladzi
sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna lahu
muqrinin. Wa inna ila robbina lamunqolibuun[20]. Allahumma innaa nas’aluka fi
safarinaa hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardho. Allahumma hawwin
‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘anna bu’dahu. Allahumma antash shoohibu fis
safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari
wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi fil maali wal ahli.”
(Mahasuci Allah
yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai
kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya
Allah, sesungguhnya kami memohon kepada -Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai
dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami
jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan,
tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga)[21]
Dalam
perjalanan, hendaknya seorang
musafir membaca dzikir
“subhanallah” ketika melewati
jalan menurun dan “Allahu akbar” ketika melewati jalan mendaki. Dalam Al
Kalim Ath Thoyib dikatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
sahabatnya biasa jika melewati jalan mendaki, mereka bertakbir (mengucapkan
“Allahu Akbar”). Sedangkan apabila melewati jalan menurun, mereka bertasbih
(mengucapkan “Subhanallah”).”[22]
Hendaklah Memperbanyak Do’a Ketika Safar
Hendaklah seorang musafir memperbanyak do’a ketika dalam
perjalanan karena do’a seorang musafir adalah salah satu do’a yang mustajab. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Tiga do’a yang tidak diragukan lagi terkabulnya yaitu do’a
seorang musafir, do’a orang yang terzholimi, dan do’a orang tua kepada
anaknya.”[23]
Membaca Do’a Ketika Mampir di Suatu Tempat
Hendaklah
seorang musafir ketika
mampir di suatu
tempat membaca, “A’udzu
bi kalimaatillahit taammaati min
syarri maa kholaq (Aku berlindung dengan
kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan setiap makhluk).”
Tujuannya agar terhindar
dari berbagai macam
bahaya dan gangguan.
Dari
Khowlah binti Hakim
As Sulamiyah, beliau
mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang singgah di suatu tempat kemudian dia
mengucapkan, ”A’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq (Aku
berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan setiap makhluk)”,
maka tidak ada satu pun yang akan membahayakannya sampai dia pergi dari tempat tersebut.”
[24]
Ketika Kendaraan Tiba-tiba Mogok atau Rusak
Jika kendaraan mogok,
janganlah menjelek-jelekkan syaithan
karena syaithan akan
semakin besar kepala. Namun ucapkanlah
basmalah (bacaan “bismillah”).
Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata, “Aku pernah
diboncengi Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, lalu tunggangan yang
kami naiki tergelincir.
Kemudian aku pun
mengatakan, “ Celakalah syaithan”.
Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyanggah ucapanku
tadi,
“Janganlah engkau ucapkan ‘celakalah syaithan’, karena jika
engkau mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan
pun dengan sombongnya mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan
tetapi, yang tepat ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini,
setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.”[25]
Musafir Ketika Bertemu Waktu Sahur (Menjelang Shubuh)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersafar dan
bertemu dengan waktu sahur, beliau mengucapkan,
“Samma’a saami’un bi hamdillahi wa husni balaa-ihi ‘alainaa.
Robbanaa shohibnaa wa afdhil ‘alainaa aa’idzan billahi minan naar (Semoga ada
yang memperdengarkan pujian kami kepada Allah atas nikmat dan cobaan-Nya yang
baik bagi kami. Wahai Rabb kami, peliharalah kami dan berilah karunia kepada kami
dengan berlindung kepada Allah dari api neraka).”[26]
:: Tips Kembali dari
Safar ::
Pertama, memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga ketika ingin kembali dari safar. Bahkan tidak disukai jika
datang kembali dari
bepergian pada malam
hari tanpa memberitahukan pada
keluarga terlebih dahulu.
Dari Jabir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang untuk
pulang dari bepergian lalu menemui keluarganya pada malam hari.”[27]
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa tidak pulang
dari bepergian lalu menemui keluarganya pada malam hari. Beliau biasanya datang
dari bepergian pada pagi atau sore hari.”[28]
Kedua, berdo’a ketika kembali dari safar
Do’a ketika kembali dari safar sama dengan do’a ketika
hendak pergi safar yaitu mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu
akbar”,
kemudian membaca,
“Subhanalladzi sakhkhoro lana hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa inna ila robbina lamunqolibuun[29].
Allahumma innaa nas’aluka fi safarinaa hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali
ma tardho. Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘anna bu’dahu.
Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni
a’udzubika min wa’tsaa -is safari wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi
fil maali wal ahli. ” (Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan
ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya
hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu
kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah
mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya
Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan,
tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan
keluarga)
Dan ditambahkan membaca,
“Aayibuuna taa-ibuuna ‘aabiduun. Lirobbinaa haamiduun (Kami kembali dengan bertaubat, tetap beribadah
dan selalu memuji Rabb kami).” [30]
Ketiga, melakukan shalat dua raka’at di masjid ketika
tiba dari safar.
Dari Ka’ab, beliau mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika tiba dari safar
pada waktu Dhuha, beliau memasuki masjid kemudian
beliau melaksanakan shalat dua raka’at sebelum beliau
duduk.” [31]
Dari Jabir bin
‘Abdillah, beliau mengatakan,
“Aku pernah bersama
Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam safar.
Tatkala kami tiba di Madinah, beliau mengatakan
padaku,
“Masukilah masjid dan lakukanlah shalat dua raka’at.”[32]
Artikel www.muslim.or.id
Footnote:
[18] QS. Az Zukhruf:
13-14
[19] HR. Ahmad, At
Tirmidzi, dan Abu Daud, dari ‘Ali bin Abi Thalib. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa
hadits ini shahih. Lihat Shahih At Tirmidzi no. 2742
[20] QS. Az Zukhruf:
13-14
[21] HR. Muslim no.
1342, dari ‘Abdullah bin ‘Umar.
[22] Lihat Al Kalim
Ath Thoyyib no. 175. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih.
[23] HR. Ahmad no.
9604. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari
jalur lainnya. Lihat Musnad Al Imam Ahmad bin Hambal, Muassasah Qorthobah, Al
Qohiroh.
[24] HR. Muslim no.
2708
[25] HR. Abu Daud.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Al Kalimu Ath Thoyib
no.
238.
[26] HR. Muslim no.
2718
[27] HR. Bukhari no.
1801
[28] HR. Muslim no. 1928
[29] QS. Az Zukhruf:
13-14
[30] HR. Muslim no.
1342, dari ‘Abdullah bin ‘Umar.
[31] HR. Bukhari no.
3088.
[32] HR. Bukhari no.
3087
Tidak ada komentar:
Posting Komentar