AHLAN WA SAHLAN

Kamis, 16 Februari 2017

Yuk Bikin Prioritas Cinta

Yuk Bikin Prioritas Cinta




 Oleh : Luky B Rouf
Creative Writer
Inspirator #YukMoveOn | Pengkader Pendakwah Ideologis
Publishing Manager Al Azhar Press
Kontributor Tabloid Mediua Umat, dakwahremaja.com
Owner D’Walimah Organizer Pernikahan Islami
Chief Operational Officer MoveON Inspiration

Sobat  muslim,  jika  langkahmu  untuk  mengagung-agungkan  V-Day  masih  berlanjut, maka kita ingatkan, STOP. Sudah saatnya kita menyadari biar nggak terperosok lebih jauh terjun  dalam  dunia  kemaksiatan.  V-Day  tidak  lebih  dari  hari  kasih  sayang  palsu  yang dibungkus dengan hawa nafsu.

Dalam  hal  cinta  dan  kasih  sayang,  sebagai  seorang  muslim  kita  harus  bisa  membuat prioritas. Sehingga nggak salah penempatannya. Disangkanya cinta sama pacar itu masuk kategori cinta islamy, padahal jauuhhh banget alias nggak boleh ada dalam Islam. Demikian pula  saking  sayangnya  kita  pada  harta  benda  milik  kita,  sampe  kita  nggak  rela kehilangannya.

Padahal  dalam  Al-Qur’an,  telah  disampaikan  :"Katakanlah:  Jika  bapak-bapakmu,  anakanakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kerabat-kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan  yang  kamu  khawatirkan  kerusakannya,  dan  rumah-rumah  tempat  tinggal  yang  kamu senangi  lebih  kau  cintai  daripada  Allah  dan  Rasul-Nya  serta  jihad  di  jalan-Nya,  maka  tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orangorang yang fasik." (QS. At-Taubah: 24).

Pembahasan  sebelumnya  udah  dijelaskan  panjang  lebar  bahwa  cinta  nggak  musti diwujudkan.  Tapi  kalo  emang  cinta  mau  diwujudkan,  maka  ikuti  tata  aturannya  sesuai Islam.  Sehingga  cinta  yang  kita  wujudkan  benar-benar  cinta  berbalut  ridhlo  Allah.  Bukan cinta liar.

Dalam  beberapa  nash-nash  cinta  itu  disetarakan  dengan  keimanan.  Misalnya,  bagi seorang  mukmin  tidak  dianggap  beriman  sebelum  dia  berhasil  mencintai  saudaranya laksana  dia  mencinta  dirinya  sendiri  (HR  Muslim).  "Perumpamaan  kasih  sayang  dan kelembutan  seorang  mukmin  adalah  laksana  kesatuan  tubuh;  jika  salah  satu  anggota  tubuh  terasa sakit, maka akan merasakan pula tubuh yang lainnya: tidak bisa tidur dan demam."  (Bukhari dan Muslim).

Seorang  Mukmin  memiliki  ikatan  keimanan  sehingga  mereka  menjadi  laksana  saudara (Al-Hujarat:  13),  dan  cinta  yang  meluap  sering  kali  menjadikan  seorang  Mukmin  lebih mendahulukan  saudaranya  daripada  dirinya  sendiri,  sekalipun  mereka  berada  dalam kesusahan (Al-Hasyr: 9).

Berikut  ini  akan  kita  ungkapkan  betapa  para  sahabat  Nabiullah  Muhammad  Saw,  bisa memberikan contoh kepada kita bagaimana memprioritaskan cinta.

Muhammad  bin  Sirin  berkata;  Telah  berbincang-bincang  segolongan  laki-laki  di  masa Umar ra., hingga seakan-akan mereka melebihkan Umar ra. atas Abu Bakar ra., kemudian hal itu sampai kepada Umar bin Khathab, dan ia berkata,  “Demi Allah, satu malam dari Abu Bakar lebih utama daripada keluarga Umar. Rasulullah telah pergi menuju gua Tsur dan Abu Bakar bersamanya. Abu Bakar terkadang berjalan di depan beliau dan terkadang berjalan di belakang beliau. Hingga  hal  itu  membuat  Rasulullah  penasaran,  beliau  pun  berkata;  Wahai  Abu  Bakar!  Kenapa engkau  terkadang  berjalan  di  depanku  dan  terkadang  di  belakangku?  Abu  Bakar  berkata;  Jika  aku ingat orang-orang yang mengejarmu, maka aku berjalan di belakangmu, dan jika aku ingat orangorang  yang  mengintaimu,  maka  aku  berjalan  di  depanmu.  Rasulullah  saw.  bersabda;  Wahai  Abu Bakar! Apakah ada suatu perkara yang lebih engkau sukai menimpamu dan tidak menimpaku? Abu Bakar menjawab; Benar, demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, jika ada suatu perkara yang tidak  menyenangkan,  maka  aku  lebih  suka  hal  itu  menimpaku  dan  tidak  menimpamu.  Ketika keduanya  telah  sampai  di  gua  Tsur,  Abu  Bakar  berkata;  Tunggu  sebentar  di  tempatmu  wahai Rasulullah!, hingga aku membersihkan gua untukmu. Kemudian Abu Bakar pun masuk gua dan ia membersihkan  (dari  segala  hal  yang  akan  menggangu).  Ketika  ia  ada  di  atas  gua,  ia  ingat  belum membersihkan sebuah lubang, kemudian ia  berkata; Wahai Rasulullah, tetap ditempatmu!, aku akan membersihkan  sebuah  lubang.  Maka  ia  pun  masuk  gua  dan  membersihkan  lubang  itu.  Kemudian berkata;  silakan  istirahat  wahai  Rasulullah  saw.,  Maka  Rasul  pun  beristirahat.”  Umar  berkata, “Demi Allah, sungguh malam itu lebih utama dari pada keluarga Umar.”  (HR. Hakim dalam AlMustadrak.)

Tentang  cinta  dan  kasih  sayang  kita  juga  bisa meneladani  Abdullah  bin  Amir.  Dengan harga  sembilan  puluh  ribu  dirham,  beliau  membeli  rumah  milik  Khalid  bin  ‘Uqbah  yang berada  di  dekat  pasar.  Pada  malam  harinya,  Abdullah  mendengar  suara  tangis  keluarga Khalid. Ia pun bertanya, kepada salah satu pelayan rumahnya, “Mengapa mereka menangis?”“Mereka  menangis  karena  mereka  harus  meninggalkan  rumah  yang  telah  tuan  beli  siang  tadi,”jawab si pelayan.

Mendengar  penjelasan  itu,  Abdullah  bin  Amir  berkata,  “Pelayan,  katakan  kepada  mereka bahwa uang harga rumah yang telah mereka terima beserta rumah itu menjadi milik mereka semua.”

Subhanallah,  Abdullah  bin  Amir  bin  Kuraiz  adalah  salah  satu  dermawan  kota  Baghdad yang  telah  memberikan  teladan  kepada  kita,  betapa  rasa  peduli  dengan  nasib  sesama membuatnya  rela  mengeluarkan hartanya.  Sikap yang amat jarang bisa kita temukan saat ini. Kepengen juga kayak beliau.

Rasulullah saw. pun memberikan teladan bagus kepada kita bagaimana mencintai orang lain  dengan  tidak  pandang  bulu.  Siapa  pun  ia,  Rasulullah  memberikan  perhatian, kepedulian, dan tentu cintanya. Ada kisah menarik yang bisa kita simak. Diriwayatkan Abu Hurayrah  (Nailul  Awthar,  4:  90):  “Ada  seorang  perempuan  hitam  yang  pekerjaannya  menyapu masjid.  Pada  suatu  hari,  Nabi  saw.  tidak  menemukan  perempuan  itu.  Nabi  saw.  menanyakan ihwalnya. Para sahabat mengatakan bahwa ia telah mati. Ketika Nabi menegur mereka kenapa tidak diberitahu, para sahabat  mengatakan bahwa perempuan itu hanya orang kecil saja. Kata Nabi saw., “Tunjukkan aku kuburannya.” Di atas kuburan itu Nabi melakukan shalat untuknya.”

Subhanallah,  sungguh mulia  sekali  Nabi  kita.  Ia  memberikan  teladan  yang  amat  bagus bagi hidup kita. Dalam kesehariannya, Rasul sangat menghormati para sahabatnya. Ambil contoh,  suatu  hari  Abdullah  al-Banjaliy  tidak  kebagian  tempat  duduk  saat  menghadiri majlis  Rasulullah. Mengetahui hal  itu,  Rasul lalu  mencopot  gamisnya  dan  mempersilakan sahabatnya  itu  untuk  duduk.  Tapi  Abdullah  al-Banjaliy  tidak  mendudukinya,  malah mencium  baju  Rasulullah  dengan  air  mata  yang  berlinang,  “Ya  Rasulullah,  semoga  Allah memuliakanmu, sebagaimana Anda telah memuliakanku,” komentar Abdullah.

Contoh  kemulian  beliau  Saw,  pun  masih  cukup  panjang.  Adalah  ‘Abdullah  bin  Ubay, tokoh  munafik  yang  telah  lama  dijagokan  oleh kabilah-kabilah  Yahudi  sebagai  pemimpin masa depan kota Madinah, merasa tersingkir, dan harapannya untuk memperoleh tampuk kepemimpinan  di  Madinah  mulai  terkikis.  Oleh  karena  itu,  ketidaksukaannya  terhadap Nabi saw. amat besar. Hanya saja, status sosialnya yang tinggi mencegahnya untuk bersikap frontal. Jadilah ia pelopor bagi kaum munafik. Di depan Rasulullah saw. dia berpura-pura Islam,  tetapi  di  belakangnya  dia  sangat  membenci  beliau.  ‘Abdullah  bin  Ubay  bahkan sampai  pernah  bersumpah,  “Demi  Allah,  apabila  aku  kembali  ke  Madinah,  tentu  orang  yang paling  mulia  (yakni  dia  sendiri-pen.)  akan  segera  mengusir  orang  yang  paling  hina  (yakni Muhammad saw.-pen.).”  (Tafsir Ibn Katsir, jld. IV, hlm. 444).

Ucapan  tersebut,  yang  nyata-nyata  menghina  Nabi  saw.,  kemudian  tersebar  dan didengar  oleh  para  sahabat,  hingga  ‘Umar  bin  al-Khaththab  dan  Usaid  bin  Hudhair meminta  izin  kepada  Rasulullah  saw.  untuk  membunuh  ‘Abdullah  bin  Ubay.  Beliau menenangkan sahabatnya itu seraya berkata, “Apa nanti kata orang-orang bila aku mengizinkan kalian  untuk  membunuhnya.  Mereka  tentu  akan  berkata,  ‘Muhammad  telah  membunuh  sahabatsahabatnya.’”

Ucapan  ‘Abdullah  bin  Ubay  serta  reaksi  para  sahabat  juga  didengar  oleh  anaknya, ‘Abdullah bin ‘Abdullah bin Ubay. Lalu, ia mendatangi Rasulullah saw. dan berkata,  “Wahai Rasulullah,  telah  sampai  kepadaku  (berita)  bahwa  engkau  hendak  membunuh  ‘Abdullah  bin  Ubay karena  pernyataannya  (yang  menghinamu).  Jika  engkau  telah  memutuskan  untuk  melakukannya, lebih  baik  perintahkanlah  aku  untuk  membawa  kepalanya  kepadamu.  Demi  Allah,  orang -orang Khazraj mengetahui bahwa tidak ada seorang anak yang jauh lebih berbakti kepada ayahnya selain diriku. Aku khawatir, engkau malah menyuruh orang lain untuk membunuhnya, lalu aku tidak bisa menahan diri melihat orang tersebut (bebas) berkeliaran hingga aku membunuhnya pula. Sebab, jika begitu, berarti aku akan membunuh seorang Muslim hanya untuk membalas dendan atas kematian seorang kafir. Dengan tindakan tersebut aku pasti masuk neraka. (Ibidem, hlm. 447).

Rasul menjawab,  “Aku tidak akan membunuhnya sekarang. Aku hanya berusaha berbuat baik terhadap dirinya dan bersikap bijaksana selama ia masih berada di tengah-tengah kita.”

Adakah  pemuda Muslim  saat ini  yang  kecintaannya  kepada  Allah  dan  Rasul-Nya jauh melebihi kecintaannya terhadap kesenangan dunia dan pembelaannya terhadap Allah dan Rasul-Nya  melebihi  pembelaannya  terhadap  keluarganya—sebagaimana  ‘Abdullah  putra dari gembong munafik?

Adakalanya  kita  sulit  menentukan  pilihan,  bahkan  sekadar  membuat  urutan  prioritas sekali pun. Bener, kita kadang bingung kalo disodorkan berbagai pilihan yang kudu diambil salah satu. Apalagi semua pilihan itu memikat. Rasanya sayang kalo sampe nggak diambil. Tapi, dalam kondisi tertentu kita dituntut untuk bisa menentukan prioritas cinta kita. Untuk apa dan kepada siapa. Siap kan?

Dari semua cinta yang kita miliki, pastikan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menempati daftar  utama  dalam  kehidupan  kita.  Yang  lainnya;  cinta  harta,  kendaraan,  jabatan,  status sosial,  tempat  tinggal,  perusahaan,  barang  dagangan,  bahkan  cinta  kita  kepada  keluarga, dan  suami  atau  istri  (bagi  yang  udah  punya  he..he..)  harus  rela  untuk  ‘dikesampingkan’. Allah  Swt.  berfirman:  “Katakanlah:  "Jika  bapak-bapak,  anak-anak,  saudara-saudara,  isteri-isteri, kaum  keluargamu,  harta  kekayaan  yang  kamu  usahakan,  perniagaan  yang  kamu  khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (At-Taubah: 24)

Untuk masalah ini, Rasulullah pantas dan layak menjadi teladan kita. Maka jangan heran jika Aisyah ra. bercerita tentang Rasulullah saw. setelah didesak oleh Abdullah bin Umar. Apa  yang  diceritakan  Ummul  Mukminin?  Beliau  menceritakan  sepotong  kisah  bersama Rasulullah saw. (Tafsir Ibnu Katsir, I: 1441): “Pada suatu malam, ketika dia tidur bersamaku dan kulitnya sudah bersentuhan dengan kulitku, dia berkata, “Ya, Aisyah, izinkan aku beribadah kepada Rabbku.” Aku berkata, “Aku sesungguhnya senang merapat denganmu, tetapi aku senang melihatmu beribadah kepada Rabbmu.”Dia bangkit mengambil gharaba air, lalu berwudhu. Ketika berdiri shalat, kudengar dia terisak-isak menangis. Kemudian dia duduk membaca al-Quran, juga sambil menangis sehingga  air  matanya  membasahi  janggutnya,  ketika  dia  berbaring,  air  matanya  mengalir  lewat pipinya mambasahi bumi di bawahnya. Pada waktu fajar, Bilal datang dan masih melihat Nabi saw. menangis,”Mengapa Anda menangis, padahal Allah ampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang kemudian?”  tanya  Bilal.  “Bukankah  aku  belum  menjadi  hamba  yang  bersyukur.  Aku  menangis karena malam tadi turun ayat Ali Imran 190-191. Celakalah orang yang membaca ayat ini dan tidak memikirkannya.”

Memang,  adakalanya  kita  sulit  banget  menentukan  pilihan  utama  di  antara  sekian pilihan yang semuanya bagus bagi kita. Tapi, di sinilah jiwa berkorban kita diuji. Apakah kita lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya, atau memilih mencintai yang lain?

Sobat muslim, para sahabat Rasulullah juga memberikan teladan bagus buat kita. Khalid bin  Walid  salah  satunya,  beliau  sampe  berkomentar  begini,  “Malam  yang  dingin  saat memimpin  pasukan  dalam  sebuah  ekspedisi  untuk  menghancurkan  musuh-musuh  Allah,  lebih  aku sukai ketimbang mendapatkan seorang bayi laki-laki yang baru lahir.” Subhanallah, Allahu Akbar, bukankah itu pelajaran yang amat berharga bagi kita tentang prioritas cinta?

Di  Jalur  Gaza,  saat  tulisan  ini  dibuat,  Sabtu,  28  Desember  2008  M,  entitas  Yahudi membombardir  sejumlah  kawasan  di  Jalur  Gaza  dengan  pesawat-pesawat  tempurnya secara  brutal  secara  terus-menerus  dan  kadangkala  secara  sporadis.  Warga  Gaza menghadapi  serangan  itu  hanya  dengan  dada-dada  mereka,  dengan  sikap  kepahlawanan yang  sulit  dicari  tandingannya.  Mereka  ’menyabung  nyawa’  mereka  dengan  senang  hati; ada  yang  menjadi  syahid,  sementara  ratusan  lainnya  terluka.  Itulah  gambaran  para pemuda-pemudi  yang  lebih  memilih  cinta  kepada  Allah  dan  Rasul-Nya  dengan mengobarkan semangat jihad perlawan terhadap Israel, sang musuh Allah.

Di Uzbekistan, saudara kita, para pengemban dakwah di sana, lebih memilih berhadapan dengan  diktator  Islam  Karimov,  ketimbang  ‘serah  bongkokan’  alias  mengalah  kepada pemimpin  jahat  dan  bengis  itu.  Banyak  para  pengemban  dakwah  yang  kebanyakan  para pemuda dikejar, ditangkap, dipenjara, dan tak sedikit yang kemudian dibunuh. Penjaranya nggak tanggung-tanggung, sobat. Penjara itu berada di suatu pulau di tengah laut Aral.

Sobat  muslim,  jika  kita  harus  memilih  cinta,  pilihlah  yang  utama,  yakni  cinta  kepada Allah dan Rasul-Nya. Boleh kok kita mencintai yang lainnya, asal jangan melupakan Allah dan  Rasul-Nya.  Yuk,  mulai  sekarang  kita  belajar  untuk  mencintai  Allah,  Rasul-Nya,  dan Islam dengan sepenuh hati kita. Insya Allah kita bisa kok. Yakin deh.

Sebagai  penutup  sekaligus  renungan  bagi  para  pemuja  V-Day  dan  pelaku  pacaran, dalam  sebagian  riwayat  hadits  Samurah  bin  Jundab  yang  disebutkan  di  dalam  Shahih Bukhari,  bahwa  Nabi  Saw.  bersabda:  “Semalam  aku  bermimpi  didatangi  dua  orang.  Lalu keduanya membawaku keluar, maka aku pun pergi bersama mereka, hingga tiba di sebuah bangunan yang  menyerupai  tungku  api,  bagian  atas  sempit  dan  bagian  bawahnya  luas.  Di  bawahnya dinyalakan api. Di dalam tungku itu ada orang-orang (yang terdiri dari) laki-laki dan wanita yang telanjang.  Jika  api  dinyalakan,  maka  mereka  naik  ke  atas  hingga  hampir  mereka  keluar.  Jika  api dipadamkan,  mereka  kembali  masuk  ke  dalam  tungku.  Aku  bertanya:  ‘Siapakah  mereka  itu?’ Keduanya menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang berzina.” Ih, naudzubillahi min dzalik.




Barakallah.. Semoga Bermanfaat..

klik: lukyrouf.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar