Menepis Tuduhan Bahwa
Beriman Mengharuskan Melalui Proses Berfikir Merupakan Mendewa – Dewakan Akal,
Sekaligus Memperkuat Bahwa Beriman Memang Mengharuskan Proses Berfikir
Metode Imam Asy-Syafi’i Dalam Menegakkan Dalil Tentang Wujud
Allah Subhanahu wa Ta’ala
Imam Asy-Syafi’i
bercerita,” Telah berjumpa denganku tujuh
belas orang Dzindiq
di jalan menuju Ghazah. Mereka bertanya,”Apa bukti
adanya Pencipta? ”.
Aku
berkata,”Jika aku mengemukakan
bukti yang memuaskan apakah
kalian mau beriman?”.
Mereka menjawab,”Ya”.
Aku
katakan,”Daun pohon At-Tut, rasanya, warnanya dan baunya sama.
Dimakan oleh ulat yang keluar dari perutnya
adalah benang sutera. Dimakan oleh
lebah yang keluar
adalah madu. Dimakanoleh kambing yang keluar adalah
kotoran. Yang dimakan adalah satu jenis maka yang keluar seharusnya juga satu jenis. Tetapi
perhatikanlah bagaimana keadaan
itu berubah, niscaya itu adalah perbuatan
Pencipta Alam yang Maha Kuasa
untuk merubah semuanya”.
Beliau juga
berkata, ” Anda melihat
sebuah benteng yang kokoh,
tidak memiliki pintu
dan celah. Anda melihat
dindingnya retak, dan
tiba-tiba keluarbinatang yang bisa
melihat dan bersuara. Anda sadar alam
tidak akan mampu
melakukannya tetapi Allah Subhanahu wa
Ta’ala bisa menciptakannya. Benteng tersebut adalah telur dan binatang
tersebut adalah anak ayam”. [1]
[1] Mufid Al-Ulum, hal. 26 riwayat seperti ini juga dari
Ahmad, lihat Aqidah alMuslimin, Al-Baihaqi, 1/124
Tidak ada komentar:
Posting Komentar