Catatan Hitam Pacaran
Luky B
Rouf
•Creative Writer
•Inspirator #YukMoveOn | Pengkader Pendakwah Ideologis
•Publishing Manager Al Azhar Press
•Kontributor Tabloid Mediua Umat, dakwahremaja.com
•Owner D’Walimah Organizer Pernikahan Islami
Ide pacaran bisa diemban siapa aja, mulai dari ABG sampai
kepada orang tua pun bisa mengusungnya, meskipun bentuk dan implementasinya
beda. Pacaran atau bahasa lainnya free
sex, atau seks
haram nggak dikehendaki
oleh Islam. Tapi
kalo kita saksikan
ada sebagian yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai pacaran (baca :
mengagumi), sebenarnya mereka salah dalam
pengimplementasian cinta. Cinta,
lima kata itu,
emang kadang bikin dilema, gimana nggak? Lha wong karena
cinta itulah akhirnya ABG atau siapa
saja mulai siap memasuki dunia pacaran.
Eksistensi cinta pada
diri manusia tidak
akan dihizab, sebab
itu adalah qadha’ (keputusan) Allah, orang ingin
bercinta itu wajar bin normal, sebab dalam dirinya memang ada naluri
itu. Tapi yang
akan dihizab oleh
Allah adalah kemana
si empunya naluri menggerakkan naluri
dan kepada siapa
diberikan cinta itu.
Oleh sebab itu
Islam sendiri sebagai dien
yang fitrah bagi
manusia, nggak ngelarang
orang mempunyai cinta,
tapi perwujudan dari cintanya
itu yang bakal
diatur oleh Islam.
Dan aturan Islam
oleh Allah, sendiri memang
sudah dibikin pas
untuk “porsi” manusia,
sehingga syariat Islam menetapkan aturan
main dalam mewujudkannya. Dengan
begitu perbuatan seorang muslim diharapkan tidak menyimpang
dari aturan syariat. Jadi Islam nggak melarang cinta itu sendiri tapi
perwujudan dari cinta itu yang akan diatur. Catet ya.
Bagaimanapun cinta memang berpengaruh besar dalam kehidupan.
Setiap orang punya cinta. Kita semua memiliki cinta. Tapi terus terang, cinta
bukan hanya hubungan lawan jenis laki
dan perempuan. Bukan
hanya sebagai hubungan
sempit seperti itu,
yang kemudian dijadikan pemuas
nafsu liar. Tapi cinta begitu luas. Karena ia merupakan perwujudan dari naluri
mempertahankan jenis. Yang tentu diberikan oleh Allah SWT.
Cinta jangan hanya
cuma dinilai sebagai
hubungan cowok sama
cewek. Soalnya, takutnya cinta
malah menjadi malapetaka.
Banyak kasus gara-gara
mendewakan cinta, malah akhirnya
berantakan. Cinta bisa membuat kamu
gembira, senang, sedih, kecewa dan nyesel,
termasuk rugi. Lebih
celaka lagi kalo
ada cinta yang
tak berbalas, bisa-bisa
pakai dukun.
Tapi kita juga
ingin menikmati cinta
juga? Kok sepertinya
nggak boleh. Bukan
kagak boleh, tapi musti dikendalikan. Jangan dibiarkan liar nggak
karu-karuan, melalui aktivitas pacaran yang bisa berujung seks bebas.
Contoh riilnya begini.
Aktivitas wajib yang
biasa dilakuin oleh
para remaja yang
udah punya gebetan adalah wakuncar alias apel alias nge-Date. Pastinya
cuman berdua aja dong, nggak ada ceritanya pacaran ngajak orang sekampung. Itu
sih bukan pacaran, tapi mo pergi kondangan. Nah, setelah ada kesempatan
berduaan, mereka manfaatkan dengan mojok. Wis klo udah
mojok, pake prinsipnya
ahli marketing, ‘sedikit
bicara, banyak bekerja’.
Maka tangan tanpa permisi
mulai gerilya, dari
pegang tangan, yang
awalnya geli, sampe
minta cipika-cipiki yang katanya bikin gelisah alias geli-geli basah.
Huh… jadi serem deh.
Hmm… aneh bin
ajaib memang. Urusan
cinta yang diwujudkan
lewat pacaran kadang nggak kenal tempat dan waktu. Kalo udah demen, main
nyosor aja ampe lupa kanan-kiri. Ada
seorang teman sering
bikin anekdot, katanya
gara-gara teman-teman yang
demen pacaran, nggak terasa kalo pacarannya ternyata di kuburan.
Sampe-sampe setan di kuburan permisi
karena tempatnya udah
di kapling mereka
yang pacaran. Akhirnya
setan pun gentayangan di
dunia lain, main
sinetron, main film,
termasuk bikin kesurupan
temanteman remaja di sekolah. He..heee.
Emang ya saking
menjamurnya budaya pacaran,
mereka nggak malu
lagi ngelakuin aktivitas yang
sebenarnya bikin yang
liat aja malu.
Di angkot, di
pasar, di kereta,
di bus, termasuk di
sekolah, mudah di
jumpai remaja yang
saling memadu kasih.
Lihat juga di taman
kota, di trotoar
jalan, termasuk di
perpus. Atau bagi
mereka yang berani
n berkantong tebel, bisa
nyewa losmen atau
penginapan. Kali aja
makin panas (kompor kale…).
Udah gitu nggak
kenal waktu, bisa
siang hari, bisa
malam hari. Nempel
terus, persis kayak prangko.
Yang milih malam hari banyak juga lho
yang sok romantis,
pake gantian ngitungin jumlah
bintang di langit segala, ngobrol ngalor ngidul di bawah sinar rembulan yang
jatuh ke bumi, duh kayak di sinetron jadinya (eh, pas meremas jari pacarnya,
ternyata jempol semua! Huahaaantuuu!!!).
Sobat muslim, ngomong-ngomong apa sih definisi pacaran? Kayaknya nggak ada
definisi yang baku ya tentang what’s meaning Pacaran? Tapi kalo boleh
meraba-raba arti pacaran itu sendiri bisa diliat dari cara, kegiatan,
aktivitas, ritual ketika dua orang sedang memadu kasih. Apalagi klo bukan mojok
berdua, nonton berdua, boncengan berdua, shoping berdua. Nah, kalo yang seperti
itu sih udah puluhan tahun yang lalu dilarang oleh Rasulullah Saw, melalui
haditsnya: "Barangsiapa
beriman kepada Allah
dan hari akhir, maka tidak boleh
baginya berkhalwat dengan seorang
wanita sedangkan wanita
itu tidak bersama
mahromnya Karena sesungguhnya
yang ketiga di antara mereka adalah setan". (HR. Ahmad).
Lain lagi, kalo orang hukum bilang, pacaran adalah kontrak
sosial antara laki dan wanita dalam satu ikatan dengan tujuan untuk menikah. Hmm..
bener nggak sih? Buktinya banyak yang cuma main-main doang. Lha iya, anak SD
dan SMP udah pacaran, apa mereka mikir mo langsung nikah? Kayaknya, nggak
mungkin gitu loh.
Memang remaja sekarang pada pinter ngeles lho, pake ngedalil
segala. Seolah-olah bakal ditolerir
agama dengan dalilnya
yang asal-asalan itu.
Nggak lha yauw.
Ada yang bilang “gaya pacaran kita long distance koq, jadi di jamin aman-aman aja”. Karena si
dia tempatnya nun jauh di
ujung kabel, dan
komunikasinya cuma via
sms, chating, YM-an,
trus kamu berdalih bahwa ini
bagian dari ta’aruf alias pengenalan karakter.
Ok, kalo emang
kamu berniat ta’aruf,
ngapain juga kalo
ngobrol koq nggak
fokus masalah masa depan,
tapi udah ngomong
ngalor ngidul nggak
karuan, sampe-sampe urusan “kamu
sekarang pake baju apa” aja ditanyakan. Abis gitu ngobrolnya nggak cukup menitan, tapi
berjam-jam, nggak cuman
di rumah, kalo
perlu dimana aja,
selagi ada kesempatan telepon
terus-terusan. Persis kayak
orang pacaran pada
umumnya, cuman tempatnya aja yang
berjauhan, sehingga nggak bisa komunikasi face to face. Nah, kalo udah seperti
itu apa bedanya dengan pacaran? “Tapi khan masih aman?!”
Salah besar sobat.
Nggak ada yang
bisa ngejamin, kamu
sendiri pun nggak
berani ngasih garansi, dari
ngobrol via telepon,
akhirnya kalo nggak
ada desiran nafsu,
yang berujung pengin ketemu
darat. Dan sudah
banyak kasus bertebaran,
kalo udah ketemu darat
apa aja dilakuin
dua anak manusia
yang lagi memadu
kasih. Setan udah
berhasil membujuk mereka agar jadi temannya nanti kelak di neraka.
Hiiih.. naudzubillah.
Ada yang lebih
lucu lagi sobat.
Ada beberapa teman
remaja yang ngelakuin
pacaran kayaknya seperti udah
jadi suami-istri. Nyebutnya
aja “mamah-papa”. Trus
mirip sopir pribadinya gitu, kalo
sekolah diantar, pulang sekolah dijemput, ke mall diantar, nonton ayo juga.
Yang lebih gokil lagi, (ini berdasarkan pantauan di lapangan) mereka boncengan
naik sepeda motor pake
pegangan segala, layaknya
kita yang udah
married. Biasanya nggak cukup cuma pegangan, ditambah biasanya
si cewek (maaf) dadanya nempel di punggung si cowok. Waduh gaswat emang.
Kayak gitu dilakukan sepengetahuan
ortunya masing-masing. Mereka
seakan memaklumi tingkah polah anaknya itu. Mungkin mereka takut,
sungkan menegur anaknya. Padahal
justru berawal dari
sungkan, itu akhirnya
anaknya menganggap ortunya mengamini saja perbuatan mereka
berdua, dan keterusan deh. Ada ortu yang membiarkan, dipikirnya anaknya sedang
proses pengenalan, ya wajar. Tapi yang jadi nggak wajar kalo mereka udah
proses pengenalan luar-dalam,
trus nggak jadi
nikah. Perih banget
khan rasanya?!
Sobat muslim, hati-hati deh. Dalih kamu untuk ‘ta’ruf’ trus
kelanjutan pengin ‘taqarrub’, yang akhirnya ‘ta’ tubruk’ udah ketahuan, itu
hanya kedok doang. Mana ada kucing yang tahan jika mangsanya ngasih peluang.
Mana ada yang tahan godaan kalo udah lengket-masket begitu. Bener nggak ada
jaminan deh kalo udah nempel begitu tanganmu nggak gerilya kemana-mana. Yee..
jadinya antara nafsu dan cinta jadi bias. Gubrak, itu namanya peluang untuk saling
‘menubruk’ makin terbuka.
Jadi jangan bingung
kalo kemudian kamu
bisa baca di koran
tentang seks bebas
remaja ibu kota,
juga tentang angka
aborsi yang kian meroket, dan menularnya PMS (penyakit
menular seksual). Hih, syerem abis!
Sekali lagi, cinta
bukan untuk direndahkan
nilainya dengan aktivitas
seperti itu. Betul kalau
cinta memang tidak
bisa dimatikan, semua
sependapat dengan itu.
Tapi, bukan berarti
dipropagandakan lewat aktivitas frontal seperti Pacaran, bagaimana pun juga
adalah salah satu aktivitas
yang bisa mendorong
kamu ke dalam
dosa dan maksiat.
Allah SWT berfirman:
"Janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya (zina) itu adalah
perbuatan yang tercela dan jalan yang buruk"(OS: Al lsra: 32).
Meski tidak secara
tertulis dalam ayat
itu kata-kata pacaran,
tapi maksudnya jangan mendekati zina adalah perbuatan
seperti pacaran itu. Kita bisa melihat, atau bagi yang suka gaul bebas
seperti itu bisa
merasakan bahwa aktivitas
pacaran itu tidak
seru bila cuma ngobrol
lewat telepon atau
bertatap wajah dari
seberang pagar sekolah.
Pasti ada acara tambahan yang lain. Misalnya, janjian
nonton film di bioskop, atau main ke tempat rekreasi. Ngobrol dengan lawan
jenis di tempat yang sepi apalagi gelap bisa membuat setan tergoda untuk jadi
provokator. Kalau sang
iblis sudah menjadi provokator, pasti
ia mengetukngetuk pintu hati agar
berjalan semakin jauh. Selain mengetuk-ngetuk pintu hati, setan aktif memblokir otak
agar tidak bisa
berpikir dengan akal
sehat untuk melihat
kebenaran. Walhasil, prosesi perzinahan pun tak mustahil bisa terjadi.
Itulah prend, pacaran
udah jelas bikin
rugi. Rugi di
akhirat udah jelas.
Rugi di dunia sebetulnya juga udah jelas. Cuma
kadangkala tertutupi dengan ‘kenikmatan’ yang langsung didapat saat
pacaran. Dasar! Ada
seorang teman yang
bikin rentetan kerugian
orang berpacaran, diantaranya:
Pertama, pacaran diakui atau nggak biasanya bikin berat di
ongkos (biasanya untuk anak cowok). Bayangin aja, kamu musti nyiapin uang
bensin cadangan buat antar jemput pacar kamu, padahal jatah dari bokap nggak
sampe segitu. Itu artinya, kamu harus memutar otak mencari anggaran tambahan.
Belum, kalo pas lagi jalan-jalan, pasti yayang-nya pengin jajan, pengin beli
baju, sementara kamu
biar kelihatan care
ama pacar kamu,
ho’oh aja ketika diminta beliin ini-itu. Wah, kalo gitu
anak cewek ketiban rejeki nomplok terus dong! Nggak juga seh. Bisa jadi anak
cewek juga kudu nyiapin dana. Biasanya buat beli pulsa dong, biar bisa terus
telepon-teleponan atau sekedar SMS “met tidur yayang”. Atau juga bisa buat beli bedak, deodorant,
lipstick, minyak wangi. Malu dong kalo lagi kencan ama cowoknya, bau terasi dan
sambal. Soalnya si cewek hobi makan tempe penyet sih. Hiihii Gejlig!
Kedua, rahasia kamu
bisa kebongkar. Yang
namanya rahasia sebenarnya
nggak semua orang boleh
tahu. Tapi gara-gara
kamu punya pacar,
maka rahasia kamu
jadi kebongkar. Koq bisa?
Bisa aja, apalagi
kalo pacaran kamu
seumur jagung, ditambah
ternyata kamu pacaran ama tukang
gossip. Pueuhh celaka dua belas tuh. Bisa jadi gebetan kamu ngerasa kegirangan bisa
menaklukan kamu yang
gantengnya sekelas Nicholas
Saputra, trus rasa senangnya dia obral ke teman-teman satu
gangnya. Padahal kamu udah terlanjur cerita luar dalam tentang
dirimu ke dirinya.
Termasuk masalah yang
privasi, kayak maaf
kalo tidur suka ngorok lho, maaf
sering kentut sembarangan lho, maaf sering pingsan mendadak, dan bla bla
bla yang lain.
Intinya yang selama
ini kamu rahasiakan
ternyata diketahui oleh orang banyak. Yah, itu resiko kalo
pacaran ama ‘wartawan’ infotaiment tingkat kampung. Belum lagi kalo ternyata
kamu putus ama pacar kamu. Ditambah kamu yang mutusin dia. Wah alamat, segala
kejelekan kamu udah pasti disebar ke semua orang. (koor: cucian deh
Ketiga, menyita waktu. Udah pasti itu. Persis kayak syair
lagu “mau makan ingat kamu, sedang sendiri, ingat kamu”, sehingga rasanya nggak
bisa tiap detik kalo nggak ada si dia. Makanya, saat kamu harusnya belajar,
ehh.. pengin SMS dia. Saat kamu mustinya istirahat tidur karena pulang kerja,
tiba-tiba dia telepon ngajak ngobrol berjam-jam, sehingga waktu tidurmu
tertunda dan juga berkurang. Hari libur, yang mestinya kamu di rumah bantuin nyokap bersih-bersih
rumah, eh dia
datang ke rumah,
minta diantar ke
ulang tahun temannya, sehingga
waktumu ngebantu ortu,
jadi hilang. Kejadian-kejadian seperti
itu berulang terjadi, sampe akhirnya terakumulasi. Sampe akhirnya kamu,
nggak punya waktu buat kamu sendiri,
sekedar care sama
ortu, saudara. Pikiran
dan waktumu abis
terkuras buat pacar kamu itu. Menyedihkan khan ?!
Keempat, resiko patah hati. Namanya aja baru pacaran. Yang
nikah trus cerai aja nggak kehitung jumlahnya. Apalagi kalo ternyata ngeliat
rumput tetangga lebih hijau. Wah alamat putus
nyambung terjadi tuh.
Sehingga masalah sepele
dua pele, kadang
dijadikan alasan biar bisa putus
dengan pacarnya, dan hinggap di bunga lain yang lebih indah. Aduh, sakit rasanya.
Ya, itulah resikonya orang berpacaran, khan katanya pacaran sebagai ajang
seleksi mencari jodoh. Namanya aja seleksi, jadi kalo nggak sesuai kriteria
wajar kalo sehari jadi, sehari putus.
Kelima, resiko di
duakan. Koq bisa?
Bisa aja, khan
kamu nggak bisa
memantau pacar kamu tiap hari.
Persis cerita-cerita di sinetron itu tuh. Apalagi kalo cowok kamu ternyata tipe Casanova,
atau seganteng Afghan.
Wow, kayaknya semua
cewek pengin nemplok (emang lalat..
pake nemplok). Iya,
mungkin kamu aja
sebagai pacarnya bangga
banget ngeliat cowokmu super duper ganteng. Nggak salah khan kalo cewek
lain pengin berebut disampingnya. Cowok yang setia pun bisa tergoda pengin
mencobanya. Awalnya dianggap teman tapi akhirnya demen juga. Siapa tahu malah
kamu yang jadi ‘sephia’-nya. Cewek lain justru kekasih sejatinya. Gubrag!
(suara satu-suara dua: kasihaaan deh kamu…).
Keenam, resiko kebablasan.
Seorang teman sering
bilang “iman kuat,
tapi imron yang nggak kuat”, mungkin untuk
mendiskripsikan kalo sepasang anak manusia sering berduaan memadu kasih,
kebobolan pun bisa
terjadi. Makanya ati-ati
deh, kamu sekarang
yang pacarannya safety aja, nggak menutup kemungkinan bisa bablas
imannya. Kalo udah bobol, yang rugi nggak cuman kamu, tapi ortu bahkan calon
suamimu kelak. Makanya, tobat ya !
Ketujuh, menyita pikiran. Yang ini nggak bisa dipungkiri
lagi, semua pikiran apa saja bisa jadi
enyah, kalo sudah
mikirin pacar. Pacar
is the number
one. Asli, kalo
sudah pacaran cuek bisa jadi is
the best. Boro-boro mikirin nasib saudara kita di Palestine yang hampir tiap hari berjuang
mati-matian membela diri
melawan Israel la’natullah.
Yang dipikirin ya gimana
bisa nyenengin pacarnya,
bahkan kalo perlu
berdarah-darah bakal dijabanin
juga (gak segitunya kale…)
Kedelapan, mudah berbohong. Suer, sifat kayak gini emang
sering mampir buat mereka yang lagi demen pacaran. Bukan menuduh lho, tapi
memvonis (yee.. lebih kejam atuh). Iya, kadangkala kalo perlu berbohong dengan orang-orang terdekat pun
akan dilakukan demi sang pacar. Berdasarkan
survey lapangan neh,
anak kost biasanya
berpeluang besar ngelakuin hal
ini (hihii, yang
kesindir jangan bangga
lho). Bilangnya sama
bonyok, uang jatahnya habis
buat fotokopi bahan
kuliah, buat ini,
buat itu. Eee..
nggak tahunya, uang jatah
bulanan yang dikirim
tiap bulan ama
bonyok, dihabisin buat
mentraktir gadis pujaannya. Pas
si ceweknya bertanya, “emangnya bokap lo, kerja apaan sih?, koq bisa tiap hari mentraktir
gue” (biasa kuliahnya
di Jakarta, jadi pake
lo, lo, gue,
gue). Nah, dijawab sekenanya aja ama tuh cowok, “bokap
gue sebenarnya kerja di Jakarta juga, di bagian staff menteri polhukam”.
(Aduh…mas bilang aja bapakmu jadi satpam, belagu amat)
Nah sobat gitu
dech. Ternyata pacaran
nggak selamanya indah.
Ada juga ruginya. Banyak malah.
Rasanya nggak sebanding
dong kalo kita
harus kehilangan waktu
luang, prestasi belajar, teman
sebaya atau kedekatan
dengan keluarga, karena
waktu, pikiran, tenaga, dan
materi yang kita punya, banyak dialokasikan untuk sang pacar. Belum lagi dosa yang kita
tabung selama berpacaran.
Padahal pacar sendiri
belum tentu bisa mengembalikan semua
yang kita korbankan
ketika kita kena
PHK alias Putus
Hubungan Kekasih. Apalagi ngasih jaminan kita selamat di akhirat. Nggak
ada banget tuh. Rugi kan?
“Tapi bener lho,
Pacaran bisa bikin
semangat belajar” Walah,
kayaknya semut aja ketawa-ketawi kalo
denger alasan kamu
itu. Padahal teori ama praktik beda
banget. Kalo emang pacaran bisa
nambah semangat belajar, tapi kenapa amburadul sekolahnya gara-gara pacaran?
Ingatannya tajam kalo disuruh ngingat nama gacoannya, atau tentang beragam hal yang berkaitan
dengan ceweknya. Tapi
kalo ditanya tentang
hukum gas ideal
dalam pelajaran kimia, pasti
jawabannya tu-la-lit. Trus,
tiap malam minggu
musti ada jadwal wakuncar. Lha kapan mau belajarnya,
Mas? Wis...rucak-rucak.
Bagi sebagian teman
boleh jadi berpendapat
begitu. Sebab, katanya,
pacaran itu bikin hidup lebih hidup. Tidak heran, banyak
remaja yang meyakini bahwa pacaran tempatnya untuk mendapat
perhatian dari lawan
jenis. Lihat teman
sekelas yang kuat
pacarannya, biasanya selalu memperhatikan
penampilan. Gengsi kalau
penampilannya kumuh, sementara
sang kekasih persis guru yang memperhatikan kita. Memang manusia itu senang diperhatikan.
Itu sebabnya, bagi yang lagi getol pacaran, biasanya jadi rajin ke sekolah.
Biar bisa merhatikan dan diperhatikan lawan jenisnya.
Trus kalo pas di sampul bukunya ada foto artis Alysia
Soebandono, ia selalu memiripkan pacarnya
dengan Luna, padahal
mirip alisnya doang
(hee..hee..). Di dinding
kamarnya, bukannya dipenuhi dengan
tulisan rumus-rumus fisika,
matematika, atawa kimia,
tapi malah ditempeli foto pacarnya. Trus di kamarnya nongkrong
radio-tape yang kalo dengerin satu
lagu, bisa-bisanya dicocokkan
dengan isi hatinya
saat pertama kali
ketemu doinya. Wah, gimana bisa
belajar? Padahal, setahu penulis, banyak juga lho, yang semangat belajar tanpa
kudu ngenjalanin pacaran. Justru, waktu sekolah dulu, ada teman penulis yang
main api asmara, malah
belajarnya awut-awutan. Kalo
soal rajin dateng
ke sekolah, ya
iya sih. Tapi yakinlah, tujuan
utamanya bukan untuk belajar di sekolah, tapi cuma pengen ketemu si dia. Bener
kan? Aduh, kayaknya ada yang mesem-mesem kena sindir nih.
Pacaran katanya juga bikin fresh pikiran kita. Aduh biyung,
kayaknya perlu di edit lagi itu otaknya buat yang bilang beginian. Sebab itu
cuma mengada-ada aja. Buktinya, banyak sobat
remaja yang dibikin
puyeng tujuh keliling
gara-gara pacaran. Bisa
jadi sama puyengnya bila disuruh
menghafalkan rumus pitagoras.
Eh, teman pembaca, ada juga lho teman kamu yang pacaran
dengan alasan untuk seleksi kepribadian,
supaya kalo jadian
nikah nggak seperti
beli kucing dalam
sarung… eh maksudnya karung.
Pikirnya, kali aja
ada yang nyangkut
satu untuk dijadikan
istrinya nanti. Waduh, sepintas memang oke juga tujuannya? Tapi tetap
aja alasan seperti ini nggak bisa dibenarkan. Kalo niatnya udah kuat untuk
nikah, ngapain kudu pacaran segala? Sebab, nyatanya banyak
yang justru setelah
berpacaran sekian tahun,
eeh bubar dengan
alasan nggak cocok (emangnya sepatu? Pake dicocokkin), bilang aja mau
coba-coba, itulah wujud kepengecutan mereka. Makanya bagi yang pengecut, sekali
lagi...pengecut, pacaran adalah alternatif untuk coba-coba. Kalo nggak cocok kan bisa say goodbye. Celakanya,
kalo sampe dicobain luar-dalam, wuih ngeri deh! Cowok or cewek yang beginian
nih, ketahun banget niat joroknya.
Dipacarin ? Idih, suka dong !!! Itu kayaknya komentar yang
bakalan meluncur dari mulut sobat remaja kalo ada yang nawarin jadi pacarnya.
Bukan apa-apa, soalnya dia sendiri udah malang
melintang (jielee) di
dunia pacaran, tapi
nggak dapat-dapat juga.
Eee, begitu bengong, ada yang
nawarin. Emang kalo rejeki, nggak akan kemana.
Ajakan itu akhirnya
disambit eeh… maksudnya
disambut juga. Nggak
siang, nggak malam, waktunya
full buat ngecengin
doinya, yang katanya
cinta sejatinya. Nggak
di rumah, nggak di
jalan … kalo
perlu di semak-semak
juga ok, buat
melampiaskan nafsu binatang itu.
Eit…sorry, kita sebut nafsu binatang, soalnya hanya orang yang waras yang masih mengaku
manusia aja yang
mau meninggalkan pacaran.
Sebab bagi orang
yang pacaran aktivitas KNPI
alias Kissing, Necking, Petting dan Intercouse
udah jadi kelakuan bejat mereka. "Lho..mas kita
pacarannya khan nggak serem-serem gitu?!" Ya..ya sih emang belum, mungkin
kamu pacarannya via telepon, sms, chatting, tapi tetep aja suatu saat kamu pasti
akan bikin janji ketemu darat. Nah, untung khan kalo cuman ketemu di darat… lha
kalo sampe kamu lupa daratan, kemakan ama rayuannya "buaya darat",
trus "mabuk darat", wah berabe tuh.
Kita ngingetin aja buat sobat muslim yang cewek. Pacaran,
dihitung pake mesin hitung apa aja, tetep
bikin kamu rugi,
bangkrut, pailit 'n
yang jelas bikin
kamu mencicipi api neraka. Yang cowok? Ya dosa juga, tapi
biasanya khan effeknya nggak seberapa, dibanding dengan anak cewek. Coba aja,
teman, tetangga kamu akan bilang "ehh…jangan mau ama si Ani, soalnya dia
habis dipacarin ama si Anu". Wah.. kalo udah gitu, siapa yang malu hayo ? bukan
hanya kamu, bokap and nyokap kamu juga kehilangan muka karena tingkah lakumu itu.
Virginitas-mu akan diragukan banyak orang.
Maaf, maaf aja lho Non, kita bilang beginian, bukannya kita
sok suci atau ngerasa paling bener sendiri. Sumpeh lho, kita ngomong, ehhh,
menulis begini karena kita masih sayang ama saudara semuslim. Sebab siapa lagi,
yang mau peduli ama sesama muslim, kalo bukan saudaranya sendiri, ya nggak ?
And then, pacaran
jadi barang yang
lumrah. Malahan, kalo
nggak ngelakuin pacaran, bisa-bisa kita malah kena stempel
KUNO. Kalo nggak pacaran, masyarakat akan menyebut kita dengan sebutan tidak
laku, nggak gentlemen, nggak punya nafsu, de el el. Bagi sobat muslim yang
imannya pas-pasan, artinya
pas ditawarin pacaran,
pas imannya kendor, akhirnya jadi
juga tuh…ngelakuin pacaran.
Makanya, tulisan kita
kali ini mau
mencoba ngasih tahu lagi.
Kalo kamu udah
berkali-kali dengerin atau
baca nasehat yang
serupa. Coba baca lagi
deh, dan jangan
pernah bosen. Kali
aja, nasehat ini
berguna, tidak untuk sekarang, tapi nanti, besok atao lusa
mungkin kamu tobat dan nyesel nggak mau ngelakuin pacaran lagi. Bukan…karena
udah tahu rasa dan akibatnya pacaran, tapi karena kesadaran, ya..sadar bahwa
pacaran hanya bikin
bencana. Dan pesen
aja, buat sobat
muslim cewekyang pake
kerudung tapi tetep
nekat pacaran. Inget
!!! kamu nggak
hanya menodai diri kamu sendiri tapi juga menodai Islam.
Dipacari, bagi sebagian
teman remaja emang
asyik. Pake ditraktir,
diantar ke sekolah, abis
gitu diperhatiin banget,
dikunjungi hampir tiap
hari, katanya sih
sebagai bukti rasa sayang
(bisik-bisik : kalah
dong, pasien di
rumah sakit). Wah,
kalo ada yang
merasa disayang karena tiap
hari disamperin, kayaknya
otak teman remaja
perlu di reparasi
tuh, soalnya WC yang tiap hari dikunjungi…nggak ada khan orang yang
sayang ama WC, trus di tembok WC-nya ditulisi I Love WC-ku. Gubrak !
Sobat muslim, kalo
emang pacar kamu
juga seorang muslim.
Mustinya nyadar, kalo pacaran itu dilarang oleh agama, bahkan
Al-Qur'an menyebutnya dengan zina (lihat QS. AlIsra 32).
"Tapi kita khan
masih muda, masih
pengin menikmati kesenangan
dunia". Eh...Neng, kita kasih tahu ya, kalo yang namanya mati itu,
nggak ngeliat lagi masih muda atau sudah tua. Malahan ada tuh, tetangga
sebelah, anak kecil, tewas kesruduk becak. Justru kalo kamu masih muda, gunakan
tuh otak kamu untuk berpikir secara jernih dan mendalam tentang Islam.
Jangan kotori otak
kamu dengan pikiran
ngeres untuk berbuat
maksiat dengan lawan jenis kamu.
Lagian, kalo kamu
nyari kesenangan dunia,
ah…itu hanya kesenangan
yang menipu, bohong. Liat
Allah sendiri berfirman
: "Dijadikan indah
pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga)". (QS. Ali Imron 14)
"Tiap-tiap
yang berjiwa akan
merasakan mati. …
Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan".
(QS. Ali Imron 185)
"… Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal
kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan
(yang sedikit)." (QS. ar-Raad 26)
"Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan
dunia itu hanyalah
permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta
dan anak, seperti
hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan
para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan
kamu lihat warnanya
kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan
ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. al Hadid 20)
Islam nggak ngelarang kita mencari kesenangan di dunia. Tapi
gimana-gimana namanya manusia pasti bakalan
mati. Nah, kalo
semua manusia bakalan
mati…apa sih yang
udah kita persiapkan untuk mati kita. Ada pepatah yang bilang
"Dunia adalah ladang Akhirat". Hem…
artinya sobat muslim
udah ngeh kalo
aktivitas dunia bakal
kita pertanggung jawabkan di
akhirat kelak. Well, kalo di dunia, usia mudamu, kamu nodai dengan aktivitas gaul bebas,
pacaran, free seks
atau apapun namanya
tentu aja bakalan
kotor tuh catatan amal kamu.
Kesenangan dunia itu
kalo sobat mau
mengibaratkan, seperti sebongkah
emas murni yang warnanya
kuning. Menyilaukan memang,
jelas menggiurkan tapi
coba masukin sebongkah emas
yang kuning tadi
ke dalam septitank
WC. Hiihh..jijay khan,
apa beda warnanya dengan
isi WC yang
juga kuning. Dunia
itu juga ibarat
air laut. Namanya
air mustinya kalo diminum
bisa menghilangkan haus,
tapi kalo kamu
minum air laut
yang mengandung garam, nggak bakalan bisa hilangin haus kamu…tapi
malahan kamu tambah dan terus semakin
haus, bikin kamu
terus meminumnya. Yup,
begitu pun dunia.Kesenangan dunia kalo makin dikejar,
makin nggak ada habisnya, malahan bikin kita makin mengejarnya. Nah, kalo udah
mengejar dunia apalagi ditambah pemahaman agama kamu keropos, ditanggung kamu
bakalan OK aja, ngelakuin maksiat.
Maksiat
kecil-kecilan yang mungkin
pertama kali kamu
lakuin, bohongin ortu
kamu. Uang SPP ditelep abis, buat traktir si doi. Setelah aksi kriminil
itu nggak tercium ama bokap and nyokap,
kamu berusaha ngelakuin
yang lebih dari itu. Kali
ini nggak cuman sekedar bohong tapi udah bikin ortu kamu,
hampir-hampir kehilangan muka. Sebab aktivitas gaul bebasmu udah menjurus ke
pergaulan suami isteri alias free seks extra marital.
Jadi intinya, nikmati saja dulu cinta itu dengan diam-diam.
Tunggu saatnya tiba. Saat di mana kita
sanggup menahan beban
dan siap ditelan
kenyataan. Biarkan ia tumbuh subur dulu. Kalo pun kemudian harus
kecewa, ya itu risiko. Tapi minimal, kita pernah mencintai seseorang yang bisa
memekarkan kuncup di hati kita dan membuat kita jadi kreatif tanpa rasa
bersalah sedikit pun. Lagian bukankah Bang Ebiet pernah bersenandung, “Sebab
cinta bukan mesti bersatu...” Ehm
Itu sebabnya, banyak
orang sekadar “cinta
sepihak” dan memendamnya
dalam hati. Karena tak berniat
untuk mengungkapkannya. Tapi ternyata aman-aman saja kok. Jelas, ia tidak merasa
bersalah. Baik kepada
dirinya maupun kepada
orang lain. Mungkin
ini tipe orang yang
seperti digambarkan dalam
lagunya Bang Ebiet
G. Ade, “Apakah
Ada Bedanya”: “Cinta yang kuberi
sepenuh hatiku, entah yang
kuterima aku tak
peduli... aku tak peduli.. aku
tak peduli”. Duile..
Sobat, kamu adalah sobat muslim yang juga manusia. Pasti
bakalan bisa koq, kalo emang kamu
sungguh-sungguh mau ninggalin
pacaran. Semuanya tergantung
niat, tekad dan kemauan untuk ninggalin. Kalo ketiganya
nggak ada dalam diri kamu, bakalan sulit
bikin kamu keluar dari lingkaran maksiat yang namanya pacaran.
Biarpun, cowok kamu
'maksa' agar kamu
jangan ninggalin dia.
Tapi kalo kamu
udah punya tekad dan kemauan, udah deh mending tinggalin aja. Kenapa ?
Pertama, belum tentu cowok yang udah
menggandeng kamu (emang
truk…pake digandeng), macarin
kamu sekian tahun bakalan jadi pasangan sejati kamu. Bisa jadi, dia
punya PIL alias pacar idaman lain.
Atau bisa juga,
cowok kamu tipe
Casanova yang suka
hinggap dari satu
bunga ke bunga yang lebih cantik.
Eee.. "kayaknya pacar saya nggak gitu, deh". Ah, yang bener aja, masak
kamu tahu gimana pacar kamu kalo di belakang kamu ? Apa kamu mirip sekretaris pribadinya pacar
kamu, hingga kamu
tahu detailnya aktivitas
pacar kamu diluar
sono? Makanya, orang pacaran
tuh, sering bermuka
dua. Bukannya pake
topeng, tapi emang punya kepribadian ganda alias split personality.
Yang kedua, kenapa kita ngotot dorong kamu untuk ninggalin
pacar kamu. Karena kalo untuk milih-milih cowok atawa cewek yang bakalan jadi
pasangan hidup kamu selamanya. Trus, kamu milihnya pake pacaran dulu, maka
perhatiin nih firman Allah : "Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang
baik (pula)" (QS. An-Nur 26)
Nah lho, makanya kapok aja deh pacaran, sebelum kamu dapat
predikat sebagai wanita keji atau laki-laki keji, sebab jodohnya adalah orang
yang serupa.
"Sebenarnya dari dulu, kita juga udah punya niat mo
ninggalin pacaran, tapi…." Walah, kalo
cuman niat mah,
bakalan kesandung ama
kata 'tapi'. Barengi
aja niat kamu
dengan tekad dan kemauan.
Sementara tekad dan
kemauan yang kuat
hanya bisa didapat
kalo kamu mau merubah
sikap kamu yang
ogah-ogahan menerima kebenaran
dari Islam. Kebenaran Islam hanya
bisa didapat dari mengkaji Islam dengan benar. Sebab masyarakat udah terlanjur
ngertiin kalo Islam itu hanya ibadah ritual doang, macam sholat, puasa, haji dll.
Padahal kalo mereka ngerti, sebenarnya Islam lebih dari itu. Islam bisa
menyelesaikan problem manusia macam
apapun. Jadi, nggak
usah ragu untuk
berubah dari yang
suka ngelakuin amal yang salah jadi demen ngelakuin amal sholeh. Tekad dan kemauan kamu untuk berubah jadi
baik itu nggak salah. Yang salah adalah kalo kamu nggak mau berubah jadi baik.
Betul ???
Trus, gimana dong? Nah, ini saat yang tepat untuk berubah,
mengubah persepsi kamu tentang cinta. Cinta yang diaplikasikan melalui pacaran
atau sex bebas adalah salah besar dalam
pandangan Islam, cinta
seperti itu adalah
sampah, bikin bau
busuk, kalo' nggak dibuang
ya dibakar. Sedangkan
cinta dalam pandangan
Islam adalah sesuatu
yang fitri keberadaanya pada
diri manusia, bahkan
dalam sebuah hadits
cinta itu disetarakan
atau diidentikan dengan keimanan kita, misalnya : "Tidak dianggap beriman diantara kalian
hingga Aku (Rasulullah) lebih
di cintai daripada
cintanya kepada sanak
keluarganya dan keseluruhan manusia" (HR. Bukhori)
Allah
mengkaruniakan
kebutuhan-kebutuhan itu satu
paket sama aturan
mainnya. Tidak bisa cara pemenuhan kebutuhan itu semau gue. Karena
manusia itu lemah, tidak tahu mana
dan apa yang
terbaik buat dirinya.
Allah Swt. berfirman:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [QS al-Baqarah 216]
Pacaran adalah salah
satu pemenuhan yang
salah dari naluri
mempertahankan jenis. Sebab,
pemenuhan dan penyaluran yang sah menurut Islam adalah dengan menikah. Sabda Rasulullah
saw.: "Wahai para pemuda,
barangsiapa di antara kamu memiliki kemampuan untuk menikah, maka nikahlah,
sebab nikah itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan; tetapi
barangsiapa belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab puasa itu baginya
merupakan pelindung" (HR Bukhari)
Allah juga menegaskan
dalam firman-Nya: "Dan
orang-orang yang tidak
mampu kawin hendaklah menjaga
kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya."(QS an-Nûr
33) Jadi, alasan-alasan
kamu yang menjalani
aktivitas pacaran semuanya tertolak secara logika, apalagi
hukum Islam. Alasan-alasan tersebut hanyalah justifikasi alias pembenaran
terhadap maraknya perilaku seks bebas di kalangan remaja. Padahal semua itu dilarang
dalam ajaran Islam. Sebab, kita hanya hidup dengan Islam, dan hidup hanya untuk
Islam.
Cinta itu tidak
harus kepada lawan
jenis, bisa cinta
sama kakak, adik,
ortu, saudara seiman tapi tetap
saja cinta kepada mereka tidak boleh melebihi cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya sebagaimana dalam sebuah
ayat : "Katakanlah "Jika
kamu mengutamakan bapakbapakmu,
anak-anakmu, saudara-saudaramu,
isteri-isterimu, keluargamu, harta
hasil usahamu, perdagangan yang
kamu khawatirkan kebangkrutannya dan
tempat tinggal yang
kamu senangi, melebihi daripada
mencintai Allah dan
Rasul-Nya serta berjihad
fii sabilillah, maka
nantikanlah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya" (QS. at-Taubah
24). Siapapun bisa mengidap
cinta, anak muda,
orang tua ataupun
"anak-kanak" bisa memiliki rasa
cinta, namun kalo
mereka muslim yang
ngaku dengan syahadatain
ingat firman Allah :
"Katakanlah (Muhammad): Jika kamu benar-benar cinta kepada Allah,
turutilah aku Muhammad, pasti Allah
mencintaimu pula dan
sekaligus mengampuni dosa-dosamu" (QS.
aliImron 31)
Semoga Bermanfaat.. Barakallah..
lukyrouf.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar