AHLAN WA SAHLAN

Selasa, 14 Februari 2017

V-Day, atas nama cinta?

V-Day, atas nama cinta?




Oleh :  Luky B Rouf
Creative Writer
Inspirator #YukMoveOn | Pengkader Pendakwah Ideologis
Publishing Manager Al Azhar Press
Kontributor Tabloid Mediua Umat, dakwahremaja.com
Owner D’Walimah Organizer Pernikahan Islami
Chief Operational Officer MoveON Inspiration

Cinta  adalah  perasaan.  Dengannya  seorang  anak  manusia  mulai  mengenal  lawan jenisnya, yang terbayang adalah keindahan, kegembiraan dan beribu rasa kemanisan yang lain. Tidak hanya yang muda, tapi orang tua pun tidak luput merasakannya, bahkan anak se usia kanak-kanak pun mulai mengerti apa itu cinta. Berbicara cinta seakan tiada batas, siang dan  malam  rasanya  nggak  cukup  untuk  menampung  obrolan  tentang  cinta.  Aktivitas kehidupan  terasa  berirama  karena  cinta,  perjalanan  kehidupan  jadi  lebih  pendek  karena cinta, kelembutan, kesopanan diakibatkan ada rasa cinta.

Apakah  selamanya  cinta  itu  indah?  Tidakkah  kita  juga  sering  mendengar  orang  putus cinta? Bukankah ada juga orang patah hati karena dirundung cinta? Bagaimana dan seperti apa cinta itu? Sampai-sampai harus diagungkan dan diskralkan dalam lagu, puisi, pantun dsb.  Sepertinya  memang  tidak  ada  definisi  baku  tentang  abstraksi  cinta,  begitu  indah dibayang, namun kadang menyakitkan untuk dikenang.

Yang  bisa  kita  tangkap di  permukaan  adalah  pengejawantahan  dari  cinta.  Banyak  kata atau  kalimat  untuk  mengungkapkan  cinta,  tapi  hasilnya  satu  adalah  perasaan.  Karena bentuknya  yang  abstrak,  maka  cinta  bisa  kita  indera  lewat  tingkah  laku  seseorang  yang sedang jatuh cinta, putus cinta, dilanda cinta, merana cinta, berduka cinta, dsb.

Manusia merupakan mahluk yang memiliki cinta itu. Hiruk pikuknya manusia di dunia adakalanya  dilandasi  atau  didasari  oleh  rasa  cinta.  Manusia  akan  mencintai  dan  dicintai. Dalam  faktanya,  nggak sedikit  manusia, atas nama  cinta,  malah  menimbulkan  kerusakan, bukan  hanya  kerusakan  bagi  dirinya,  tapi  juga  bagi  orang  lain,  masyarakat,  lingkungan bahkan negara. Berikut ini akan di diskripsikan ulah tingkah manusia yang sering mengatas namakan cinta. Dari sini nantinya, kita akan bisa mengerti siapa yang berhak dituduh dan didudukkan sebagai terdakwa apakah cinta atau orang yang mengatasnamakan cinta.

Di antara kita kadang suka ngomong istilah cinta putih, cinta sejati, cinta murni. Meski tentu  saja  dengan  beragam  pengertian  pula.  Banyak  yang  bilang,  cinta  itu  ibarat  warna putih. Mungkin karena ingin menjelaskan kalau cinta itu suci. Maka suka meluncur istilah begitu  dari  mulut  remaja  kalau  lagi  merayu  pasangannya.  Sebagai  tanda  cintanya  yang amat dalam. Tapi aneh, istilah itu tidak match dengan praktiknya. Seringkali malah berubah menjadi cinta murahan, bahkan sampah.

Cinta kamu kepada sebagian teman kamu yang lagi kesusahan karena ketiban musibahbanjir misalnya, itu adalah cinta yang mulia. Bahkan, sebenarnya, cinta kita kepada Allah dan  rasul-Nya  jauh  lebih  bernilai  ketimbang  cinta  kepada  yang  lain.

 Diriwayatkan  dari Anas bin Malik r.a.
“Seorang  lelaki  yang  berasal  dari  pedalaman  bertanya  kepada  Rasulullah  saw.:  Bilakah  berlakunya Kiamat?  Rasulullah  saw.  bersabda:  Apakah  persediaan  kamu  untuk  menghadapinya?  Lelaki  itu menjawab: Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah saw. bersabda: Kamu akan tetap bersama orang yang kamu cintai” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebenarnya “Cinta putih” kita adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Bukan kepada yang lain. Trus bagaimana dengan rasa cinta kita kepada lawan jenis, tapi karena Allah dan Rasul-Nya?  Itu  bagus.  Artinya,  mencintai  seseorang  karena  dorongan  cinta  kepada  Allah dan Rasul-Nya. Sehingga cinta yang suci itu jangan dinodai dengan perbuatan yang haram. Jangan diracuni dengan aktivitas yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Seperti pacaran, gaul  bebas,  atau  mengekspresikannya  dengan  aktivitas  yang  bertentangan  dengan  Islam, berupa V-Day.

Kegiatan rutin tahunan V-Day sudah kepalang dinobatkan sebagai hari kasih sayang di seluruh dunia. Termasuk kita jadi latah ikut heboh setiap tanggal 14 Pebruari. Padahal VDay ternyata punya latar belakang peristiwa yang bukan berasal dari Islam.

Yup,  kita  emang  harus  mengingatkan  kepada  semua  orang,  terutama  kaum  muslim tentang  bahayanya  perayaan  yang  satu  ini.  Karena  V-Day  ibarat  racun  berlumur  madu. Kelihatan manis tapi sebetulnya berkadar racun tingkat tinggi bin  berbahaya. Apalagi kalo dibungkus dengan embel-embel cinta. Duh...mana ada yang tahan untuk mencicipinya?

Gimana nggak pengin mencicipi, kalo V-Day sering diidentikkan sebagai perayaan cinta atau  hari  kasih  sayang?  Semua  orang  mah,  kalo  dikasihani,  dicintai,  disayangi  pada keroyokan pengin menyambutnya. Tanpa pernah berpikir kalo kasih sayang wal cinta itu udah dibungkus rapi dengan harapan semua orang nggak pernah tahu mana yang original cinta, mana yang nafsu. Kalo udah gitu, berarti V-Day udah berhasil membius semua orang, termasuk kita yang muslim hilang ‘kewarasannya’ memaknai cinta. Antara cinta dan nafsu jadi  bias.  Bahkan  cinta  yang  bisa  diungkapkan  dengan  bahasa  verbal  berubah  menjadi bahasa tubuh. Sehingga kata “I lov u” udah ditafsirkan “aku pengin  kamu” alias “I wanna seks with u”. Wach, celaka dua belas neh.

Begitulah kira-kira diskripsi singkat V-Day, yang memang biasanya dibungkus kata cinta. Cinta emang universal, semua orang boleh mencinta dan dicintai siapa aja. Tapi kalo kita udah bicara V-Day udah beda banget. V-Day nggak selalu berbanding lurus dengan kasih sayang. Apalagi di pembahasan sebelumnya udah dijelaskan secara gamblang kalo V-Day merupakan cara ibadah umat tertentu.

Belum lagi kalo kita coba tengok, perayaan V-Day di Barat. Sudah bisa dipastikan ucapan kasih sayang diucapkan oleh seorang kekasih kepada pasangannya. Dan bukan rahasia lagi kalo kehidupan Barat identik dengan seks bebas. Gambaran sepelenya bisa dilihat di filmfilm  Barat.  Cowok  dan  cewek  bergaul  bareng  tidak  kenal  batas.  Persis  dengan  apa  yang diajarkan  oleh  James  Van  Der  Beek  dan  kawan-kawannya  dalam  serial  Dawson’s  Creek. Atau  gaya  gaul  model  KNPI  alias  Kissing,  Necking,  Petting  dan  Intercourse,  seperti pergaulan amburadul (seks dan kokain) yang sering digambarkan oleh Shannon Doherty, Tiffani  “Valerie”  Amber-Thiesen,  Luke  “Dylan  McKay”  Perry,  Brian  “David”  Austin  dan Jason “Brandon” Prestley dan kawan-kawannya dalam serial Beverly Hills 90210.

Sobat,  kamu  mungkin  mengelak  dan  bilang  “ah  itu  khan  di  Barat,  di  Indonesia  nggak mungkin kayak gitu”. Siapa bilang nggak mungkin? Kamu, saya atau kita semua nggak ada yang  berani  menjamin  kalo  di  kehidupan  serba  permisif  seperti  sekarang  ini,  orang  bisa nggak terjerumus pergaulan bebas. Kamu mungkin menyela “ah itu khan juga tergantung orangnya”. Ya, bisa jadi begitu, tapi bisa jadi nggak. Lho koq?

Guys,  nggak  bisa  dipungkiri  kalo  perayaan  selalu  dipengaruhi  oleh  cara  pandang seseorang terhadap kehidupan. Kalo sebagian remaja memandang bahwa hidup ini adalah sebagai  ajang  hura-hura  dan  foya-foya,  maka  perayaan  V-Day  pun  nggak  jauh-jauh  amat dengan sikap hidup hedonis, materialis dan liberalis. Nggak ada yang namanya halal dan haram.  Lha  wong  agamanya  ditinggalin  di  masjid  koq.  Agama  nggak  boleh  ikut  campur urusan anak muda. Dianggapnya agama seperti orang tua jompo, nggak perlu lagi ngurusin hiruk pikuk kehidupan, kalo lagi butuh aja, agama disamperin. Kayak waktu sholat, dzikir atau  pas  lagi  kena  masalah,  baru  curhatnya  ke  agama.  Itupun  kalo  di  hatinya  masih  ada “hati”. Iya, maksudnya kalo udah kepalang basah di dunia maksiat, serasa udah terlalu jauh untuk mendekat kepada agama. Itu artinya, sekularisme-nya Barat udah berhasil merasuk dan beranak pinak ke dalam benak remaja kita. Waduh segitunya!

Coba kamu tengok gimana cara merayakan orang-orang dari mana Valentine itu berasal. Mulai  dari  mempersiapkan  gaun  pesta  hingga  memilih  calon  pasangan  buat  merayakan momen  itu.  Foto-foto  dengan  pose  seronok  yang  menampilkan  daya  tarik  fisik  dipajang dengan  harapan  ada  lawan  jenis  yang  nyamperin.  Setelah  itu  blind  date.  Tahu  kan  blind date? Kencan dengan lampu dimatikan gitu? Yang nggaklah. Kencan cuma dengan berbekal foto doang. Kita nggak tahu apakah orang yang bakal kita temui nanti adalah pembunuh berantai  misalnya.  Atau  pengangguran  yang  punya  tampang  perlente  tapi  paling  mampu tampil meyakinkan. Dalam momen beginian, yang punya wajah ala artis sinetron dan body ala  gitar  Spanyol  yang  pasti  laku.  Yang  punya  tampang  pas-pasan  dan  body  jauh  dari aduhai, siap-siap gigit jari aja.

Jangan  pernah bilang lagi kalo yang begituan nggak mungkin terjadi di Indonesia. Coz Rasulullah sendiri bersabda : “Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi  sejengkal,  sehasta  demi  sehasta.  Sehingga  jika  mereka  masuk  ke  dalam  lubang  biawak,  kamu tetap  mengikuti  mereka.  Kami  bertanya:  Wahai  Rasulullah,  apakah  yang  engkau  maksudkan  itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?” (HR Bukhari Muslim)

Padahal hadits itu udah disampaikan berabad-abad yang lalu dan terbuktilah kalo mulai cara bicara kita, cara makan, cara tidur, dan ngapain aja kita, ternyata hasil contekan dari budaya  Barat.  Inilah  yang  disebut  westernisasi.  Jadi  upaya  membarat-kan  kaum  muslim, nggak cuman dalam hal fisik, tapi juga pemikiran. Bukti kuatnya, remaja muslim kita jadi nggak pede, takut disebut nggak gaul, ketika remaja seusianya pada rame menyambut VDay, sementara dia cuman ngamplo (jawa: bengong) di rumah, atau malah-malah nolak VDay.

Yakin aja Baratisasi ini nggak akan berhenti cuman disitu aja, bahkan terus sampe kita yang  muslim  ngikuti  agama  mereka.  Nggak  percaya?  Allah  SWT  jauh-jauh  hari  udah mengingatkan  kita  dalam  firman-Nya:  “Tidak  akan  pernah  orang-orang  Yahudi  dan  Nasrani hingga kamu mengikuti milah (agama, ideology) mereka” (QS. Al-Baqarah 120)

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi alKitab, niscaya mereka akan mengem-balikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.” (QS.Ali Imran 100)

Memang secara pengakuan kita nggak diajak ke Kristen atau Yahudi. Tapi tingkah laku itulah  yang  mencerminkan  kita  udah  mengikuti  agama-agama  mereka.  Sehingga  wajar banget khan kalo kita udah jadi bagian dari mereka, trus diingetin kalo tingkah polah kita udah salah alias nggak sesuai dengan Islam, maka kita ngerasa wajar-wajar aja, nggak ada yang salah dan nggak perlu ada yang dipersoalkan. Itu yang digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu  beri  peringatan,  mereka  tidak  juga  akan  beriman.  Allah  telah  mengunci-mati  hati  dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup, dan bagi mereka siksa yang amat berat.

Dalam Satut Tafasir  karya Ali as-Shabuni, ayat-ayat diatas memang menjelaskan tentang ciri-ciri orang kafir. Dan kalo kita buka-buka tafsir al-qur’an yang lain, bahwa emang orang Yahudi dan Nasrani adalah tergolong orang-orang kafir. Nah lo !

Makanya,  ati-ati  deh.  Kalo  udah  banyak  yang  ngingetin  bahwa  aktivitas  kamu memperingati V-Day adalah salah, segera aja campakkan nafsu untuk V-Day ria. Coz bukan hanya kamu ngikutin aktivitas yang nggak jelas jluntrungannya, tapi juga kegolong masuk ke dalam golongannya orang Yahudi dan Nasrani tadi.

Momen  V-Day  emang  sering  dijadikan  dalih  sepasang  muda-mudi  yang  lagi  dimabuk asmara agar mereka bisa menumpahkan segenap rasa sayangnya. Tapi bagi siapa aja yang berpikir  jernih,  udah  tahu  banget  ada  niat  busuk  dibalik  itu  semua.  Kenapa  kita  katakan ‘niat busuk’, coz di acara V-Day yang ada malah aktivitas baku syahwat, laki perempuan campur  baur  dalam  satu  ruangan.  Nggak  mungkin  khan  acara  V-Day,  cuman  pandangpandangan dari kejauhan. Makanya mereka kumpul di suatu ruangan, penuh senda gurau, canda  tawa.  Bahkan  kalo  nyontek  abis  apa  yang  dilakuin  remaja  di  Barat,  maka  acara  itu bisa berakhir kencan.

Mungkin ada yang masih berkilah “ini kan cuma perayaannya aja, tapi kasih sayangnya ya  kudu  everyday-everywhere,  gitu”.  Tapi  persoalannya  nggak  sesimpel  itu  sobat.  Apa yang kamu rayakan itu bukan termasuk ajaran agama Islam bahkan bertentangan dengan agama kita. Lagian kalo emang kamu udah tahu bahwa kasih sayang musti tiap hari dan di tiap tempat, ngapain musti cari momen nunggu tanggal 14 Februari?

Terus  terang  nih  ye,  V-Day  yang  dari  semula  emang  sengaja  ditujukan  untuk penghormatan kepada pendeta St. Valentino yang mati dihukum penguasa Romawi, emang sengaja  disulap  pake  embel-embel  hari  kasih  sayang.  Supaya  kamu-kamu  yang  muslim nggak merasa jengah ketika ikutan merayakannya. Terus perayaan yang semula ditujukan bagi muda-mudi aja untuk cari pasangan seks, sengaja dikamuflase dan diperluas hingga ke sayang or cinta pada ayah ibu or sesama.

Padahal  kalo  kita  mau  sedikit  aja  untuk  jeli,  perayaan  V-Day  adalah  bentuk  perayaan hipokritnya orang Barat. Gimana nggak hipokrit, kalo budaya yang diimpor dari Barat ini mengajarkan kasih sayang dengan perayaan V-Day ternyata pada saat bersamaan mereka pula yang menjajah dan membombardir Irak, Afghanistan, Moro, Chechnya dll. Di saat para sipir penjara di Guantanamo dan Abu Ghraib foya-foya merayakan V-Day, pada saat yang sama mereka menyiksa dengan keji para tahanan yang mayoritas Muslim dan belum tentu terbukti bersalah. Mana nilai kasih sayang itu?

Oke,  sekali  lagi  sebenarnya  V-Day  bukan  hari  raya  kasih  sayang,  tetapi  lebih  ke  arah bagaimana mengumbar hawa nafsu, yakni seks. Ini bukan vonis atau tuduhan tapi sebagian orang Barat, biasa mengucapkan kata-kata cinta dan kasih sayang dengan ucapan ML alias making  love,  alias  seks  bebas.  Nah,  tentu  saja  itu  artinya  bermain  cinta  yang  ujungujungnya intercourse alias bersetubuh.

“Tapi khan V-Day diperingati untuk mengenang jasa Valentine yang merupakan symbol kasih sayang”. Sekali lagi sobat, kita musti bertanya  siapa Valentine itu. Dan udah kejawab di pembahasan sebelumnya kalo Valentine ‘hak milik’ orang Kristen. Itu artinya symbol itu lebih  pas  kali  dipake  orang  Kristen.  Di  sisi  lain,  kasih  sayang  itu  nggak  butuh  moment macam  V-Day  koq.  Kasih  sayang  bermakna  luas,  nggak  harus  dibatasi  hari,  jam  dan tanggal. Ditambah lagi, sebagian ajaran Kristen sendiri udah menghapus perayaan itu. Jadi upaya mengaitkan V-Day dengan kasih sayang, V-Day dengan Valentine, sebenarnya cuma akal-akalan doang.

Aneh  bin  langka  kalo  kita  masih  tertipu  dengan  gemerlapnya  hajatan  V-Day  tersebut. Kita mudah tergoda dengan sesuatu yang kelihatannya gemerlap. Disangka emas, ternyata malah  tembaga.  Atau  sebaliknya,  disangka  tembaga,  ternyata  malah  emas.  Inilah persoalannya,  bahwa  kita  memang  harus  jeli  memandang  setiap  persoalan.  Termasuk masalah V-Day.

Banyaknya  teman-teman—termasuk  di  seluruh  dunia—yang  ikut  merayakan  V-Day bukan  berarti  acara  tersebut  sah  dan  legal.  Persoalannya,  sah  atau  legalnya  suatu  acara bukan karena tergantung dari banyaknya orang melakukan perbuatan tersebut. Tidak juga tergantung dari selera manusia yang memandang persoalan hanya dari sudut pandang baik atau  buruk  menurut  ukuran  perasaan  dan  pikiran  semata.  Tapi  seluruhnya  disandarkan kepada ajaran-ajaran Islam. Islam sebagai patokan. Kalo misal kita beli kopyah, normalnya pasti ukurannya adalah kepala kita, bukan kopyahnya. Kalau ternyata kopyahnya kurang besar maka ganti yang seukuran kepala kita, demikian pula kalo kopyahnya terlalu besar. Maka  kopyahnya  yang  harus  ngikutin  ukuran  kepala  kita,  bukan  kepala  yang  ngikuti ukuran  kopyah.  Pas  banget  ketika  kita  mau  mengukur  persoalan  V-Day,  dari  sudut pandang  baik-buruk,  suka-benci,  maka  standar  normalnya  adalah  syariat  Islam.  Bukan syariat  Islam  yang  ngikutin  fakta  tentang  V-Day.  Wah,  kalo  syariat  Islam  harus  ngikutin keinginan manusia dan juga fakta yang berkembang di tengah masyarakat, maka 100 persen hukum syariat Islam pasti akan berubah. Itu artinya Islam sedang menuju jurang kerusakan. Moga dugaan ini salah !

Sobat,  V-Day  hanyalah  bungkus.  Kemasan  yang  bisa  membuat  teman  remaja  katanya bisa  tambah  lengket  dengan  pacarnya  bagi  yang  pacaran.  Padahal  yang  sebetulnya  lagi nyari  semacam  legalisasi  dari  nafsu  liar  terhadap  lawan  jenis.  Bagi  yang  nggak  punya gandengan (emang truk.. pake gandengan), acara V-Day sebagai ajang mencari ‘jodoh’. Bagi yang udah punya suami atau isteri, acara V-Day adalah cara tepat untuk selingkuh mencari WIL dan PIL. Bagi yang punya kelainan seks para hombreng dan lesblong, maka melalui VDay nafsu mereka makin mudah tersalur. So, kalo masih banyak yang ngedukung V-Day, maybe salah satu dari mereka itulah pendukungnya.

Di  sisi  lain,  dalam  sebuah  teori  komunikasi  massa,  ada  istilah  efek  penanaman.  Yakni efek  yang  bisa  membuat  orang  meyakini  tentang  sesuatu  yang  sering  dipublikasikan—meski itu adalah salah. Contohnya V-Day ini. Digembar-gemborkan dengan sangat gencar dan dengan kemasan menarik, dan terus menerus disuarakan yang pada gilirannya orang lalu bisa menarik kesimpulan bahwa itu benar dan dilegalkan. Padahal sebenarnya bobrok dalam pandangan Islam.

Dengan  masih  berjubelnya  para  pendukung  V-Day,  justru  harusnya  bikin  kita  berpikir kritis  “ada  apa  dibalik  V-Day?”.  Dan  nggak  semua  orang  bisa  atawa  mau  berpikir  kayak gitu. Bagi yang nggak mau diajak berpikir hal itu, karena dibenaknya udah keserang virus EGP alias emang gue pikirin. Sementara bagi yang nggak bisa berpikir hal itu, lebih karena otaknya  sering  dininabobokan  dengan  hiburan  dan  kesenangan,  sehingga  kalo  diminta berpikir  agak  sedikit  berat,  otaknya  serasa  keluar  asap,  tanda  nggak  mampu.  Di  sinilah perlunya kita melihat persoalan dengan pandangan yang jernih, kritis dan mendalam khas Islam.

Berpikir tentang “ada apa dibalik V-Day” sebenarnya nggak harus butuh tenaga ekstra, apalagi kudu makan multivitamin pencerdas otak. Nggak seperti itu. Cukup, semua orang bisa  merasakan,  adanya  keganjilan,  keanehan,  ketidakberesan  dibalik  fenomena menjamurnya  perayaan  V-Day.  Itu  artinya,  kita  semua  kudu  berpikir  tentang  ada  apa dibalik ‘tembok’. Kenapa kita katakan ‘tembok’? Karena emang ada semacam penghalang yang sengaja dipasang menutupi atau membuat kita tertutup, agar kita nggak bisa ngeliat ada dibalik ‘tembok’ tentang V-Day.

Nah,  wajar  aja  kalo  kita  kemudian  berpikir  kritis  mencari  tahu  kenapa  ada  tembok didirikan  di  depan  kita.  Lalu  siapa  yang  mendirikan  tembok itu,  apa  tujuannya  didirikan tembok dan semua pertanyaan-pertanyaan kritis.

Kaitannya  dengan  perayaan  V-Day,  kamu  juga  kudu  kritis.  Tembok  yang  sengaja dipasang  di  depan  kita  tadi,  adalah  upaya  untuk  membuat  kabur  alias  kamuflase  agar perayaan  V-Day  identik  dengan  pencurahan  cinta  dan  kasih  sayang.  Padahal  kalo  nggak ada  tembok  itu,  kita  semua  bisa  ngeliat  dengan  mata  dan  kepala  kita  sendiri  bahwa perayaan  cinta  seperti  yang  digembar-gemborkan  itu  sebetulnya  cuman  perayaan  yang nggak  jauh-jauh  dari  ngelakuin  seks  bebas.  Yang  kalo  di  negeri  asal  V-Day,  disebutnya sebagai making love alias aku ingin bercinta. Dan semua orang ngeh kalo yang dimaksud ‘bercinta’ itu adalah intercourse alias hubungan suami-isteri. Naudzubillah !

Makanya  kamu  kudu  berhati-hati  dan  jeli  kalo  ada  orang  menghubungkan  V-Day dengan cinta. Itu arti sebenarnya adalah menghubungkan V-Day dengan seks. Again, kamu kudu  kritis  mencari  tahu  tujuan  diadakannya  V-Day  ini,  siapa  orang-orang  di  baliknya, siapa  yang  getol  banget  mempromosikannya,  trus  kenapa  juga  harus  V-Day.  Jangan  mau hanya jadi remaja kayak kerbau dicocok hidungnya, ngikut apa pun yang dilakukan oleh orang lain meski itu bertentangan dengan keyakinan kita.

Lagian kalo emang perayaan cinta dan bukan perayaan seks, ngapain juga setiap pesta yang digelar hampir selalu mensyaratkan bawa pasangan masing-masing. Tul kan?

Dan yang paling penting, kalo kita menilik sejarah perayaan V-Day, ternyata khan V-Day berasal  dari  peradaban  yang  jauh  banget  dari  Islam.  V-Day  berasal  dari  peradaban  dari sebuah  kaum  penyembah  berhala.  Di  sisi  lain  ketika  V-Day  dipopulerkan  oleh  agama Kristen,  itupun  sebuah  peradaban  yang  juga  bertentangan  dengan  Islam  sebagai  ad-dien kita.

Itu  sebabnya,  tradisi  jahiliyah  ini  mesti  digugat  keberadaannya.  Sudah  saatnya  budaya yang  lahir  dari  peradaban  rusak  ini  diboikot,  bahkan  seharusnya  di  delete  dari  daftar pergaulan muda-muda Islam. Jangan sampe kejadian serupa menimpa adik-adik kita yang mulai beranjak remaja. Pokoknya harus dihilangkan dari benak remaja Islam.

Nggak gampang. Mungkin itu komentar sebagian orang ketika disodorkan langkah itu. Dan kita nyadar banget kalo memang aktivitas itu nggak gampang. Tapi nggak gampang alias sulit bukan berarti nggak bisa apalagi mustahil khan? Ibaratnya seperti ketika kita kecil dulu, mungkin pernah ada yang bilang belajar naik motor itu nggak gampang. Tapi setelah ada upaya untuk belajar, trus nggak kapok meski udah nubruk warung pinggir jalan, maka akhirnya khan sekarang, saat kita sudah bisa naik sepeda motor, kita bisa bilang mudah.

Pas, dengan upaya kita untuk mencoba menawarkan untuk menggugat budaya jahiliyah berupa  V-Day  dari  bagian  aktivitas  remaja.  Mungkin  di  era  globalisasi  kayak  sekarang, emang  nggak  gampang  menghindari  serangan  budaya  sekular  barat.  Dunia  ibarat  satu kampung.  Sehingga  jangkauan  pengaruh  budaya  itu  malah  makin  mudah  dan  meluas dengan bantuan kecanggihan teknologi. Di dunia cyber maupun di dunia nyata, arus budaya itu keluar masuk nggak pake karcis dan bebas menyapa remaja. Kondisi ini dipanas-panasi oleh  kampanye  ‘selamatkan  remaja  dari  status  jomblo'  melalui  tayangan  sinetron  atau reality  show  yang  bertemakan  cinta  remaja.  Pada  akhirnya,  makin  banyak  remaja  yang tergoda untuk ikut-ikutan gaul bebas dan menodai cintanya dengan lumuran hawa nafsu. Ancur dah! Trus, musti gimana dong?

Nggak usah bingung. Bisa jadi kita nggak bisa menghindar dari kecanggihan sains dan teknologi.  Tapi  bukan  berarti  kalo  kita  nggak  bisa  menghindari,  kita  nggak  bisa membangun  benteng  dalam  diri  kita.  Pasti  bisa.  Caranya,  perkuat  akidah  kita  biar  nggak latah ngikut budaya rusak itu karena diajak temen atau terprovokasi oleh media massa. Itu sebabnya,  kita  wajib  nyadar  kalo  perilaku  kita  di  dunia  nggak  akan  lolos  dari pengamatanNya,  juga  dari  catatan  Malaikat  Raqib  dan  ‘Atid  yang  setia  sampai  mati mendampingi kita. Allah Swt. berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan  hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS al-Isrâ 36) 

Untuk urusan cinta juga sama. Kita emang nggak bisa menghindar dari cinta, tapi kita bisa  mengatur  cara  mengekspresikan cinta.  Dan  Islam  udah  punya  aturannya,  biar nggak ketuker  dengan ayam  jago  yang  maen  sosor  aja  kalo  udah  kebelet.  Nggak  ada  tuh  dalam Islam yang namanya pacaran, HTS (Hubungan Tanpa Sex), ataupun pacaran islami. Yang ada dalam Islam adalah mekanisme khitbah dan nikah untuk penyaluran hasrat mencintai lawan jenis. Dan  perlu dicatet, mekanisme ini bukanlah pilihan, tapi kewajiban. Allah Swt. berfirman:

”Dan  tidaklah  patut  bagi  laki-laki  yang  mukmin  dan  tidak  (pula)  bagi  perempuan  yang  mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS al-Ahzab 36)

Kalo  kita  sudah  punya  benteng  sekaligus  kita  tahu  cara  mengkspresikan  cinta.  Maka gampang  banget  berani  berkata  ‘tiiidaaak..!'  pada  ajakan  teman  untuk  bermaksiat berpartisipasi dalam perayaan V-Day atau gaul bebas dengan lawan jenis. Ngapain juga kita kudu ngikut ajakan dia? Demi nilai persahabatan? Huh, gombal! Seorang sahabat yang baik dan benar, pasti ngajak kita untuk taat, bukan untuk bermaksiat. Catet ya…

Sobat,  lagian  sempit  banget  gitu  loh,  kalo  cinta  diekspresikan  cuman  sehari  dalam setahun. Trus, kemana tuh cinta pada saban hari larinya ? Bukannya cinta itu kudu tumbuh dan berkembang setiap hari? Kapan pun, seorang remaja muslim kan kudu menebar cinta dan kasih sayang pada sesama, ya nggak?

Iya, Islam itu agama yang ngajak umatnya untuk  love and care  pada sesama. Sabda Nabi saw.:  “Orang  yang  berbelas  kasih  akan  dikasihi  oleh  Allah  Yang  Maha  Pengasih,  maka  kasihilah penduduk bumi niscaya engkau akan dikasihi oleh penduduk langit.” (HR Abu Daud)

Disamping itu jangan pernah lupa, Allah Swt. itu kan zat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.  Bukan  dewa  yang  haus  darah.  Imam  Bukhari  dan  Muslim  meriwayatkan sebuah  hadits  yang  indah:  “Allah  menciptakan  kasih  sayang  dalam  seratus  bagian,  kemudian menetapkan  99  bagian  di  sisi-Nya  dan  menurunkan  satu  bagian  ke  bumi,  dari  satu  bagian  inilah semua makhluk saling mengasihi hingga seekor kuda mengangkat kaki dari anaknya karena khawatir menginjaknya.”

Wah ajaib banget emang, berkat cinta dan kasih sayang seorang… eh maksudnya seekor kuda  aja  khawatir  menginjak  anaknya.  Makanya  nggak  level  tuh  kalo  cinta  disama dengankan ama coklat, boneka tedy bear, bunga atau kartu ucapan Valentines’ Day.

Alasan kamu ngerayain V-Day mengatasnamakan cinta dan kasih sayang, udah tertolak secara  logika.  Malah  seringkali  terjadi  kasih  sayang  yang  nggak  pas.  Contohnya  begini, diantara kamu mungkin ada yang bisa menyatakan cinta pada pacarmu, tapi pernah nggak terbesit aja dalam pikiran kamu, untuk bilang sayang sama ortu? Trus, untuk sang pujaan hatimu itu, kamu bisa ngasih apa aja, termasuk ngasih coklat valentine, tapi kamu punya nggak  sesuatu  yang  lebih  istimewa  mungkin  dari  coklat  yang  kamu  kasihkan  ke  nyokap kamu?  Lagi,  kamu  nggak  pernah  nolak  jadi  tukang  ojeknya  pacar  kamu,  tapi  giliran dimintai tolong ama ortu ngantar ke pasar, kamu pasang muka bete. Dan ada yang sukarela bin pasrah aja kalo dicium atau mencium doinya, tapi nggak pernah sekali aja nyium tangan ibu en bapaknya, apalagi nyium sajadah (baca: sholat).

Guyz, jangan berani bilang cinta dan kasih sayang sebelum kamu-kamu bener-bener cinta pada Allah, RasulNya dan ortu. Pasalnya, tiga perkara itu yang kudu dicintai bener-bener sebelum  orang  lain.  Tentang  cinta  pada  ortu  pernah  ditanyakan  oleh  seseorang  pada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang lebih berhak aku layani dengan baik?” Rasulullah  saw.  menjawab,  “Ibumu”  (Rasulullah  saw.  mengulangnya  tiga  kali)  lalu  menjawab “kemudian ayahmu.” (HR Bukhari)

Nah, kagak pantes mengaku cinta pada doi tapi ibu sendiri di-bete-in dan dibikin juthek. Kuwalat, lho!

Juga  bukan  true  love  kalo  cinta  itu  kudu  ngelabrak  yang  diharamkan Allah.  Yoi,  kagak pantes  kita  menomorsekiankan  cinta  pada  Allah  Swt.,  dan  menomorsatukan  cinta  pada gebetan.  Pasalnya,  Allah  udah  ngasih  apa  aja  buat  kita.  Dan  cinta  Allah  pada  kita  semua adalah sejati, tapi kalo cinta sesama manusia nggak ada jaminan bakal setia di dunia apalagi di akhirat.

Buat kamu-kamu yang dapat coklat valentine dari pacar kamu, yang katanya tanda kasih sayang,  jangan  kegeeran  dulu.  Sebenarnya  itu  pertanda  kalo  dirimu  dan  cintamu  hanya terukur dengan sebatang coklat, atau selembar kartu cinta, atau mungkin kamu dianggap serupa dengan boneka Teddy Bear (koor: keciaan deh lo…!).

Bro,  cinta itu lebih luas dari sebatang coklat, lebih indah dari selembar kartu Valentine, apalagi  disamakan  dengan  boneka.  Cinta  itu  kudu  dibarengi  dengan  pengorbanan,  dan pengorbanan  yang  paling  utama  adalah  tunduk  pada  perintah  Allah  dan  menjauhi laranganNya. Orang yang berani tunduk pada Allah  Ta’ala  berarti dia bakal siap berkasih sayang dengan sepenuh hati dan pastinya bertanggung jawab.

Tapi orang yang nggak mau cinta pada Allah Swt., nggak ada jaminan tuh orang bakal bertanggung  jawab.  Lha,  Allah  aja  udah  dia  khianati  apalagi  kekasihnya?  Tul,  nggak? Apalagi  sewaktu  pacaran  udah  minta  macem-macem;  peluk,  cium,  eh  malah  minta  yang lebih syerem dari itu, alias pengin bobok bareng. Wah, tendang aja kalo ada cowok or cewek yang kayak begitu.

Sekali  lagi  buat  kamu  yang  masih  ngotot ngerayain  V-Day  beralasan  karena hari  kasih sayang, padahal kamu juga tahu khan kalo kasih sayang nggak perlu dirayain. Coz kasih sayang itu khan bisa tiap hari dan kepada siapa aja. Kalo kasih sayang cuman diperingati setiap tanggal 14 februari, berarti berkasih sayangnya jadi sempit dong. Padahal kamu juga tahu, kalo kasih sayang itu nggak sempit. Ya nggak?


Oke deh sobat, kita bukan anak kecil lagi yang gampang latah ngikutin temennya yang ngajak  nggak  bener.  Kita  udah  cukup  dewasa  untuk  menjadikan  hidup  ini  lebih  berarti. Sebab hidup nggak cuma sekali. Ada kehidupan ke dua di akhirat nanti. Dan belajar terus tentang Islam menjadi pilihan terbaik dalam mengisi masa muda kita.


Barakallah.. Semoga Bermanfaat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar