AHLAN WA SAHLAN

Jumat, 20 Januari 2017

Menepis Tuduhan Bahwa Beriman Mengharuskan Melalui Proses Berfikir Merupakan Mendewa – Dewakan Akal, Sekaligus Memperkuat Bahwa Beriman Memang Mengharuskan Proses Berfikir

Menepis Tuduhan Bahwa Beriman Mengharuskan Melalui Proses Berfikir Merupakan Mendewa – Dewakan Akal, Sekaligus Memperkuat Bahwa Beriman Memang Mengharuskan Proses Berfikir



Metode Imam Asy-Syafi’i Dalam Menegakkan Dalil Tentang Wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala

Imam  Asy-Syafi’i  bercerita,”  Telah  berjumpa denganku  tujuh  belas  orang  Dzindiq  di  jalan  menuju Ghazah. Mereka bertanya,”Apa bukti adanya Pencipta? ”.  

Aku  berkata,”Jika  aku  mengemukakan  bukti  yang memuaskan  apakah  kalian  mau  beriman?”. 

Mereka menjawab,”Ya”. 

Aku  katakan,”Daun  pohon  At-Tut, rasanya, warnanya dan baunya sama. Dimakan oleh ulat yang keluar dari perutnya  adalah  benang  sutera. Dimakan  oleh  lebah  yang  keluar  adalah  madu.  Dimakanoleh kambing yang keluar adalah kotoran. Yang dimakan adalah satu jenis maka yang keluar seharusnya juga satu jenis.  Tetapi  perhatikanlah  bagaimana  keadaan  itu berubah,  niscaya  itu  adalah  perbuatan  Pencipta  Alam yang Maha Kuasa untuk merubah semuanya”.

Beliau  juga  berkata, ” Anda  melihat  sebuah benteng  yang  kokoh,  tidak  memiliki  pintu  dan  celah. Anda  melihat  dindingnya  retak,  dan  tiba-tiba  keluarbinatang  yang  bisa  melihat  dan  bersuara. Anda  sadar alam  tidak  akan  mampu  melakukannya  tetapi  Allah Subhanahu  wa  Ta’ala bisa menciptakannya.  Benteng tersebut adalah telur dan binatang tersebut adalah  anak ayam”. [1]


[1] Mufid Al-Ulum, hal. 26 riwayat seperti ini juga dari Ahmad, lihat Aqidah alMuslimin, Al-Baihaqi, 1/124


Tidak ada komentar:

Posting Komentar