AHLAN WA SAHLAN

Sabtu, 04 Februari 2017

PROBLEM EKONOMI MENURUT QUR’AN

PROBLEM EKONOMI MENURUT QUR’AN





Tujuan utama diturunkannya Islam adalah untuk menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia di dunia ini.

Jika manusia menyimpang dari petunjuk Allah, maka kehidupannya di dunia akan sempit, sengsara dan menderita.

Di akherat juga diancam dengan siksa yang sangat berat.

Dalil 1:



“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. Al-Baqarah: 185)


Pemahaman dalil 1:

Petunjuk bagi kehidupan manusia, maknanya adalah Allah ingin menunjukkan mana langkah-langkah manusia yang benar (haq) dan mana yang salah (bathil) dalam hidupnya di dunia.

Dengan kata lain, Islam diturunkan untuk mengatur perbuatan manusia.

Selanjutnya, Ekonomi Islam akan terfokus pada perbuatan manusia yang terkait dengan barang dan jasa.

Dengan demikian, Islam diturunkan tidak untuk mengatur kuantitas barang dan jasa, tetapi kualitas barang dan jasa.


Dalil 2:




124.  Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta (QS. Thaha: 124).


Pemahaman dalil 2:

Berpaling dari peringatanKu, maknanya adalah menyimpang dari petunjuk Islam.

Penghidupan yang sempit, maknanya adalah kesengsaraan hidup di dunia.

Kesengsaraan hidup, termasuk di dalamnya adalah kehidupan ekonomi itu diakibatkan manusia menyimpang dari petunjuk Islam.

Kesengsaraan hidup tidak dikaitkan dengan banyak sedikitnya barang dan jasa yang mampu diproduksi manusia.

Pengaturan perbuatan manusia yang terkait dengan barang dan jasa merupakan masalah yang lebih asasi dibanding masalah produksi.


Dalil 3:




2.    Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

3.    Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.

4.    Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.


Pemahaman dalil 3:

Allah telah memberi petunjuk jalan lurus, maknanya selain petunjuk Allah adalah jalan bengkok atau jalan kesesatan.

Bagi yang mau mengikuti petunjuk disebut manusia bersyukur, yang tidak mau disebut manusia kufur.

Allah telah menyiapkan siksa yang sangat berat di akherat bagi manusia yang tidak mau mengikuti petunjuk tersebut.

Dengan demikian, mengikuti petunjuk bukan merupakan pilihan bebas bagi manusia.

Mengikuti petunjuk merupakan keharusan dan pilihan satu-satunya bagi mereka yang tidak ingin sengsara di dunia dan disiksa di akherat.



Kesimpulan:

Problem ekonomi yang asasi menurut pandangan ekonomi Islam adalah masalah interaksi barang dan jasa di tengah-tengah manusia.

Ekonomi Islam lebih terfokus kepada perbuatan manusianya, bukan terfokus pada kuantitas barang dan jasanya, sebagaimana dalam ekonomi konvensional.

Ekonomi Islam bersifat mengikat terhadap seluruh manusia dan Allah telah menyiapkan siksa bagi yang menyimpang darinya.



diambil dari Karya Ust. Dwi Condro T. P.hd.
Semoga Bermanfaat.. Barakallah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar