V-Day, Dari Budaya
Sampe Ideologi
Oleh : Ustadz Luky B
Rouf
•Creative Writer
•Inspirator #YukMoveOn | Pengkader Pendakwah Ideologis
•Publishing Manager Al Azhar Press
•Kontributor Tabloid Mediua Umat, dakwahremaja.com
•Owner D’Walimah Organizer Pernikahan Islami
Di era global seperti sekarang
ini, dunia sering diibaratkan global
village alias sebuah desa
global. Saking mudah
terjangkaunya akses komunikasi,
transportasi tentunya. Berangkat dari
situ, maka layak
banget kalo kemudian
mulai dari cara
dandan, cara berjalan, cara
makan, cara tidur
orang Barat nun
jauh disana, bisa
tertransfer dengan gampang ke
negeri kita. Makanya ketika ngobrolin globalisasi, ada effect negative dan ada effect positifnya.
Nah, orang sering
bilang “kita ambil
positifnya aja”. Persoalannya
apa yang ditransfer Barat bukan cuma cara dan gaya tapi juga persoalan
‘nilai’. Sehingga dalam standar ‘positif-negatif’ pun, kita sudah tertular cara
Barat menilai hal positif-negatif. Alias cara ukur kita terhadap suatu
perbuatan itu baik atau buruk, sama dengan Barat mengukur baik-buruk,
terpuji-tercela, dst.
Wajar banget kalo
kemudian disini, perempuan
goyang ngebor, ngesot,
patah-patah, kudu dianggap biasa,
karena itu katanya
bagian dari ekspresi,
seni, bahkan dikaitkan sebagai mata pencaharian, bo’.
Demikian pula wajib dianggap lumrah juga, kalo ada artis selingkuh, wakil
rakyat punya WIL,
sementara seseorang yang
bener-benar nikah secara syah,
malah harus dipersoalkan.
Itu semua (kalo
pinjam istilah pak
Amin Rais) akibat westoxitation alias peracunan barat,
melalui paham yang disebut sekularisme.
Dan bukan nggak
mungkin, kalo V-Day
dikatakan terkait dengan
agenda Baratisasi khususnya liberalisme
yang menuju pada
kehidupan permisive. Bisa
sangat kentara liberalnya, kalo
kita mencoba berpikir
kompleksitas masalah V-Day.
Artinya V-Day tidak berdiri
sendiri sebagai sebuah
perayaan. Melainkan dia
bagian dari peradaban
sebuah kaum, bangsa atau agama tertentu.
Oke, mau nggak mau kita kudu mengupas apa yang dimaksud dengan peradaban. Di Barat
menyebut istilah peradaban dengan
civilization; di ambil dari kata
civilis, yang artinyamemiliki
kewarganegaraan. Istilah ini menurut Samuel Hutington dalam bukunya Clash of Civilization, tidak
terlepas dari upaya
Barat menemukan jati
diri sebagai negara
sekular, dengan apa yang mereka sebut dengan massa renaissance.
Kita coba bandingkan dengan pendapat An-Nabhani dalam bukunya Nizhâm al-Islâm. Menurut An-Nabhani,
peradaban (arab: hadhârah) adalah sekumpulan persepsi atau pemahaman yang membangun
perilaku seseorang atau
suatu bangsa dalam
mengarungi kehidupan. Masih menurut An-Nabhani, beliau merekatkan
pembahasan hadlarah dengan satu bahasan
yakni madaniyah. Karena menurut
beliau, kerancuan bahasan
antara keduan ya (hadlarah
dan madaniyah) inilah yang menyebabkan orang misunderstanding terhadap Islam. Gara-gara ini sering ada yang
bilang Islam nggak modern, Islam nggak bisa kompromi dengan Barat, dan seterusnya. Padahal
ada perbedaan yang
mendasar antara hadlarah
dan madaniyah. Madaniyah adalah
bentuk-bentuk fisik dari
benda-benda yang terindera
yang biasa dipake
dalamberbagai aspek kehidupan. Bentuk-bentuk fisik dari benda ini,
adakalanya yang dihasilkan oleh sebuah
hadlarah atau peradaban
non Islam, misalnya
salib, baju biksu,
patung, dll. Adakalanya benda
itu memang dihasilkan
oleh orang Barat,
tapi benda tersebut lebih merupakan hasil dari kemajuan
teknologi, contohnya komputer, handphone, sepeda motor,
de el el.
Sehingga kita nggak boleh latah atawa rancu menilai
masing-masing benda yang sering kita
manfaatkan dalam kehidupan
kita. Mungkin kalo
ada yang mencap
Islam nggak modern, karena
dipikirnya Islam nggak
mau menerima konsep
demokrasi, HAM, pluralisme.
Padahal ajaran-ajaran itu jelas-jelas berupa
hadlarah alias ide yang berasal
dari peradaban suatu bangsa atau kaum (Barat). Demikian pula kalo ada yang
menyindir Islam itu hipokrit alias munafik, nggak mau menerima demokrasi dari
Barat, tapi barang-barang dari orang Barat dipake orang Islam juga, seperti
laptop, televisi. Kita kasih tahu ya, bahwa benda-benda yang
disebutin tadi, meski
berasal dari Barat,
tapi benda tersebut
nggak terasuki oleh hadlarah
Barat, karena benda
tersebut dihasilkan oleh
kemajuan sains dan teknologi. Gitchu..
Sobat muslim, disinilah Muhammad Husein Abdullah dalam
bukunya Mafahim Islam, membedakan antara
madaniyah khusus dan
madaniyah umum. Apaan
tuh? Diawal tadi sudah
disinggung kalo madaniyah
adalah bentuk-bentuk fisik
dari benda yang
sering kita manfaatkan dalam
kehidupan. Kalo madaniyah
khusus, itu artinya
benda-benda tersebut sudah dimasuki
atau merupakan hasil
atau dimiliki oleh
peradaban kaum tertentu, contohnya salib
yang merupakan madaniyah
orang Kristen. Sementara
kalo madaniyahumum, berarti
benda-benda umum yang murni dihasilkan dari kecanggihan teknologi dan nggak
jadi ‘hak milik’ dari hadlarah kaum atau bangsa tertentu.
Ngomong-ngomong
soal peradaban, para
sejarawan dan sosiolog
sering membagi dunia ke
dalam dua kubu
besar, yaitu peradaban
Barat dan peradaban
Timur. Keduanya memiliki
pandangan hidup masing-masing yang khas yang berbeda satu dengan yang lain, bahkan
bertentangan secara diametral. Peradaban Barat yang dibangun pada akhir abad XV
M dengan
bergulirnya renaissance, humanisme,
dan reformasi gereja,
tegak diatas prinsip sekularisme. Prinsip
inilah yang menjadi
persepsi atau pandangan
yang khas bagi masyarakat Barat yang diwujudkan dalam
berbagai segmen aktivitas kehidupan. Persepsi inilah yang akan membangun
peradaban yang khas yang berbeda dengan peradaban Timur (salah satunya
peradaban Islam).
Sedangkan
menurut Hafidz Abdurahman
dalam buku Diskursus
Islam, Politik dan Spiritual, beliau menjelaskan bahwa Islam
merupakan suatu ajaran yang mencakup konsep spiritual dan
politik (siyasiyah) dimana
Islam memiliki persepsi
yang khas tentang kehidupan, yaitu
bahwa segmen kehidupan
publik nggak bisa
dipisahkan dari ajaran agama. Sehingga aspek politik,
ekonomi, pemerintahan, pergaulan, hubungan luar negeri, dsb. diatur oleh wahyu
Allah SWT (Syariat Islam), dan tidak diizinkan bagi manusia untuk membuat sistem
kehidupan dengan tidak
dilandasi oleh wahyu.
Pandangan inilah yang membentuk peradaban khas, yaitu
peradaban Islam.
Dari segi sumber antara peradaban Islam dan Barat sudah
jelas bertolak belakang. Oleh karena
itulah, pantas banget
kalo Islam memang
nggak bisa disandingkan
dengan Barat dari segi pandangan
hidup (akidah, way of life). Upaya untuk mempertemukan keduanya hanya akan
menghasilkan kesia-siaan, jika
toh keduanya ‘berhasil’
dikawinkan, maka selamanya akan
terjadi pertentangan, dan kalo pun terjadi kompromi, Islam lah yang harus mengalah.
Mengutip dari tesis Huntington, bahwa orang-orang dari
peradaban yang berbeda akan memiliki
perbedaan mendasar dalam
hal hubungan antara
Tuhan dengan manusia, individu dengan masyarakat, negara
dengan rakyatnya, anak dengan orang tuanya, suami dengan istri, sebagaimana
juga perbedaan persepsi tentang hak dan kewajiban, kebebasan dan otoritas.
Prinsip atau asas
sekularisme yang diajarkan
Barat, jelas bertolak
belakang dengan prinsip Islam
yang justu menyatukan
antara ajaran agama
dengan kehidupan. Karena Islam
ketika dipelajari bersifat amaliah alias
untuk diterapkan bukan sekedar ilmiah atau kepuasan intelektual aja.
Perbedaan secara diametral
antara peradaban Barat
dengan Islam inilah
yang bisa mencuat menjadi suatu
konflik antarperadaban di dalam masyarakat internasional. Dengan demikian, benturan
peradaban hakikatnya adalah
benturan yang terjadi
antara sejumlah pemikiran dan
atau ideologi yang berbeda atau bertolak belakang.
Nah disinilah menjadi
sebuah keniscayaan terjadinya
perang peradaban, yang
orang biasanya sering menyebut
perang pemikiran (ghazwul
fikri) dan perang
budaya (ghazwul tsaqofi) antara
Barat Vs Islam.
Pas banget kemudian Barat
menjadikan V-Day sebagai
alat serang, untuk memasukkan (kalo tidak bisa dikatakan memaksa)
budaya, tsaqofah, perilaku Barat ke negeri-negeri kaum muslim.
So, gaya hidup konsumtif,
materialis, liberalis, hedonis,
dan kepermisifan nilai-nilai seksual, yang lazim ditemukan
dalam perayaan V-Day merupakan
konsekuensi logis dari peradaban sekularisme Barat. Nilai-nilai kayak gitu
jelas nggak dikenal dalam ajaran Islam yang menjunjung tinggi prinsip taqwallah
dan berlandaskan pada al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai rujukan nilai yang
mendasar.
V-Day muncul di
tengah-tengah sebuah negeri
yang saat itu
dijadikan sebagai pusat peradaban oleh
bangsa-bangsa lain. Perayaan
festival Lupercalia misalnya,
adalah sebuah kebiasaan atawa
adat yang berkembang
disana, yang dia
itu muncul sebagai
salah satu cerminan dari
peradaban Romawi.
Di sisi lain
disadari atau tidak,
aneka happening V-Day
yang marak pada
tanggal 14 Febuari, sebenarnya
adalah sebuah bentuk produk penjajahan Barat. Sekali lagi Penjajahan Barat. Ya,
Barat bukan aja berhasil menjajah umat muslim secara politik dan ekonomi, tapi juga
secara budaya. Buktinya, apa yang lagi tren di Barat selalu di-copy-paste begitu aja oleh anak-anak kaum muslimin.
Padahal mereka juga, nggak banyak yang ngeh ama sejarah VDay, bahkan
kalo mereka dibilangi
V-Day bertentangan dengan
Islam, malah justru Islamnya yang dikalahkan, V-Day yang
dibela mati-matian. Huuh dasar !
Yang nggak kalah
gawatnya, bahwa penjajahan Barat di
bidang budaya ini udah
bikin bopeng wajah pergaulan remaja kita. Di kalangan muda, pacaran udah
dianggap ‘rukun’-nya jadi anak muda. Bukan sekadar pacaran, tapi aktivitas
dalam pacaran yang mendekati zina juga udah dianggap lumrah. “Kayak nggak
pernah muda aja,” geto kata mereka.
Sobat tahu nggak,
akhirnya penjajahan Barat
merangsek juga ke
bidang yang lain, khususnya ekonomi. Liat aja aneka
merchandise V-Day berupa greeting card, coklat, bunga, boneka tedy bear, de es
be. menjadi barang wajib yang musti diberikan kepada orang yang katanya
dikasihi. Siapa yang diuntungkan dari moment itu? Udah pasti para kapital alias pengusaha, coz produk-produk
tadi tentu aja diproduksi nggak sebiji, dua biji, tapi berjutajuta sesuai
dengan peminat dan penikmat V-Day.
Di Amerika, kartu
Valentine pertama yang
diproduksi secara massal
dicetak setelah tahun 1847 oleh
Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki
sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland mendapat ilham untuk
memproduksi kartu di
Amerika dari sebuah
kartu Valentine Inggris
yang ia terima. Upayanya ini
kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga kini.
Sejak tahun 2001,
The Greeting Card
Association (Asosiasi Kartu
Ucapan AS) tiap
tahun mengeluarkan
penghargaan "Esther Howland
Award for a
Greeting Card Visionary" kepada perusahaan pencetak kartu terbaik.
Sejak Howland memproduksi kartu ucapan Happy Valentine di
Amerika, produksi kartu dibuat secara massal di seluruh dunia. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia, sekitar
satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Ini adalah hari raya terbesar
kedua setelah Natal
dan Tahun Baru
(Merry Christmast and
The Happy New Year).
Asosiasi yang sama
juga memperkirakan bahwa
para perempuanlah yang
membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Mulai pada paruh
kedua abad ke-20,
tradisi bertukaran kartu
di Amerika mengalami sedikit perubahan.
Kartu ucapan yang
tadinya memegang titik
sentral, sekarang hanya sebagai
komplement dari hadiah
yang lebih besar.
Hal ini sering
dilakukan pria kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya bisa berupa bunga mawar dan coklat. Bahkan
mulai tahun 1980-an, industri berlian juga mengambil kesempatan hari valentine
untuk mempromosikan produknya, sebagai perhiasan kepada perempuan pilihan.
Sobat muslim, dengan melihat banyaknya pernak-pernik
V-Day yang sengaja diproduksi dan ternyata
juga membuat ngiler
para pemuja V-Day,
maka kentara banget
budaya materialisme, hedonisme udah lengket pada perayaan V-Day. Kalo
gitu mana dong, ‘nilai kasih
sayang’ yang katanya
merupakan ciri khas
dari V-Day? Apa
kasih sayang identik dengan kado? Apa selama ini ngerayain
V-Day karena tertarik ama hadiahnya? Jadi apakah inti dari V-Day adalah materi?
Jawab! Jawab wahai pemuja V-Day !
Ok guyz, udah
waktunya deh buka
perasaan dan pikiran
kamu, bahwa ada
agenda terselubung yang berbahaya di balik perayaan V-Day. Hari berkasih
sayang udah dijadikan kuda tunggangan untuk mengimpor budaya bejat Barat yang
sok moralis nan matre. Dan budaya
ini membuat remaja
kita, klepek-klepek diterpanya.
Mereka nggak bisa
berpikir secara jernih lagi,
para remaja dan
pemuda muslim yang
awam dari agamanya,
terus dimanjakan dengan perayaan-perayaan seperti ini.
Kasih sayang yang
sebenarnya karunia Allah dinodai
dengan aktivitas pacaran sampai hubungan bebas
yang kebablasan. Di
negara-negara Barat, selebrasi
V-Day emang nggak lepas dari seks pranikah. Maka di
Inggris, pekan Valentine dijadikan bagian dari kampanye penggunaan alat kontrasepsi; kondom.
Karena begitu tingginya
aktivitas seks pranikah pada saat itu. Tapi supaya tetep
terkesan romantis, di’bungkus’lah oleh coklat dan setangkai mawar.
Di Amerika Serikat
dan beberapa negara
Barat, menjadikan V-Day
sebagai prolog bagi sebuah kencan dari suatu hubungan yang
serius. Ini karena memang V-Day pada awalnya didedikasikan buat
ajang kenalan cowok-cewek.
Kalo cocok bisa
dilanjutkan dengan ngedate mulai dari makan bareng, sampe dengan
bobok bareng alias zina.
Masih di Barat
juga, di berbagai
hotel diselenggarakan aneka
lomba dan acara
yang berakhir di masing-masing kamar yang diisi sepasang manusia
berlainan jenis. Belum lagi party-party
yang lebih bersifat
tertutup dan menjijikan,
persis persepsi mereka
tentang perayaan Lupercalia di jaman Romawi Kuno. Ironis memang !
Trus, bagaimana Hari Valentine di negara-negara non-Barat?
Di Jepang, Hari Valentine sudah muncul berkat marketing besar-besaran, sebagai
hari di mana para wanita memberi para
pria yang mereka
senangi permen cokelat.
Namun hal ini
tidaklah dilakukan secara sukarela melainkan
menjadi sebuah kewajiban,
terutama bagi mereka
yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat
kepada para teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya
besar. Cokelat ini
disebut sebagai Giri-choko, dari
kata giri (kewajiban)
dan choco (cokelat). Lalu berkat
usaha marketing lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut “Hari Putih” (White
Day) muncul. Yang biasanya dirayakan tiap tanggal 14 Maret. Pada hari itu, pria yang
sudah mendapat cokelat
pada hari Valentine
diharapkan memberi balasan sesuatu kembali.
Di Taiwan, sebagai
tambahan dari Hari
Valentine dan Hari
Putih, masih ada
satu hari raya lainnya yang mirip
dengan kedua hari raya ini ditilik dari fungsinya. Namanya adalah “Hari Raya
Anak Perempuan” (Qi Xi). Hari ini diadakan pada hari ke-7, bulan ke-7 menurut tarikh
kalender kamariyah Tionghoa.
Oke bro, nyadar dong,
bahwa kita tuh udah kelamaan dijajah oleh musuh-musuh Islam. Benteng kita
udah dijebol luar
dan dalem. Saatnya
bangkit melawan penjajahan
budaya Barat. Ngaji deh yang semangat. Pelajari Islam dengan benar,
yakini bahwa Islam itu sistem kehidupan
yang benar, ideologi
yang keren dan
nggak ada yang
sekeren Islam. Buktikan kalo ada yang lain. Sebab, kata Nabi
saw.: “Islam itu tinggi dan tak ada yang setinggi Islam.”
Apa yang dikerjakan oleh banyak orang belum tentu kebenaran.
Karena kebenaran tidak ditampakkan oleh banyaknya pengikut, tapi sumber
kedatangannya. Meski sekarang orang yang menentang V-Day dan memperjuangkan
syariat Islam nggak sebanyak kalangan pro Barat, tapi
kebenaran itu ada
pada mereka. Karena kebenaran
itu datang dari
Allah (alQuran) dan
RasulNya (as-Sunnah). Yang namanya
jalan kebenaran tidak
akan pernah memberikan kita
kesesatan. Tul nggak?
Aku meninggalkan
untuk kalian dua perkara dan kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada
keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. (HR al-Hakim).
Semoga Bermanfaat.. Barakallah..
klik:
lukyrouf.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar