V-Day, atas nama cinta?
•Creative Writer
•Inspirator #YukMoveOn | Pengkader Pendakwah Ideologis
•Publishing Manager Al Azhar Press
•Kontributor Tabloid Mediua Umat, dakwahremaja.com
•Owner D’Walimah Organizer Pernikahan Islami
•Chief Operational Officer MoveON Inspiration
Cinta adalah perasaan.
Dengannya seorang anak
manusia mulai mengenal
lawan jenisnya, yang terbayang adalah keindahan, kegembiraan dan beribu
rasa kemanisan yang lain. Tidak hanya yang muda, tapi orang tua pun tidak luput
merasakannya, bahkan anak se usia kanak-kanak pun mulai mengerti apa itu cinta.
Berbicara cinta seakan tiada batas, siang dan
malam rasanya nggak
cukup untuk menampung
obrolan tentang cinta.
Aktivitas kehidupan terasa berirama
karena cinta, perjalanan
kehidupan jadi lebih
pendek karena cinta, kelembutan,
kesopanan diakibatkan ada rasa cinta.
Apakah selamanya cinta
itu indah? Tidakkah
kita juga sering
mendengar orang putus cinta? Bukankah ada juga orang patah
hati karena dirundung cinta? Bagaimana dan seperti apa cinta itu? Sampai-sampai
harus diagungkan dan diskralkan dalam lagu, puisi, pantun dsb. Sepertinya
memang tidak ada
definisi baku tentang
abstraksi cinta, begitu
indah dibayang, namun kadang menyakitkan untuk dikenang.
Yang bisa kita
tangkap di permukaan adalah
pengejawantahan dari cinta.
Banyak kata atau kalimat
untuk mengungkapkan cinta,
tapi hasilnya satu
adalah perasaan. Karena bentuknya yang
abstrak, maka cinta
bisa kita indera
lewat tingkah laku
seseorang yang sedang jatuh
cinta, putus cinta, dilanda cinta, merana cinta, berduka cinta, dsb.
Manusia merupakan mahluk yang memiliki cinta itu. Hiruk
pikuknya manusia di dunia adakalanya
dilandasi atau didasari
oleh rasa cinta.
Manusia akan mencintai
dan dicintai. Dalam faktanya,
nggak sedikit manusia, atas
nama cinta, malah
menimbulkan kerusakan, bukan hanya
kerusakan bagi dirinya,
tapi juga bagi
orang lain, masyarakat,
lingkungan bahkan negara. Berikut ini akan di diskripsikan ulah tingkah
manusia yang sering mengatas namakan cinta. Dari sini nantinya, kita akan bisa
mengerti siapa yang berhak dituduh dan didudukkan sebagai terdakwa apakah cinta
atau orang yang mengatasnamakan cinta.
Di antara kita kadang suka ngomong istilah cinta putih,
cinta sejati, cinta murni. Meski tentu
saja dengan beragam
pengertian pula. Banyak
yang bilang, cinta
itu ibarat warna putih. Mungkin karena ingin menjelaskan
kalau cinta itu suci. Maka suka meluncur istilah begitu dari
mulut remaja kalau
lagi merayu pasangannya.
Sebagai tanda cintanya
yang amat dalam. Tapi aneh, istilah itu tidak match dengan praktiknya.
Seringkali malah berubah menjadi cinta murahan, bahkan sampah.
Cinta kamu kepada sebagian teman kamu yang lagi kesusahan
karena ketiban musibahbanjir misalnya, itu adalah cinta yang mulia. Bahkan,
sebenarnya, cinta kita kepada Allah dan
rasul-Nya jauh lebih
bernilai ketimbang cinta
kepada yang lain.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a.
“Seorang lelaki yang
berasal dari pedalaman
bertanya kepada Rasulullah
saw.: Bilakah berlakunya Kiamat? Rasulullah
saw. bersabda: Apakah
persediaan kamu untuk
menghadapinya? Lelaki itu menjawab: Cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya. Rasulullah saw. bersabda: Kamu akan tetap bersama orang yang kamu
cintai” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebenarnya “Cinta putih” kita adalah cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya. Bukan kepada yang lain. Trus bagaimana dengan rasa cinta kita kepada
lawan jenis, tapi karena Allah dan Rasul-Nya?
Itu bagus. Artinya,
mencintai seseorang karena
dorongan cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya. Sehingga cinta yang suci itu jangan dinodai dengan
perbuatan yang haram. Jangan diracuni dengan aktivitas yang dilarang oleh Allah
dan Rasul-Nya. Seperti pacaran, gaul
bebas, atau mengekspresikannya dengan
aktivitas yang bertentangan
dengan Islam, berupa V-Day.
Kegiatan rutin tahunan V-Day sudah kepalang dinobatkan
sebagai hari kasih sayang di seluruh dunia. Termasuk kita jadi latah ikut heboh
setiap tanggal 14 Pebruari. Padahal VDay ternyata punya latar belakang
peristiwa yang bukan berasal dari Islam.
Yup, kita emang
harus mengingatkan kepada
semua orang, terutama
kaum muslim tentang bahayanya
perayaan yang satu
ini. Karena V-Day
ibarat racun berlumur
madu. Kelihatan manis tapi sebetulnya berkadar racun tingkat tinggi
bin berbahaya. Apalagi kalo dibungkus
dengan embel-embel cinta. Duh...mana ada yang tahan untuk mencicipinya?
Gimana nggak pengin mencicipi, kalo V-Day sering
diidentikkan sebagai perayaan cinta atau
hari kasih sayang?
Semua orang mah,
kalo dikasihani, dicintai,
disayangi pada keroyokan pengin
menyambutnya. Tanpa pernah berpikir kalo kasih sayang wal cinta itu udah dibungkus
rapi dengan harapan semua orang nggak pernah tahu mana yang original cinta,
mana yang nafsu. Kalo udah gitu, berarti V-Day udah berhasil membius semua
orang, termasuk kita yang muslim hilang ‘kewarasannya’ memaknai cinta. Antara
cinta dan nafsu jadi bias. Bahkan
cinta yang bisa
diungkapkan dengan bahasa
verbal berubah menjadi bahasa tubuh. Sehingga kata “I lov u”
udah ditafsirkan “aku pengin kamu” alias
“I wanna seks with u”. Wach, celaka dua belas neh.
Begitulah kira-kira diskripsi singkat V-Day, yang memang
biasanya dibungkus kata cinta. Cinta emang universal, semua orang boleh
mencinta dan dicintai siapa aja. Tapi kalo kita udah bicara V-Day udah beda
banget. V-Day nggak selalu berbanding lurus dengan kasih sayang. Apalagi di
pembahasan sebelumnya udah dijelaskan secara gamblang kalo V-Day merupakan cara
ibadah umat tertentu.
Belum lagi kalo kita coba tengok, perayaan V-Day di Barat.
Sudah bisa dipastikan ucapan kasih sayang diucapkan oleh seorang kekasih kepada
pasangannya. Dan bukan rahasia lagi kalo kehidupan Barat identik dengan seks
bebas. Gambaran sepelenya bisa dilihat di filmfilm Barat.
Cowok dan cewek
bergaul bareng tidak
kenal batas. Persis
dengan apa yang diajarkan oleh
James Van Der
Beek dan kawan-kawannya dalam
serial Dawson’s Creek. Atau
gaya gaul model
KNPI alias Kissing,
Necking, Petting dan
Intercourse, seperti pergaulan
amburadul (seks dan kokain) yang sering digambarkan oleh Shannon Doherty, Tiffani
“Valerie” Amber-Thiesen, Luke
“Dylan McKay” Perry,
Brian “David” Austin
dan Jason “Brandon” Prestley dan kawan-kawannya dalam serial Beverly
Hills 90210.
Sobat, kamu mungkin
mengelak dan bilang
“ah itu khan
di Barat, di
Indonesia nggak mungkin kayak
gitu”. Siapa bilang nggak mungkin? Kamu, saya atau kita semua nggak ada yang berani
menjamin kalo di
kehidupan serba permisif
seperti sekarang ini,
orang bisa nggak terjerumus
pergaulan bebas. Kamu mungkin menyela “ah itu khan juga tergantung orangnya”.
Ya, bisa jadi begitu, tapi bisa jadi nggak. Lho koq?
Guys, nggak bisa
dipungkiri kalo perayaan
selalu dipengaruhi oleh
cara pandang seseorang terhadap
kehidupan. Kalo sebagian remaja memandang bahwa hidup ini adalah sebagai ajang
hura-hura dan foya-foya,
maka perayaan V-Day
pun nggak jauh-jauh
amat dengan sikap hidup hedonis, materialis dan liberalis. Nggak ada
yang namanya halal dan haram. Lha wong
agamanya ditinggalin di
masjid koq. Agama nggak boleh
ikut campur urusan anak muda.
Dianggapnya agama seperti orang tua jompo, nggak perlu lagi ngurusin hiruk
pikuk kehidupan, kalo lagi butuh aja, agama disamperin. Kayak waktu sholat,
dzikir atau pas lagi
kena masalah, baru
curhatnya ke agama.
Itupun kalo di
hatinya masih ada “hati”. Iya, maksudnya kalo udah kepalang
basah di dunia maksiat, serasa udah terlalu jauh untuk mendekat kepada agama.
Itu artinya, sekularisme-nya Barat udah berhasil merasuk dan beranak pinak ke
dalam benak remaja kita. Waduh segitunya!
Coba kamu tengok gimana cara merayakan orang-orang dari mana
Valentine itu berasal. Mulai dari mempersiapkan
gaun pesta hingga
memilih calon pasangan
buat merayakan momen itu.
Foto-foto dengan pose
seronok yang menampilkan
daya tarik fisik
dipajang dengan harapan ada
lawan jenis yang
nyamperin. Setelah itu
blind date. Tahu
kan blind date? Kencan dengan
lampu dimatikan gitu? Yang nggaklah. Kencan cuma dengan berbekal foto doang.
Kita nggak tahu apakah orang yang bakal kita temui nanti adalah pembunuh berantai misalnya.
Atau pengangguran yang
punya tampang perlente
tapi paling mampu tampil meyakinkan. Dalam momen
beginian, yang punya wajah ala artis sinetron dan body ala gitar
Spanyol yang pasti
laku. Yang punya
tampang pas-pasan dan
body jauh dari aduhai, siap-siap gigit jari aja.
Jangan pernah bilang
lagi kalo yang begituan nggak mungkin terjadi di Indonesia. Coz Rasulullah
sendiri bersabda : “Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu
sejengkal demi sejengkal, sehasta
demi sehasta. Sehingga
jika mereka masuk
ke dalam lubang
biawak, kamu tetap mengikuti
mereka. Kami bertanya:
Wahai Rasulullah, apakah
yang engkau maksudkan
itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda:
Kalau bukan mereka, siapa lagi?” (HR Bukhari Muslim)
Padahal hadits itu udah disampaikan berabad-abad yang lalu
dan terbuktilah kalo mulai cara bicara kita, cara makan, cara tidur, dan
ngapain aja kita, ternyata hasil contekan dari budaya Barat.
Inilah yang disebut
westernisasi. Jadi upaya
membarat-kan kaum muslim, nggak cuman dalam hal fisik, tapi
juga pemikiran. Bukti kuatnya, remaja muslim kita jadi nggak pede, takut
disebut nggak gaul, ketika remaja seusianya pada rame menyambut VDay, sementara
dia cuman ngamplo (jawa: bengong) di rumah, atau malah-malah nolak VDay.
Yakin aja Baratisasi ini nggak akan berhenti cuman disitu
aja, bahkan terus sampe kita yang
muslim ngikuti agama
mereka. Nggak percaya?
Allah SWT jauh-jauh
hari udah mengingatkan kita
dalam firman-Nya: “Tidak
akan pernah orang-orang
Yahudi dan Nasrani hingga kamu mengikuti milah (agama, ideology)
mereka” (QS. Al-Baqarah 120)
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti
sebahagian dari orang-orang yang diberi alKitab, niscaya mereka akan
mengem-balikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.” (QS.Ali Imran 100)
Memang secara pengakuan kita nggak diajak ke Kristen atau
Yahudi. Tapi tingkah laku itulah
yang mencerminkan kita
udah mengikuti agama-agama
mereka. Sehingga wajar banget khan kalo kita udah jadi bagian
dari mereka, trus diingetin kalo tingkah polah kita udah salah alias nggak
sesuai dengan Islam, maka kita ngerasa wajar-wajar aja, nggak ada yang salah
dan nggak perlu ada yang dipersoalkan. Itu yang digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi
mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan, mereka
tidak juga akan
beriman. Allah telah
mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup, dan bagi mereka siksa yang amat berat.
Dalam Satut Tafasir
karya Ali as-Shabuni, ayat-ayat diatas memang menjelaskan tentang ciri-ciri
orang kafir. Dan kalo kita buka-buka tafsir al-qur’an yang lain, bahwa emang
orang Yahudi dan Nasrani adalah tergolong orang-orang kafir. Nah lo !
Makanya, ati-ati deh.
Kalo udah banyak
yang ngingetin bahwa
aktivitas kamu memperingati V-Day
adalah salah, segera aja campakkan nafsu untuk V-Day ria. Coz bukan hanya kamu
ngikutin aktivitas yang nggak jelas jluntrungannya, tapi juga kegolong masuk ke
dalam golongannya orang Yahudi dan Nasrani tadi.
Momen V-Day emang
sering dijadikan dalih
sepasang muda-mudi yang
lagi dimabuk asmara agar mereka
bisa menumpahkan segenap rasa sayangnya. Tapi bagi siapa aja yang berpikir jernih,
udah tahu banget
ada niat busuk
dibalik itu semua.
Kenapa kita katakan ‘niat busuk’, coz di acara V-Day yang
ada malah aktivitas baku syahwat, laki perempuan campur baur
dalam satu ruangan.
Nggak mungkin khan
acara V-Day, cuman
pandangpandangan dari kejauhan. Makanya mereka kumpul di suatu ruangan,
penuh senda gurau, canda tawa. Bahkan
kalo nyontek abis
apa yang dilakuin
remaja di Barat,
maka acara itu bisa berakhir kencan.
Mungkin ada yang masih berkilah “ini kan cuma perayaannya
aja, tapi kasih sayangnya ya kudu everyday-everywhere, gitu”.
Tapi persoalannya nggak
sesimpel itu sobat.
Apa yang kamu rayakan itu bukan termasuk ajaran agama Islam bahkan
bertentangan dengan agama kita. Lagian kalo emang kamu udah tahu bahwa kasih
sayang musti tiap hari dan di tiap tempat, ngapain musti cari momen nunggu
tanggal 14 Februari?
Terus terang nih
ye, V-Day yang
dari semula emang
sengaja ditujukan untuk penghormatan kepada pendeta St.
Valentino yang mati dihukum penguasa Romawi, emang sengaja disulap
pake embel-embel hari
kasih sayang. Supaya
kamu-kamu yang muslim nggak merasa jengah ketika ikutan
merayakannya. Terus perayaan yang semula ditujukan bagi muda-mudi aja untuk
cari pasangan seks, sengaja dikamuflase dan diperluas hingga ke sayang or cinta
pada ayah ibu or sesama.
Padahal kalo kita
mau sedikit aja
untuk jeli, perayaan
V-Day adalah bentuk
perayaan hipokritnya orang Barat. Gimana nggak hipokrit, kalo budaya
yang diimpor dari Barat ini mengajarkan kasih sayang dengan perayaan V-Day
ternyata pada saat bersamaan mereka pula yang menjajah dan membombardir Irak,
Afghanistan, Moro, Chechnya dll. Di saat para sipir penjara di Guantanamo dan
Abu Ghraib foya-foya merayakan V-Day, pada saat yang sama mereka menyiksa
dengan keji para tahanan yang mayoritas Muslim dan belum tentu terbukti
bersalah. Mana nilai kasih sayang itu?
Oke, sekali lagi
sebenarnya V-Day bukan
hari raya kasih
sayang, tetapi lebih
ke arah bagaimana mengumbar hawa
nafsu, yakni seks. Ini bukan vonis atau tuduhan tapi sebagian orang Barat,
biasa mengucapkan kata-kata cinta dan kasih sayang dengan ucapan ML alias making love,
alias seks bebas.
Nah, tentu saja
itu artinya bermain
cinta yang ujungujungnya intercourse alias bersetubuh.
“Tapi khan V-Day diperingati untuk mengenang jasa Valentine
yang merupakan symbol kasih sayang”. Sekali lagi sobat, kita musti
bertanya siapa Valentine itu. Dan udah
kejawab di pembahasan sebelumnya kalo Valentine ‘hak milik’ orang Kristen. Itu
artinya symbol itu lebih pas kali
dipake orang Kristen.
Di sisi lain,
kasih sayang itu
nggak butuh moment macam
V-Day koq. Kasih
sayang bermakna luas,
nggak harus dibatasi
hari, jam dan tanggal. Ditambah lagi, sebagian ajaran
Kristen sendiri udah menghapus perayaan itu. Jadi upaya mengaitkan V-Day dengan
kasih sayang, V-Day dengan Valentine, sebenarnya cuma akal-akalan doang.
Aneh bin langka
kalo kita masih
tertipu dengan gemerlapnya
hajatan V-Day tersebut. Kita mudah tergoda dengan sesuatu
yang kelihatannya gemerlap. Disangka emas, ternyata malah tembaga.
Atau sebaliknya, disangka
tembaga, ternyata malah
emas. Inilah persoalannya, bahwa
kita memang harus
jeli memandang setiap
persoalan. Termasuk masalah
V-Day.
Banyaknya
teman-teman—termasuk di seluruh
dunia—yang ikut merayakan
V-Day bukan berarti acara
tersebut sah dan
legal. Persoalannya, sah
atau legalnya suatu
acara bukan karena tergantung dari banyaknya orang melakukan perbuatan
tersebut. Tidak juga tergantung dari selera manusia yang memandang persoalan
hanya dari sudut pandang baik atau
buruk menurut ukuran
perasaan dan pikiran
semata. Tapi seluruhnya
disandarkan kepada ajaran-ajaran Islam. Islam sebagai patokan. Kalo
misal kita beli kopyah, normalnya pasti ukurannya adalah kepala kita, bukan
kopyahnya. Kalau ternyata kopyahnya kurang besar maka ganti yang seukuran
kepala kita, demikian pula kalo kopyahnya terlalu besar. Maka kopyahnya
yang harus ngikutin
ukuran kepala kita,
bukan kepala yang
ngikuti ukuran kopyah. Pas
banget ketika kita
mau mengukur persoalan
V-Day, dari sudut pandang
baik-buruk, suka-benci, maka
standar normalnya adalah
syariat Islam. Bukan syariat
Islam yang ngikutin
fakta tentang V-Day.
Wah, kalo syariat
Islam harus ngikutin keinginan manusia dan juga fakta
yang berkembang di tengah masyarakat, maka 100 persen hukum syariat Islam pasti
akan berubah. Itu artinya Islam sedang menuju jurang kerusakan. Moga dugaan ini
salah !
Sobat, V-Day hanyalah
bungkus. Kemasan yang
bisa membuat teman
remaja katanya bisa tambah
lengket dengan pacarnya
bagi yang pacaran.
Padahal yang sebetulnya
lagi nyari semacam legalisasi
dari nafsu liar
terhadap lawan jenis.
Bagi yang nggak
punya gandengan (emang truk.. pake gandengan), acara V-Day sebagai ajang
mencari ‘jodoh’. Bagi yang udah punya suami atau isteri, acara V-Day adalah
cara tepat untuk selingkuh mencari WIL dan PIL. Bagi yang punya kelainan seks
para hombreng dan lesblong, maka melalui VDay nafsu mereka makin mudah
tersalur. So, kalo masih banyak yang ngedukung V-Day, maybe salah satu dari
mereka itulah pendukungnya.
Di sisi lain,
dalam sebuah teori
komunikasi massa, ada
istilah efek penanaman.
Yakni efek yang bisa
membuat orang meyakini
tentang sesuatu yang
sering dipublikasikan—meski itu
adalah salah. Contohnya V-Day ini. Digembar-gemborkan dengan sangat gencar dan
dengan kemasan menarik, dan terus menerus disuarakan yang pada gilirannya orang
lalu bisa menarik kesimpulan bahwa itu benar dan dilegalkan. Padahal sebenarnya
bobrok dalam pandangan Islam.
Dengan masih berjubelnya
para pendukung V-Day,
justru harusnya bikin
kita berpikir kritis “ada
apa dibalik V-Day?”.
Dan nggak semua
orang bisa atawa
mau berpikir kayak gitu. Bagi yang nggak mau diajak
berpikir hal itu, karena dibenaknya udah keserang virus EGP alias emang gue
pikirin. Sementara bagi yang nggak bisa berpikir hal itu, lebih karena otaknya sering
dininabobokan dengan hiburan
dan kesenangan, sehingga
kalo diminta berpikir agak
sedikit berat, otaknya
serasa keluar asap,
tanda nggak mampu.
Di sinilah perlunya kita melihat
persoalan dengan pandangan yang jernih, kritis dan mendalam khas Islam.
Berpikir tentang “ada apa dibalik V-Day” sebenarnya nggak
harus butuh tenaga ekstra, apalagi kudu makan multivitamin pencerdas otak.
Nggak seperti itu. Cukup, semua orang bisa
merasakan, adanya keganjilan,
keanehan, ketidakberesan dibalik
fenomena menjamurnya
perayaan V-Day. Itu
artinya, kita semua
kudu berpikir tentang
ada apa dibalik ‘tembok’. Kenapa
kita katakan ‘tembok’? Karena emang ada semacam penghalang yang sengaja
dipasang menutupi atau membuat kita tertutup, agar kita nggak bisa ngeliat ada
dibalik ‘tembok’ tentang V-Day.
Nah, wajar aja
kalo kita kemudian
berpikir kritis mencari
tahu kenapa ada
tembok didirikan di depan
kita. Lalu siapa
yang mendirikan tembok itu,
apa tujuannya didirikan tembok dan semua
pertanyaan-pertanyaan kritis.
Kaitannya dengan perayaan
V-Day, kamu juga
kudu kritis. Tembok
yang sengaja dipasang di
depan kita tadi,
adalah upaya untuk
membuat kabur alias
kamuflase agar perayaan V-Day
identik dengan pencurahan
cinta dan kasih
sayang. Padahal kalo
nggak ada tembok itu,
kita semua bisa
ngeliat dengan mata
dan kepala kita
sendiri bahwa perayaan cinta
seperti yang digembar-gemborkan itu
sebetulnya cuman perayaan
yang nggak jauh-jauh dari
ngelakuin seks bebas.
Yang kalo di
negeri asal V-Day,
disebutnya sebagai making love alias aku ingin bercinta. Dan semua orang
ngeh kalo yang dimaksud ‘bercinta’ itu adalah intercourse alias hubungan
suami-isteri. Naudzubillah !
Makanya kamu kudu
berhati-hati dan jeli
kalo ada orang
menghubungkan V-Day dengan cinta.
Itu arti sebenarnya adalah menghubungkan V-Day dengan seks. Again, kamu kudu kritis
mencari tahu tujuan
diadakannya V-Day ini,
siapa orang-orang di
baliknya, siapa yang getol
banget mempromosikannya, trus
kenapa juga harus
V-Day. Jangan mau hanya jadi remaja kayak kerbau dicocok
hidungnya, ngikut apa pun yang dilakukan oleh orang lain meski itu bertentangan
dengan keyakinan kita.
Lagian kalo emang perayaan cinta dan bukan perayaan seks, ngapain juga setiap pesta yang digelar hampir selalu mensyaratkan bawa pasangan masing-masing. Tul kan?
Dan yang paling penting, kalo kita menilik sejarah perayaan
V-Day, ternyata khan V-Day berasal
dari peradaban yang
jauh banget dari
Islam. V-Day berasal
dari peradaban dari sebuah
kaum penyembah berhala.
Di sisi lain
ketika V-Day dipopulerkan
oleh agama Kristen, itupun
sebuah peradaban yang
juga bertentangan dengan
Islam sebagai ad-dien kita.
Itu sebabnya, tradisi
jahiliyah ini mesti
digugat keberadaannya. Sudah
saatnya budaya yang lahir
dari peradaban rusak
ini diboikot, bahkan
seharusnya di delete
dari daftar pergaulan muda-muda
Islam. Jangan sampe kejadian serupa menimpa adik-adik kita yang mulai beranjak
remaja. Pokoknya harus dihilangkan dari benak remaja Islam.
Nggak gampang. Mungkin itu komentar sebagian orang ketika
disodorkan langkah itu. Dan kita nyadar banget kalo memang aktivitas itu nggak
gampang. Tapi nggak gampang alias sulit bukan berarti nggak bisa apalagi
mustahil khan? Ibaratnya seperti ketika kita kecil dulu, mungkin pernah ada
yang bilang belajar naik motor itu nggak gampang. Tapi setelah ada upaya untuk
belajar, trus nggak kapok meski udah nubruk warung pinggir jalan, maka akhirnya
khan sekarang, saat kita sudah bisa naik sepeda motor, kita bisa bilang mudah.
Pas, dengan upaya kita untuk mencoba menawarkan untuk
menggugat budaya jahiliyah berupa
V-Day dari bagian
aktivitas remaja. Mungkin
di era globalisasi
kayak sekarang, emang nggak
gampang menghindari serangan
budaya sekular barat.
Dunia ibarat satu kampung.
Sehingga jangkauan pengaruh
budaya itu malah
makin mudah dan
meluas dengan bantuan kecanggihan teknologi. Di dunia cyber maupun di
dunia nyata, arus budaya itu keluar masuk nggak pake karcis dan bebas menyapa remaja.
Kondisi ini dipanas-panasi oleh
kampanye ‘selamatkan remaja
dari status jomblo'
melalui tayangan sinetron
atau reality show yang
bertemakan cinta remaja.
Pada akhirnya, makin
banyak remaja yang tergoda untuk ikut-ikutan gaul bebas dan
menodai cintanya dengan lumuran hawa nafsu. Ancur dah! Trus, musti gimana dong?
Nggak usah bingung. Bisa jadi kita nggak bisa menghindar
dari kecanggihan sains dan teknologi.
Tapi bukan berarti
kalo kita nggak
bisa menghindari, kita nggak bisa membangun benteng
dalam diri kita.
Pasti bisa. Caranya,
perkuat akidah kita
biar nggak latah ngikut budaya
rusak itu karena diajak temen atau terprovokasi oleh media massa. Itu sebabnya, kita
wajib nyadar kalo
perilaku kita di
dunia nggak akan
lolos dari pengamatanNya, juga
dari catatan Malaikat
Raqib dan ‘Atid
yang setia sampai
mati mendampingi kita. Allah Swt. berfirman: “Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS al-Isrâ 36)
Untuk urusan cinta juga sama. Kita emang nggak bisa
menghindar dari cinta, tapi kita bisa
mengatur cara mengekspresikan cinta. Dan Islam
udah punya aturannya,
biar nggak ketuker dengan
ayam jago yang
maen sosor aja
kalo udah kebelet.
Nggak ada tuh
dalam Islam yang namanya pacaran, HTS (Hubungan Tanpa Sex), ataupun
pacaran islami. Yang ada dalam Islam adalah mekanisme khitbah dan nikah untuk
penyaluran hasrat mencintai lawan jenis. Dan
perlu dicatet, mekanisme ini bukanlah pilihan, tapi kewajiban. Allah
Swt. berfirman:
”Dan tidaklah patut
bagi laki-laki yang
mukmin dan tidak
(pula) bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan
RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS al-Ahzab 36)
Kalo kita sudah
punya benteng sekaligus
kita tahu cara
mengkspresikan cinta. Maka gampang
banget berani berkata
‘tiiidaaak..!' pada ajakan
teman untuk bermaksiat berpartisipasi dalam perayaan
V-Day atau gaul bebas dengan lawan jenis. Ngapain juga kita kudu ngikut ajakan
dia? Demi nilai persahabatan? Huh, gombal! Seorang sahabat yang baik dan benar,
pasti ngajak kita untuk taat, bukan untuk bermaksiat. Catet ya…
Sobat, lagian sempit
banget gitu loh,
kalo cinta diekspresikan
cuman sehari dalam setahun. Trus, kemana tuh cinta pada
saban hari larinya ? Bukannya cinta itu kudu tumbuh dan berkembang setiap hari?
Kapan pun, seorang remaja muslim kan kudu menebar cinta dan kasih sayang pada
sesama, ya nggak?
Iya, Islam itu agama yang ngajak umatnya untuk love and care
pada sesama. Sabda Nabi saw.:
“Orang yang berbelas
kasih akan dikasihi
oleh Allah Yang
Maha Pengasih, maka kasihilah penduduk bumi niscaya engkau akan
dikasihi oleh penduduk langit.” (HR Abu Daud)
Disamping itu jangan pernah lupa, Allah Swt. itu kan zat
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Bukan dewa yang
haus darah. Imam
Bukhari dan Muslim
meriwayatkan sebuah hadits yang
indah: “Allah menciptakan
kasih sayang dalam
seratus bagian, kemudian menetapkan 99
bagian di sisi-Nya
dan menurunkan satu
bagian ke bumi,
dari satu bagian
inilah semua makhluk saling mengasihi hingga seekor kuda mengangkat kaki
dari anaknya karena khawatir menginjaknya.”
Wah ajaib banget emang, berkat cinta dan kasih sayang
seorang… eh maksudnya seekor kuda
aja khawatir menginjak
anaknya. Makanya nggak
level tuh kalo
cinta disama dengankan ama
coklat, boneka tedy bear, bunga atau kartu ucapan Valentines’ Day.
Alasan kamu ngerayain V-Day mengatasnamakan cinta dan kasih
sayang, udah tertolak secara
logika. Malah seringkali
terjadi kasih sayang
yang nggak pas.
Contohnya begini, diantara kamu
mungkin ada yang bisa menyatakan cinta pada pacarmu, tapi pernah nggak terbesit
aja dalam pikiran kamu, untuk bilang sayang sama ortu? Trus, untuk sang pujaan hatimu
itu, kamu bisa ngasih apa aja, termasuk ngasih coklat valentine, tapi kamu
punya nggak sesuatu yang
lebih istimewa mungkin
dari coklat yang
kamu kasihkan ke
nyokap kamu? Lagi, kamu
nggak pernah nolak
jadi tukang ojeknya
pacar kamu, tapi
giliran dimintai tolong ama ortu ngantar ke pasar, kamu pasang muka
bete. Dan ada yang sukarela bin pasrah aja kalo dicium atau mencium doinya,
tapi nggak pernah sekali aja nyium tangan ibu en bapaknya, apalagi nyium
sajadah (baca: sholat).
Guyz, jangan berani bilang cinta dan kasih sayang sebelum
kamu-kamu bener-bener cinta pada Allah, RasulNya dan ortu. Pasalnya, tiga
perkara itu yang kudu dicintai bener-bener sebelum orang
lain. Tentang cinta
pada ortu pernah
ditanyakan oleh seseorang
pada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang lebih
berhak aku layani dengan baik?” Rasulullah
saw. menjawab, “Ibumu”
(Rasulullah saw. mengulangnya
tiga kali) lalu
menjawab “kemudian ayahmu.” (HR Bukhari)
Nah, kagak pantes mengaku cinta pada doi tapi ibu sendiri
di-bete-in dan dibikin juthek. Kuwalat, lho!
Juga bukan true
love kalo cinta
itu kudu ngelabrak
yang diharamkan Allah. Yoi,
kagak pantes kita menomorsekiankan cinta
pada Allah Swt.,
dan menomorsatukan cinta
pada gebetan. Pasalnya, Allah
udah ngasih apa
aja buat kita.
Dan cinta Allah
pada kita semua adalah sejati, tapi kalo cinta sesama
manusia nggak ada jaminan bakal setia di dunia apalagi di akhirat.
Buat kamu-kamu yang dapat coklat valentine dari pacar kamu,
yang katanya tanda kasih sayang,
jangan kegeeran dulu.
Sebenarnya itu pertanda
kalo dirimu dan
cintamu hanya terukur dengan
sebatang coklat, atau selembar kartu cinta, atau mungkin kamu dianggap serupa
dengan boneka Teddy Bear (koor: keciaan deh lo…!).
Bro, cinta itu lebih
luas dari sebatang coklat, lebih indah dari selembar kartu Valentine, apalagi disamakan
dengan boneka. Cinta
itu kudu dibarengi
dengan pengorbanan, dan pengorbanan yang
paling utama adalah
tunduk pada perintah
Allah dan menjauhi laranganNya. Orang yang berani
tunduk pada Allah Ta’ala berarti dia bakal siap berkasih sayang dengan
sepenuh hati dan pastinya bertanggung jawab.
Tapi orang yang nggak mau cinta pada Allah Swt., nggak ada
jaminan tuh orang bakal bertanggung
jawab. Lha, Allah
aja udah dia
khianati apalagi kekasihnya?
Tul, nggak? Apalagi sewaktu
pacaran udah minta
macem-macem; peluk, cium,
eh malah minta
yang lebih syerem dari itu, alias pengin bobok bareng. Wah, tendang aja
kalo ada cowok or cewek yang kayak begitu.
Sekali lagi buat
kamu yang masih
ngotot ngerayain V-Day beralasan
karena hari kasih sayang, padahal
kamu juga tahu khan kalo kasih sayang nggak perlu dirayain. Coz kasih sayang
itu khan bisa tiap hari dan kepada siapa aja. Kalo kasih sayang cuman
diperingati setiap tanggal 14 februari, berarti berkasih sayangnya jadi sempit
dong. Padahal kamu juga tahu, kalo kasih sayang itu nggak sempit. Ya nggak?
Oke deh sobat, kita bukan anak kecil lagi yang gampang latah
ngikutin temennya yang ngajak nggak bener.
Kita udah cukup
dewasa untuk menjadikan
hidup ini lebih
berarti. Sebab hidup nggak cuma sekali. Ada kehidupan ke dua di akhirat
nanti. Dan belajar terus tentang Islam menjadi pilihan terbaik dalam mengisi
masa muda kita.
Barakallah.. Semoga Bermanfaat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar