Apa itu Valentine’s
Day?
Oleh : Ustadz Luky B
Rouf
•Creative Writer
•Inspirator #YukMoveOn | Pengkader Pendakwah Ideologis
•Publishing Manager Al Azhar Press
•Kontributor Tabloid Mediua Umat, dakwahremaja.com
•Owner D’Walimah Organizer Pernikahan Islami
•Chief Operational Officer MoveON Inspiration
Oya sobat, kenapa
kita ngajak kamu
mikirin tentang asal-muasal
V-Day? Ayo tebak, kenapa? Sebenarnya
lebih kepada ngajak
sobat muslim semuanya
untuk bareng-bareng berpikir, betapa
sebenarnya kita perlu tahu dasar
pijakan perbuatan kita.
Jangan-jangan emang benar, kalo sobat teman remaja ngerayain V-Day, tapi
nggak tahu asal muasal V-Day darimana.
Disinilah pentingnya kita
nyari tahu siapa
dan apa itu
V-Day. Dan dibahasan sebelumnya udah
kentara sekali, baik
dari sisi ‘shahih’
tidaknya periwayatan sejarah maupun dari
sisi ‘isi’ kandungan
perayaan itu sendiri.
Sehingga kita nggak
perlu maksa kamu untuk ninggalin
aktivitas ber V-Day ria, tapi dengan ngeliat amburadulnya sejarah VDay maka
sudah barang pasti, kamu akan dengan sendirinya suka rela ninggalin ngerayain
V-Day. Tul nggak?
Sobat, karena namanya
Valentine’s Day, maka
itu artinya harinya
Valentine. Siapa itu Valentine, udah dikupas sebelumnya tadi.
Tapi paling nggak masih tersisa dua persoalan, yakni: tentang
siapa Valentine versinya
orang Kristen? Dan
tentang kenapa orang
yang bernama Valentine sampe musti dirayakan?
Seperti udah diungkap
sebelumnya juga, kalo
sebenarnya nggak ada kaitan langsung antara Valentine
versi Romawi Kuno
dengan Kristen. Oleh
karena itulah orang
Kristen khususnya pihak Gereja
emang mau menghapus
tradisi Pagan-nya Romawi
kuno, trus dibungkus sedemikian
rupa sehingga jadi
agak “agamis”. Di
sisi lain, entah
emang pas tanggalnya atau
dicocokkan tanggal 14
Februari adalah kematian
Santo Valentine, yang sebenarnya selisih
sehari (tanggal 15)
dari festival Lupercalia-nya Romawi
Kuno. Nah, karena kita
mau ngebahas “APA
ITU VALENTINE?”, rasanya
nggak lengkap kalo
nggak kita bandingkan dua-duanya, yakni V-Day versi Romawi Kuno, dan
V-Day versi Kristen.
Di The Catholic
Encyclopedia Vol. XV
sub judul St.
Valentine menuliskan ada
3 nama Valentine yang mati pada
14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa
Romawi. Namun demikian
tidak pernah ada
penjelasan siapa “St.
Valentine” termaksud, juga dengan
kisahnya yang tidak
pernah diketahui ujung
pangkalnya karena tiap sumber
mengisahkan cerita yang berbeda.
Ensiklopedia Amerika (volume XIII/hal. 464) menyatakan,
"Tanggal 14 Februari adalah hari perayaan modern yang berasal dari dihukum
matinya seorang pahlawan kristen yaitu Santo Valentine pada tanggal 14 Februari
270 M".
Ensiklopedia Amerika (volume XXVII/hal. 860) menyebutkan,
"Yaitu sebuah hari dimana orang-orang
yang sedang dilanda
cinta secara tradisional
saling mengirimkan pesan cinta dan hadiah-hadiah. Yaitu
hari dimana Santo
Valentine mengalami martir
(seorang yang mati sebagai
pahlawan karena mempertahankan kepercayaan/keyakinan)".
Sekarang kita ngebahas
yang versi Romawi
Kuno dulu ya.
Kalo berbicara V-Day
versi Romawi Kuno berarti
bicara Festival Lupercalia.
Dari sisi legenda
atau cerita festival Lupercalia adalah
upacara untuk menghormati
Dewi kesuburan. Tanggal
14 Februari adalah hari untuk
menghormati Juno di masyarakat Romawi kuno. Juno adalah ratu para dewa dan dewi
Romawi. Dia juga dikenal sebagai Dewi Para Perempuan dan Perkawinan. Hari
berikutnya, 15 Februari, adalah festival Lupercalia.
Ritual apa yang
dilakuin untuk mengagungkan
Juno? Biasanya salah
satunya berupa aktivitas
pengundian nama-nama para gadis. Pada malam sebelumnya (tanggal 14), namanama
dari gadis-gadis Romawi ditulis pada secarik kertas dan dimasukkan ke dalam
botol (versi lain diceritakan
dimasukkan ke dalam
bejana). Trus, nanti
akan ada kaum
cowok yang akan mengambil
secarik kertas dan menjadi pasangan
selama festival dengan
gadis yang namanya terpilih.
Setelah kepilih, akhirnya
pasangan itu saling
tukar kado sebagai pernyataan cinta kasih, trus acara
dilanjutin dari pesta dansa-dansi sampai pesta seks. Ada diantara pasangan
yang udah jadi
tersebut berjalan selama
setahun, kalo istilah
sekarang mah pacaran. Dari
proses pengundian, kenalan,
berkasih sayang kalo
akhirnya cocok, mereka akan
menikah.
Ada versi lain yang menceritakan tentang sejarah Valentine,
bahwa pada awalnya orangorang
Romawi merayakan hari
besar mereka yang
jatuh pada tanggal
15 Pebruari yang diberi nama Lupercalia. Peringatan ini
adalah sebagai penghormatan kepada
Juno (Tuhan wanita dan
perkawinan) serta Pan (Tuhan dari alam
ini) seperti apa yang mereka percayai. Acaranya? Laki
dan perempuan berkumpul,
lalu saling memilih
pasangannya lewat kado yang
telah dikumpulkan dan
diberi tanda sebelumnya—tukar kado.
Selanjutnya? Hurahura sampai pagi.
Sebenarnya masih terdapat perbedaan versi dan beragam
catatan mengenai akar sejarah valentine, jika dicermati ternyata tradisi ini
mengadopsi pada kebiasaan masyarakat romawi kuno yang menganggap pertengahan
bulan pebruari sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh
kalender Athena kuno,
periode antara pertengahan
Januari dengan pertengahan Februari
disebut sebagai bulan
Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci
Dewa Zeus dan
Hera. Setiap tanggal
13-14 Februari para
pendeta mengadakan ritual persembahan
kepada dewa Lupercus
(sang dewa kesuburan)
yang diakhiri dengan sebuah
pesta atau perayaan
Lupercalia pada tanggal
15 Februari sebagai puncaknya. Dalam berbagai literatur
disebutkan pada hari itulah para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis
di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama
secara acak. Gadis
yang namanya ke
luar harus menjadi
kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek
hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Pada tanggal yang sama juga 15 Februari, ada versi yang
menceritakan para pendeta tiap tanggal
itu akan melakukan
ritual penyembahan kepada
Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing
kepada sang dewa. Setelah itu mereka minum anggur dan
akan lari-lari di
jalan-jalan dalam kota
Roma sambil membawa
potonganpotongan kulit domba
dan menyentuh siapa
pun yang mereka
jumpai. Para perempuan muda akan
berebut untuk disentuh
kulit kambing itu
karena mereka percaya
bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan
bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.
Keesokan
harinya, 15 Februari,
mereka ke kuil
untuk meminta perlindungan
Dewa Lupercalia dari gangguan
serigala. Selama upacara
ini, para lelaki
muda melecut gadisgadis
dengan kulit binatang. Para perempuan
itu berebutan untuk
bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat
lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.
Pada masa itu, kehidupan belum seperti sekarang ini, para
gadis dilarang berhubungan dengan para pria. Pada malam menjelang festival
Lupercalia berlangsung, nama-nama para gadis ditulis di selembar kertas dan kemudian dimasukkan ke
dalam gelas kaca. Nantinya para
pria harus mengambil
satu kertas yang
berisikan nama seorang
gadis yang akan menjadi teman kencannya di festival itu.
(VCD V-Day, Irene Handono)
Gimana sobat, udah
tambah yakin kalo
emang sejarah tentang
apa itu V-Day,
nggak nyumber dari Islam sama sekali, malah bertentangan dengan syariat
Islam? Bahkan berasal tradisi kuno, yang kalo di masa Islam disebut masa
tradisi Jahiliyah, yang itu ditentang oleh Rasulullah Saw kala beliau di Mekah
mendakwahkan Islam.
Hemm.. rupanya perayaan
V-Day versi Romawi
Kuno berlangsung bertahun-tahun, sampe akhirnya munculnya
V-Day versi Kristen yang juga masih di Roma. Oya sobat, kita ingetin sekali lagi
kalo sejarah V-Day ini emang nggak ada keseragaman cerita, jadi wajar aja kalo
kamu maybe agak sedikit bingung menelaah sejarahnya. Dan keberadaan tulisan
ini, bukan mau meluruskan apalagi membenarkan legenda V-Day, tapi sekali lagi
karena emang mau mengajak sobat muslim semuanya berpikir bijak menyikapi suatu
masalah dilihat dari sisi benar dan tidaknya sumber sejarah. Sebab kalo sumber
persoalannya aja nggak bener, kenapa musti kita tetap yakini kalo V-Day itu
emang ada. Ya nggak?
Ok, sekarang kita
telusuri cerita V-Day
versi Kristen, ya.
Ada versi cerita
yang mengisahkan bahwa Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan
memenjarakan St. Valentine karena menyatakan
tuhannya adalah Isa
Al-Masih dan menolak
menyembah tuhan-tuhan orang Romawi.
Orang-orang yang mendambakan
doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali
penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap
tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada
orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun
St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak
pemuda sehingga iapun
ditangkap dan dihukum
gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book
Encyclopedia, 1998).
Ensiklopedia
Britania (volume XIII/hal.
949), "Valentine yang
disebutkan itu adalah seorang utusan dari Rhaetia dan
dimuliakan di Passau sebagai uskup pertama". Sementara itu, pada 14
Februari 269 M meninggalkan seorang pendeta kristen yang bernama Valentine.
Semasa hidupnya, selain
sebagai pendeta ia
juga dikenal sebagai
tabib (dokter) yang dermawan, baik hati dan memiliki jiwa
patriotisme yang mampu membangkitkan semangat berjuang. Dengan
sifat-sifatnya tersebut, nampaknya
mampu membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap
penderitaan yang mereka
rasakan, karena kezhaliman
sang Kaisar.Kaisar ini sangat
membenci orang-orang Nashrani dan mengejar pengikut ajaran nabi Isa. Pendeta
Valentine ini dibunuh karena melanggar peraturan yang dibuat oleh sang Kaisar,
yaitu melarang para pemuda untuk menikah, karena pemuda lajang dapat dijadikan
tentara yang lebih baik
daripada tentara yang
telah menikah. Valentine
sebagai pendeta, sedih melihat
pemuda yang mabuk
asmara. Akhirnya dengan
penuh keberanian, ia
melanggar perintah sang Kaisar.
Dengan diam-diam ia
menikahkan sepasang anak
muda. Pendeta Valentine berusaha
menolong pasangan yang
sedang jatuh cinta
dan ingin membentukkeluarga. Pasangan yang ingin
menikah lalu diberkati di tempat yang tersembunyi. Namun rupanya, sang
Kaisar mengetahui kegiatan
yang dilakukan oleh
pendeta tersebut, dan kaisar
sangat tersinggung hingga
sang Pendeta diberi
hukuman penggal oleh
Kaisar Romawi yang bergelar
Cladius II. Sejak
kematian Valentine, kisahnya
menyebar dan meluas, hingga tidak
satu pelosok pun
di daerah Roma
yang tak mendengar
kisah hidup dan kematiannya. Kakek dan nenek mendongengkan cerita Santo
Valentine pada anak dan cucunya sampai pada tingkat pengkultusan !!
Sementara di kisah
lain diceritakan kalo
sekitar abad ke
III Masehi, dibawah pemerintahan Kaisar Claudius II,
Romawi terlibat dalam peperangan. Claudius yang dapat julukan si kaisar kejam
itu membutuhkan bala tentara yang cukup banyak untuk membela pasukannya. Tapi
ternyata dia kesulitan
merekrut pemuda untuk
memperkuat armada perangnya. Karena
menurutnya, para pria
Romawi enggan masuk
tentara karena berat meninggalkan keluarga
dan kekasihnya. Akhirnya
keluarlah fatwa dari
sang raja agar semua pernikahan dan pertunangan di
Romawi kudu dibatalkan.
Titah sang Raja Cladius II ini ditentang oleh pastur atau
pendeta Valentine yang saat itu jadi pendeta terkenal di Romawi. Ia bersama
Saint Marius secara sembunyi-sembunyi masih menikahkan para
pasangan yang sedang
jatuh cinta. Tapi aksi
mereka pun terendus
oleh sang Kaisar, yang menyebabkan kedua pastur itu diseret ke penjara.
Setelah
dipenjara beberapa waktu,
kaisar yang kejam
itu akhirnya mengukum
mati kedua pastur itu dengan memenggal lehernya. Nah sang Saint
Valentine akhirnya koit tepat pada
hari keempat belas
di bulan Februari
pada tahun 270
Masehi. Pada saat
yang sama rakyat Romawi
udah tradisi pada
bulan Februari mengadakan
festival Lupercalia, tradisi untuk memuja para dewa. Dan menurut
catatan Catholic Encylopedia 1908, setidaknya ada beberapa legenda
atau versi mengenai
hari Valentin ini,
tetapi yang paling
sering diceritakan adalah versi yang barusan diceritakan tadi.
Di catatan lain
saya mendapatkan, bahwa
dihubungkannya hari raya
Santo Valentinus dengan cinta romantis
adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14
February adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan
ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris Pertengahan ternama Geoffrey
Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (“Percakapan
Burung-Burung”) bahwa For this was
sent on Seynt Valentyne’s
day (“Bahwa inilah
dikirim pada hari
Santo Valentinus”) When every foul cometh ther to choose his mate (“Saat
semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya”)
Pada jaman itu
bagi para pencinta
sudah lazim untuk bertukaran catatan
pada hari ini dan memanggil pasangan mereka “Valentine”
mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad
ke-14 konon merupakan
bagian dari koleksi
pernaskahan British Library
di London. Kemungkinan besar
banyak legenda-legenda mengenai
santo Valentinus diciptakan pada
jaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa: Sore hari sebelum santo
Valentinus akan gugur sebagai martir (mati syuhada), ia menulis sebuah
pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis
“Dari Valentinusmu”. Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar
Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka.
(sinarharapan.com)
Adanya versi lain dari cerita tentang seseorang pendeta,
pastor atau martir yang bernama Valentine,
juga jadi bukti
kuat kalo masih
ada pertanyaan seputar
kematian Valentine karena mempertahankan agama,
ataukah karena menikahkan
pasangan muda-mudi? Ataukah
karena yang lain?
Versi yang menceritakan tentang kematian Valentine karena
mempertahankan agamanya bisa kita simak
berikut ini. Valentine
atau Valentinus adalah
nama seorang Martyr
(kalo dalam Islam syuhada) yakni seorang Kristen yang terbunuh karena
mempertahankan ajaran agama yang dianutnya,
bukan seorang pastor.
Adapun gelar Saint
atau Santo dikasih
ke Valentine, karena ‘istiqomah’ nya dia
mempertahankan ajaran agamanya, yang mana gelar Saint (St)
mempunyai kedudukan istimewa
di mata agama
Kristen. St Valentin
karena menentang Kaisar Claudius
II –rezim Romawi
saat itu–, akhirnya
dihukum dan dibunuh pada abad ketiga (14 Februari 270
Masehi). (The Standart International
Dictionary, XVIII, p. 5090)
Menurut versi lain,
Kaisar Claudius II
yang memerintah Kerajaan
Roma berang dan memerintahkan agar
menangkap dan memenjarakan
Santo Valentine karena
ia dengan berani menyatakan
tuhannya adalah Isa
Al-Masih, sembari menolak
menyembah tuhantuhannya orang
Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan
menaruhnya di terali penjaranya.
Ada versi ketiga
tentang seorang bernama
Valentine. Versi ini
menceritakan kalo Valentine
adalah seorang bishop di Terni, suatu tempat kira-kira 60 mil dari Roma. Kenapa
ia dipancung? Konon
kabarnya gara-gara ia
memasukkan sebuah keluarga
Romawi ke dalam agama Kristen. Itu
terjadi sekitar tahun 273 Masehi. Berarti ini pertanyaan baru lagi, apakah dia
(Valentine) yang dikatakan di hukum mati mempertahankan agama itu, karena
memasukkan sebuah keluarga Romawi ke dalam ajaran Kristen?
Catatan mengenai pendeta
yang bernama santo
valentine itupun memang
masih bias hingga saat ini,
berkembang banyak versi khususnya latar
belakang sejarah vonis hukuman mati yang dijatuhkan
oleh penguasa romawi
saat itu. Dalam
sejarah Velentine para
ahli sejarah tidak setuju
dengan adanya upaya
untuk mengaitkan hal itu
dengan kematian St. Valentine
yang dipenggal kepalanya
di Palatine, tapi
sejarah lain mengatakan
acara valentine dikaitkan dengan St. Valentine yang lain, yang
dikejar-kejar karena memasukkan suatu keluarga Romawi ke dalam Kristen,
kemudian dia dipancung di Roma sekitar tahun 273 Masehi.
Walhasil tidak sedikit
versi cerita valentine day
itu, tapi hasil
akhirnya sama bahwa sejarah
valentine day bisa jadi cuman rekaan atau bisa juga bohong.
Padahal sobat, agama
Katolik pernah mempunyai
tiga Santo Valentine.
Semuanya merupakan martir dan
tercantum dalam martirologi
di bawah tanggal
14 Februari. Yang pertama
merupakan seorang Pastur
di Roma, yang
kedua merupakan Bishop
dari Interamna (Terni modern),
dan yang terakhir
melayani masyarakat di
Afrika. Menurut Ensiklopedi Katolik,
nama Valentinus paling
tidak bisa merujuk
tiga martir atau
santo (orang suci) yang
berbeda: seorang pastur
di Roma, seorang
uskup Interamna (modern Terni), seorang martir di provinsi
Romawi Africa. (Catholic Encyclopaedia 1908)
Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari
dihubungkan dengan keguguran sebagai martir St. Valentine. Ia adalah seorang
pria Roma yang menolak melepaskan agama Kristen
yang diyakininya. Ia
meninggal pada 14
Februari 269 Masehi,
bertepatan dengan hari yang
dipilih sebagai pelaksaan
‘undian cinta’. Legenda
juga mengatakan bahwa
St. Valentine sempat meninggalkan
ucapan selamat tinggal
kepada putri seorang
narapidana yang bersahabat dengannya. Di akhir pesan itu, ia menuliskan
: “Dari Valentinemu”.
Sementara itu sebuah cerita lain mengatakan bahwa Saint
Valentine adalah seorang pria yang
membaktikan hidupnya untuk
melayani Tuhan di
sebuah kuil pada
masa pemerintahan Kaisar Claudius. Ia dipenjarakan atas kelancangannya
membantah titah sang kaisar. Mana yang bener?
Sobat, ketidakjelasan sejarah nggak cuman dari sisi siapa
Valentine itu, tapi juga banyak versi yang bercerita tentang ngapain aja
Valentine selama di penjara, berikut salah satunya. Konon ketika
ia masih berada
di dalam penjara,
ia tetap mengingat
semua orang yang dikasihinya. Hampir setiap hari ia
membuat kartu bergambar hati dengan ucapan singkat "I love you from your Valentine”. Kartu-kartu itu dikirim
satu per satu kepada setiap orang yang
dicintainya. Semua orang
yang ada di
penjara itu juga
merasakan kasih sayang Valentine. Mereka
menempelkan kartu-kartu bergambar
hati tersebut di
selnya masingmasing. Dari sinilah
diduga lahirnya tradisi kartu Valentine dengan istilah "your
Valentine" atau "my Valentine". (versi ?)
Lagi-lagi ada cerita
versi lain tentang
Valentine selama di
penjara. Katanya, Valen tino jatuh cinta sama anak gadis sipir
penjara yang bernama Asterius. Padahal
sebagai seorang Pastur, harusnya kudu
bisa menjaga diri
dari kaum perempuan.
Karena emang biasanya para
pastur dan biarawati
dalam Kristen nggak
menikah. Tapi rupanya,
pastor Valentine nggak kuat juga
menahan rasa cinta yang emang sebenarnya fitrah itu. Ia jatuh hati pada
gadis cantik Asterius
yang ternyata buta
sejak lahir. Katanya
yang punya cerita
melalui Valentine secara ajaib Asterius bisa ngelihat alias nggak buta
lagi. Sayangnya, ketika kasih sayang di antara
keduanya mulai mekar.
Kaisar menjatuhkan hukuman
mati bagi Valentino. Sebelum
ia dihukum rajam,
ia sempat bikin
untuk Asterius. Surat
pendek itu diakhiri dengan
kata-kata "from your Valentine". (Catholic Encyclopaedia 1908)
Seiring
berjalannya waktu, pihak
gereja—yang pada waktu
itu agama Kristen
mulai menyebar di Romawi—memindahkan upacara penghormatan terhadap
berhala itu menjadi tanggal 14 Pebruari.
Pihak gereja melihat
bahwa tradisi Lupercalia
adalah bentuk penyimpangan agama
Kristen. Maka pihak
gereja akhirnya melakukan
“konversi” alias diadaptasi dengan
dibumbui ajaran kristiani.
Para pastor memilih
nama Hari Santo Valentinus (St Valentine’s Day) untuk
menggantikan nama perayaan itu, sekaligus katanya untuk menghormati
jasa dari ‘pahlawan’
yang bernama Valentine.
Dan dibelokkan tujuannya, bukan
lagi menghormati berhala,
tapi menghormati seorang
pendeta Kristen yang tewas
dihukum mati. Nama acaranya pun bukan lagi Lupercalia, tapi Saint Valentine’s
Day.
Sejak itu mulailah
para pria memilih
gadis yang diinginkannya
bertepatan pada hari Valentine. Itu terjadi pada tahun 496 M
dua ratus tahun setelah kematian Santo Valentine, dan saat itu negara vatikan
dipimpin oleh Paus Gelasius I.
Ketika agama Katolik mulai berkembang, para pemimipin gereja
ingin turut andil dalam peran tersebut. Untuk mensiasatinya, mereka mencari
tokoh baru sebagai pengganti Dewa Kasih
Sayang, Lupercus. Akhirnya
mereka menemukan pengganti
Lupercus, yaitu Santo Valentine.
Di tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercaria
yang dilaksanakan setiap 15
Februari menjadi perayaan
resmi pihak gereja.
Dua tahun kemudian,
sang Paus mengganti tanggal
perayaan tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal
matinya Santo Valentine
sebagai bentuk penghormatan
dan pengkultusan kepada
Santo Valentine. Dengan demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada
lagi dan diganti dengan "Valentine Days"
Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang tersebut menjadi
semacam rutinitas ritual bagi kaum gereja
untuk dirayakan. Biar
tidak kelihatan formal,
mereka membungkusnya dengan
hiburan atau pesta-pesta.
Di catatan lain
ada tambahan, ketika
agama Kristen Katolik
masuk Roma, mereka mengadopsi upacara
paganisme (berhala) ini
dan mewarnainya dengan
nuansa Kristiani. Antara lain
mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara
pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.
Tapi intinya sama,
kalo V-Day dirayakan
oleh gereja -
gereja buat menghormati
si Valentine, sedang bagi
bangsa Romawi kuno
peringatan V-Day berarti
memperingati Lupercalia. Jadi sekali lagi pihak gereja Kristen cuman
ngerasa kudu menghapuskan tradisi paganisme kaum romawi kuno berupa persembahan
kepada dewa Lupercus dengan ritual valentine.
Sobat, sisa-sisa kerangka
yang digali dari
makam Santo Hyppolytus
dia Via Tibertinus dekat Roma,
diidentifikasikan sebagai jenazah
St. Valentinus. Kemudian
ditaruh dalam sebuah peti
emas dan dikirim
ke gereja Whitefriar
Street Carmelite Church
di Dublin, Irlandia. Jenazah ini
udah dikasihkan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak
wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana
peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar
tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada
para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Namun sebenarnya sejak
tahun 1969 udah
ada gerakan buat
men-delete perayaan
valentine dari kalender
gereja. Hal ini
dilakukan khususnya sebagai
bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus
santo-santa yang asal-muasalnya nggak jelas dan hanya berbasis legenda aja.
(www.bconnex.net). Hem.. kita jadi berpikir, harusnya generasi kita berpikir
ulang buat ngerayain
V-Day dong, karena
ternyata pihak gereja
aja udah menghapus perayaan
ini. Trus ngapain
kita tetap sibuk bin
ribut tiap tanggal 14
Februari ngerasa kudu ngerayainnya? Kenapa oh Kenapa ?
V-Day emang udah
terlanjur jadi upacara
kepercayaan umum, artinya
nggak terkait dengan agama
atau tradisi kaum
tertentu. Tradisi kepercayaan ini kemudian berkembang menjadi pemahaman umum
bahwa sebaiknya para pemuda mencari seorang pemudi untuk menjadikan pasangannya
dan sebaliknya, pada 14 Februari itu pula. Bersamaan dengan itu pula, saling
tukar tanda mata atau cadeau (kado) sebagai lambang terbinanya kasih sayang di
antara mereka. Sedangkan Valentine ini sendiri lebih dipopulerkan lagi oleh
orang-orang Amerika dalam bentuk Greeting Card (kartu ucapan selamat) terutama
pasca berakhirnya Perang Dunia Pertama.
Kebiasaan
mengirim kartu Valentine
itu sendiri tidak
ada kaitan langsung
dengan St. Valentine. Pada
1415 M ketika
the Duke of
Orleans dipenjara di
Tower of London,
pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia
mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair
Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin
burung dalam puisinya
(lihat: The Encyclopedia
Britannica, Vol.12 hal.242,
The World Book Encyclopedia, 1998).
Akhirnya secara bertahap
tiap 14 Februari
menjadi happening khusus
untuk bertukar surat cinta
dan St. Valentine
menjadi idola para
pecinta, karena dia
dianggap sebagai lambing
‘pahlawan’ kasih sayang. Datangnya tanggal itu ditandai dengan pengiriman puisi
cinta dan hadiah sederhana, semisal bunga, coklat. Di Amrik, Miss Esther
Howland tercatat sebagai orang pertama yang mengirimkan kartu valentine
pertama. Acara Valentine mulai dirayakan
besar-besaran semenjak tahun
1800 dan pada
perkembangannya, kini acara
ini menjadi sebuah ajang bisnis yang menguntungkan.
Perlahan semarak hari kasih sayang ini merebak keluar dan
menular pada masyarakat di seluruh
dunia dibumbui dengan
versi sentimentak tentang
makna valentine itu
sendiri. Bahkan anak-anak kecil
pun tertular dengan wabah
ini, mereka saling
berkirim kartu dengan teman-temannya di
sekolah untuk menunjukkan
rasa sayang mereka.
(The Encyclopedia Americana, XXVII. p. 859).
Tapi ini nggak otomatis kalo acara V-Day udah diadopsi oleh
gereja ataupun oleh banyak kalangan, maka acara ini jadi lebih agamis atau setidaknya jadi benar, sehingga
V-Day jadi lebih sopan dibanding
dengan ajaran Romawi
kuno penyembah berhala
itu. Karena toh, akhirnya pihak gereja pun menghapus
tradisi itu. Dan kalo pun kamu berkelit diantara dua tradisi (Romawi dan
Kristen), keduanya tidak bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal
ini belum diteropong
dari sisi agama
lho. Apalagi klo
ntar diliat dari
sisi agama, khususnya Islam.
Untuk itu kita
perlu bertanya neh,
V-Day itu bagian
dari agama atau budaya?
Semoga Bermanfaat.. Barakallah..
Sumber :
lukyrouf.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar