AHLAN WA SAHLAN

Senin, 13 Februari 2017

Apa itu Valentine’s Day?

Apa itu Valentine’s Day?





Oleh : Ustadz Luky B Rouf
Creative Writer
Inspirator #YukMoveOn | Pengkader Pendakwah Ideologis
Publishing Manager Al Azhar Press
Kontributor Tabloid Mediua Umat, dakwahremaja.com
Owner D’Walimah Organizer Pernikahan Islami
Chief Operational Officer MoveON Inspiration

Oya  sobat,  kenapa  kita  ngajak  kamu  mikirin  tentang  asal-muasal  V-Day?  Ayo  tebak, kenapa?  Sebenarnya  lebih  kepada  ngajak  sobat  muslim  semuanya  untuk  bareng-bareng berpikir,  betapa  sebenarnya  kita  perlu  tahu  dasar  pijakan  perbuatan  kita.  Jangan-jangan emang benar, kalo sobat teman remaja ngerayain V-Day, tapi nggak tahu asal muasal V-Day darimana.  Disinilah  pentingnya  kita  nyari  tahu  siapa  dan  apa  itu  V-Day.  Dan  dibahasan sebelumnya  udah  kentara  sekali,  baik  dari  sisi  ‘shahih’  tidaknya  periwayatan  sejarah maupun  dari  sisi  ‘isi’  kandungan  perayaan  itu  sendiri.  Sehingga  kita  nggak  perlu  maksa kamu untuk ninggalin aktivitas ber V-Day ria, tapi dengan ngeliat amburadulnya sejarah VDay maka sudah barang pasti, kamu akan dengan sendirinya suka rela ninggalin ngerayain V-Day. Tul nggak?

Sobat,  karena  namanya  Valentine’s  Day,  maka  itu  artinya  harinya  Valentine.  Siapa  itu Valentine, udah dikupas sebelumnya tadi. Tapi paling nggak masih tersisa dua persoalan, yakni:  tentang  siapa  Valentine  versinya  orang  Kristen?  Dan  tentang  kenapa  orang  yang bernama Valentine sampe musti dirayakan?

Seperti  udah  diungkap  sebelumnya  juga,  kalo  sebenarnya  nggak  ada  kaitan  langsung antara  Valentine  versi  Romawi  Kuno  dengan  Kristen.  Oleh  karena  itulah  orang  Kristen khususnya  pihak  Gereja  emang  mau  menghapus  tradisi  Pagan-nya  Romawi  kuno,  trus dibungkus  sedemikian  rupa  sehingga  jadi  agak  “agamis”.  Di  sisi  lain,  entah  emang  pas tanggalnya  atau  dicocokkan  tanggal  14  Februari  adalah  kematian  Santo  Valentine,  yang sebenarnya  selisih  sehari  (tanggal  15)  dari  festival  Lupercalia-nya  Romawi  Kuno.  Nah, karena  kita  mau  ngebahas  “APA  ITU  VALENTINE?”,  rasanya  nggak  lengkap  kalo  nggak kita bandingkan dua-duanya, yakni V-Day versi Romawi Kuno, dan V-Day versi Kristen.

Di  The  Catholic  Encyclopedia  Vol.  XV  sub  judul  St.  Valentine  menuliskan  ada  3  nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada  masa  Romawi.  Namun  demikian  tidak  pernah  ada  penjelasan  siapa  “St.  Valentine” termaksud,  juga  dengan  kisahnya  yang  tidak  pernah  diketahui  ujung  pangkalnya  karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Ensiklopedia Amerika (volume XIII/hal. 464) menyatakan, "Tanggal 14 Februari adalah hari perayaan modern yang berasal dari dihukum matinya seorang pahlawan kristen yaitu Santo Valentine pada tanggal 14 Februari 270 M".

Ensiklopedia Amerika (volume XXVII/hal. 860) menyebutkan, "Yaitu sebuah hari dimana orang-orang  yang  sedang  dilanda  cinta  secara  tradisional  saling  mengirimkan  pesan cinta dan  hadiah-hadiah.  Yaitu  hari  dimana  Santo  Valentine  mengalami  martir  (seorang  yang mati sebagai pahlawan karena mempertahankan kepercayaan/keyakinan)".

Sekarang  kita  ngebahas  yang  versi  Romawi  Kuno  dulu  ya.  Kalo  berbicara  V-Day  versi Romawi  Kuno  berarti  bicara  Festival  Lupercalia.  Dari  sisi  legenda  atau  cerita  festival Lupercalia  adalah  upacara  untuk  menghormati  Dewi  kesuburan.  Tanggal  14  Februari adalah hari untuk menghormati Juno di masyarakat Romawi kuno. Juno adalah ratu para dewa dan dewi Romawi. Dia juga dikenal sebagai Dewi Para Perempuan dan Perkawinan. Hari berikutnya, 15 Februari, adalah festival Lupercalia.

Ritual  apa  yang  dilakuin  untuk  mengagungkan  Juno?  Biasanya  salah  satunya  berupa aktivitas pengundian nama-nama para gadis. Pada malam sebelumnya (tanggal 14), namanama dari gadis-gadis Romawi ditulis pada secarik kertas dan dimasukkan ke dalam botol (versi  lain  diceritakan  dimasukkan  ke  dalam  bejana).  Trus,  nanti  akan  ada  kaum  cowok yang  akan  mengambil  secarik  kertas  dan  menjadi  pasangan  selama  festival  dengan  gadis yang  namanya  terpilih.  Setelah  kepilih,  akhirnya  pasangan  itu  saling  tukar  kado  sebagai pernyataan cinta kasih, trus acara dilanjutin dari pesta dansa-dansi sampai pesta seks. Ada diantara  pasangan  yang  udah  jadi  tersebut  berjalan  selama  setahun,  kalo  istilah  sekarang mah  pacaran.  Dari  proses  pengundian,  kenalan,  berkasih  sayang  kalo  akhirnya  cocok, mereka akan menikah.

Ada versi lain yang menceritakan tentang sejarah Valentine, bahwa pada awalnya orangorang  Romawi  merayakan  hari  besar  mereka  yang  jatuh  pada  tanggal  15  Pebruari  yang diberi nama Lupercalia. Peringatan ini adalah sebagai penghormatan kepada  Juno  (Tuhan wanita dan perkawinan) serta Pan  (Tuhan dari alam ini) seperti apa yang mereka percayai. Acaranya?  Laki  dan  perempuan  berkumpul,  lalu  saling  memilih  pasangannya  lewat  kado yang  telah  dikumpulkan  dan  diberi  tanda  sebelumnya—tukar  kado.  Selanjutnya?  Hurahura sampai pagi.

Sebenarnya masih terdapat perbedaan versi dan beragam catatan mengenai akar sejarah valentine, jika dicermati ternyata tradisi ini mengadopsi pada kebiasaan masyarakat romawi kuno yang menganggap pertengahan bulan pebruari sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam  tarikh  kalender  Athena  kuno,  periode  antara  pertengahan  Januari  dengan pertengahan  Februari  disebut  sebagai  bulan  Gamelion,  yang  dipersembahkan  kepada pernikahan  suci  Dewa  Zeus  dan  Hera.  Setiap  tanggal  13-14  Februari  para  pendeta mengadakan  ritual  persembahan  kepada  dewa  Lupercus  (sang  dewa  kesuburan)  yang diakhiri  dengan  sebuah  pesta  atau  perayaan  Lupercalia  pada  tanggal  15  Februari  sebagai puncaknya. Dalam berbagai literatur disebutkan pada hari itulah para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil  nama  secara  acak.  Gadis  yang  namanya  ke  luar  harus  menjadi  kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.

Pada tanggal yang sama juga 15 Februari, ada versi yang menceritakan para pendeta tiap tanggal  itu  akan  melakukan  ritual  penyembahan  kepada  Dewa  Lupercus  dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa. Setelah itu mereka minum anggur  dan  akan  lari-lari  di  jalan-jalan  dalam  kota  Roma  sambil  membawa  potonganpotongan  kulit  domba  dan  menyentuh  siapa  pun  yang  mereka  jumpai.  Para  perempuan muda  akan  berebut  untuk  disentuh  kulit  kambing  itu  karena  mereka  percaya  bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.

Keesokan  harinya,  15  Februari,  mereka  ke  kuil  untuk  meminta  perlindungan  Dewa Lupercalia  dari  gangguan  serigala.  Selama  upacara  ini,  para  lelaki  muda  melecut  gadisgadis  dengan  kulit binatang. Para  perempuan  itu  berebutan  untuk  bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.

Pada masa itu, kehidupan belum seperti sekarang ini, para gadis dilarang berhubungan dengan para pria. Pada malam menjelang festival Lupercalia berlangsung, nama-nama para gadis ditulis di  selembar kertas dan kemudian dimasukkan ke dalam gelas kaca. Nantinya para  pria  harus  mengambil  satu  kertas  yang  berisikan  nama  seorang  gadis  yang  akan menjadi teman kencannya di festival itu. (VCD V-Day, Irene Handono)

Gimana  sobat,  udah  tambah  yakin  kalo  emang  sejarah  tentang  apa  itu  V-Day,  nggak nyumber dari Islam sama sekali, malah bertentangan dengan syariat Islam? Bahkan berasal tradisi kuno, yang kalo di masa Islam disebut masa tradisi Jahiliyah, yang itu ditentang oleh Rasulullah Saw kala beliau di Mekah mendakwahkan Islam.

Hemm..  rupanya  perayaan  V-Day  versi  Romawi  Kuno  berlangsung  bertahun-tahun, sampe akhirnya munculnya V-Day versi Kristen yang juga masih di Roma. Oya sobat, kita ingetin sekali lagi kalo sejarah V-Day ini emang nggak ada keseragaman cerita, jadi wajar aja kalo kamu maybe agak sedikit bingung menelaah sejarahnya. Dan keberadaan tulisan ini, bukan mau meluruskan apalagi membenarkan legenda V-Day, tapi sekali lagi karena emang mau mengajak sobat muslim semuanya berpikir bijak menyikapi suatu masalah dilihat dari sisi benar dan tidaknya sumber sejarah. Sebab kalo sumber persoalannya aja nggak bener, kenapa musti kita tetap yakini kalo V-Day itu emang ada. Ya nggak?

Ok,  sekarang  kita  telusuri  cerita  V-Day  versi  Kristen,  ya.  Ada  versi  cerita  yang mengisahkan bahwa Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine  karena  menyatakan  tuhannya  adalah  Isa  Al-Masih  dan  menolak  menyembah tuhan-tuhan  orang  Romawi.  Orang-orang  yang  mendambakan  doa  St.Valentine  lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan  banyak  pemuda  sehingga  iapun  ditangkap  dan  dihukum  gantung  pada  14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

Ensiklopedia  Britania  (volume  XIII/hal.  949),  "Valentine  yang  disebutkan  itu  adalah seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup pertama". Sementara itu, pada 14 Februari 269 M meninggalkan seorang pendeta kristen yang bernama Valentine. Semasa  hidupnya,  selain  sebagai  pendeta  ia  juga  dikenal  sebagai  tabib  (dokter)  yang dermawan, baik hati dan memiliki jiwa patriotisme yang mampu membangkitkan semangat berjuang.  Dengan  sifat-sifatnya  tersebut,  nampaknya  mampu  membangkitkan  kesadaran masyarakat  terhadap  penderitaan  yang  mereka  rasakan,  karena  kezhaliman  sang  Kaisar.Kaisar ini sangat membenci orang-orang Nashrani dan mengejar pengikut ajaran nabi Isa. Pendeta Valentine ini dibunuh karena melanggar peraturan yang dibuat oleh sang Kaisar, yaitu melarang para pemuda untuk menikah, karena pemuda lajang dapat dijadikan tentara yang  lebih  baik  daripada  tentara  yang  telah  menikah.  Valentine  sebagai  pendeta,  sedih melihat  pemuda  yang  mabuk  asmara.  Akhirnya  dengan  penuh  keberanian,  ia  melanggar perintah  sang  Kaisar.  Dengan  diam-diam  ia  menikahkan  sepasang  anak  muda.  Pendeta Valentine  berusaha  menolong  pasangan  yang  sedang  jatuh  cinta  dan  ingin  membentukkeluarga. Pasangan yang ingin menikah lalu diberkati di tempat yang tersembunyi. Namun rupanya,  sang  Kaisar  mengetahui  kegiatan  yang  dilakukan  oleh  pendeta  tersebut,  dan kaisar  sangat  tersinggung  hingga  sang  Pendeta  diberi  hukuman  penggal  oleh  Kaisar Romawi  yang  bergelar  Cladius  II.  Sejak  kematian  Valentine,  kisahnya  menyebar  dan meluas, hingga  tidak  satu  pelosok  pun  di  daerah  Roma  yang  tak  mendengar  kisah  hidup dan kematiannya.  Kakek dan nenek mendongengkan cerita Santo Valentine pada anak dan cucunya sampai pada tingkat pengkultusan !!

Sementara  di  kisah  lain  diceritakan  kalo  sekitar  abad  ke  III  Masehi,  dibawah pemerintahan Kaisar Claudius II, Romawi terlibat dalam peperangan. Claudius yang dapat julukan si kaisar kejam itu membutuhkan bala tentara yang cukup banyak untuk membela pasukannya.  Tapi  ternyata  dia  kesulitan  merekrut  pemuda  untuk  memperkuat  armada perangnya.  Karena  menurutnya,  para  pria  Romawi  enggan  masuk  tentara  karena  berat meninggalkan  keluarga  dan  kekasihnya.  Akhirnya  keluarlah  fatwa  dari  sang  raja  agar semua pernikahan dan pertunangan di Romawi kudu dibatalkan.

Titah sang Raja Cladius II ini ditentang oleh pastur atau pendeta Valentine yang saat itu jadi pendeta terkenal di Romawi. Ia bersama Saint Marius secara sembunyi-sembunyi masih menikahkan  para  pasangan  yang  sedang  jatuh cinta.  Tapi  aksi  mereka  pun  terendus  oleh sang Kaisar, yang menyebabkan kedua pastur itu diseret ke penjara.

Setelah  dipenjara  beberapa  waktu,  kaisar  yang  kejam  itu  akhirnya  mengukum  mati kedua pastur itu dengan memenggal lehernya. Nah sang Saint Valentine akhirnya koit tepat pada  hari  keempat  belas  di  bulan  Februari  pada  tahun  270  Masehi.  Pada  saat  yang  sama rakyat  Romawi  udah  tradisi  pada  bulan  Februari  mengadakan  festival  Lupercalia,  tradisi untuk memuja para dewa. Dan menurut catatan Catholic Encylopedia 1908, setidaknya ada beberapa  legenda  atau  versi  mengenai  hari  Valentin  ini,  tetapi  yang  paling  sering diceritakan adalah versi yang barusan diceritakan tadi. 

Di  catatan  lain  saya  mendapatkan,  bahwa  dihubungkannya  hari  raya  Santo  Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 February adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris Pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (“Percakapan Burung-Burung”) bahwa For  this  was  sent  on  Seynt  Valentyne’s  day  (“Bahwa  inilah  dikirim  pada  hari  Santo Valentinus”) When every foul cometh ther to choose his mate (“Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya”)

Pada jaman itu  bagi  para  pencinta  sudah lazim untuk  bertukaran  catatan  pada  hari  ini dan memanggil pasangan mereka “Valentine” mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari  abad  ke-14  konon  merupakan  bagian  dari  koleksi  pernaskahan  British  Library  di London.  Kemungkinan  besar  banyak  legenda-legenda  mengenai  santo  Valentinus diciptakan pada jaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa: Sore hari sebelum santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati syuhada), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka. (sinarharapan.com)

Adanya versi lain dari cerita tentang seseorang pendeta, pastor atau martir yang bernama Valentine,  juga  jadi  bukti  kuat  kalo  masih  ada  pertanyaan  seputar  kematian  Valentine karena  mempertahankan  agama,  ataukah  karena  menikahkan  pasangan  muda-mudi? Ataukah karena yang lain?

Versi yang menceritakan tentang kematian Valentine karena mempertahankan agamanya bisa  kita  simak  berikut  ini.  Valentine  atau  Valentinus  adalah  nama  seorang  Martyr  (kalo dalam Islam syuhada) yakni seorang Kristen yang terbunuh karena mempertahankan ajaran agama  yang  dianutnya,  bukan  seorang  pastor.  Adapun  gelar  Saint  atau  Santo  dikasih  ke Valentine, karena ‘istiqomah’ nya dia  mempertahankan ajaran agamanya, yang mana gelar Saint  (St)  mempunyai  kedudukan  istimewa  di  mata  agama  Kristen.  St  Valentin  karena menentang  Kaisar  Claudius  II  –rezim  Romawi  saat  itu–,  akhirnya  dihukum  dan  dibunuh pada abad ketiga (14 Februari 270 Masehi).  (The Standart International Dictionary, XVIII, p. 5090)

Menurut  versi  lain,  Kaisar  Claudius  II  yang  memerintah  Kerajaan  Roma  berang  dan memerintahkan  agar  menangkap  dan  memenjarakan  Santo  Valentine  karena  ia  dengan berani  menyatakan  tuhannya  adalah  Isa  Al-Masih,  sembari  menolak  menyembah  tuhantuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Ada  versi  ketiga  tentang  seorang  bernama  Valentine.  Versi  ini  menceritakan  kalo Valentine adalah seorang bishop di Terni, suatu tempat kira-kira 60 mil dari Roma. Kenapa ia  dipancung?  Konon  kabarnya  gara-gara  ia  memasukkan  sebuah  keluarga  Romawi  ke dalam agama Kristen. Itu terjadi sekitar tahun 273 Masehi. Berarti ini pertanyaan baru lagi, apakah dia (Valentine) yang dikatakan di hukum mati mempertahankan agama itu, karena memasukkan sebuah keluarga Romawi ke dalam ajaran Kristen? 

Catatan  mengenai  pendeta  yang  bernama  santo  valentine  itupun  memang  masih  bias hingga saat ini, berkembang banyak  versi khususnya latar belakang sejarah vonis hukuman mati  yang  dijatuhkan  oleh  penguasa  romawi  saat  itu.  Dalam  sejarah  Velentine  para  ahli sejarah  tidak  setuju  dengan  adanya  upaya  untuk  mengaitkan hal  itu  dengan  kematian  St. Valentine  yang  dipenggal  kepalanya  di  Palatine,  tapi  sejarah  lain  mengatakan  acara valentine dikaitkan dengan St. Valentine yang lain, yang dikejar-kejar karena memasukkan suatu keluarga Romawi ke dalam Kristen, kemudian dia dipancung di Roma sekitar tahun 273  Masehi.  Walhasil  tidak  sedikit  versi  cerita valentine  day  itu,  tapi  hasil  akhirnya  sama bahwa sejarah valentine day bisa jadi cuman rekaan atau bisa juga bohong.


Padahal  sobat,  agama  Katolik  pernah  mempunyai  tiga  Santo  Valentine.  Semuanya merupakan  martir  dan  tercantum  dalam  martirologi  di  bawah  tanggal  14  Februari.  Yang pertama  merupakan  seorang  Pastur  di  Roma,  yang  kedua  merupakan  Bishop  dari Interamna  (Terni  modern),  dan  yang  terakhir  melayani  masyarakat  di  Afrika.  Menurut Ensiklopedi  Katolik,  nama  Valentinus  paling  tidak  bisa  merujuk  tiga  martir  atau  santo (orang  suci)  yang  berbeda:  seorang  pastur  di  Roma,  seorang  uskup  Interamna  (modern Terni), seorang martir di provinsi Romawi Africa. (Catholic Encyclopaedia 1908)

Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran sebagai martir St. Valentine. Ia adalah seorang pria Roma yang menolak melepaskan agama Kristen  yang  diyakininya.  Ia  meninggal  pada  14  Februari  269  Masehi,  bertepatan  dengan hari  yang  dipilih  sebagai  pelaksaan  ‘undian  cinta’.  Legenda  juga  mengatakan  bahwa  St. Valentine  sempat  meninggalkan  ucapan  selamat  tinggal  kepada  putri  seorang  narapidana yang bersahabat dengannya. Di akhir pesan itu, ia menuliskan : “Dari Valentinemu”.

Sementara itu sebuah cerita lain mengatakan bahwa Saint Valentine adalah seorang pria yang  membaktikan  hidupnya  untuk  melayani  Tuhan  di  sebuah  kuil  pada  masa pemerintahan Kaisar Claudius. Ia dipenjarakan atas kelancangannya membantah titah sang kaisar. Mana yang bener?

Sobat, ketidakjelasan sejarah nggak cuman dari sisi siapa Valentine itu, tapi juga banyak versi yang bercerita tentang ngapain aja Valentine selama di penjara, berikut salah satunya. Konon  ketika  ia  masih  berada  di  dalam  penjara,  ia  tetap  mengingat  semua  orang  yang dikasihinya. Hampir setiap hari ia membuat kartu bergambar hati dengan ucapan singkat "I love you  from your Valentine”. Kartu-kartu itu dikirim satu per satu kepada setiap orang yang  dicintainya.  Semua  orang  yang  ada  di  penjara  itu  juga  merasakan  kasih  sayang Valentine.  Mereka  menempelkan  kartu-kartu  bergambar  hati  tersebut  di  selnya  masingmasing. Dari sinilah diduga lahirnya tradisi kartu Valentine dengan istilah "your Valentine" atau "my Valentine". (versi ?)

Lagi-lagi  ada  cerita  versi  lain  tentang  Valentine  selama  di  penjara.  Katanya,  Valen tino jatuh cinta sama anak gadis sipir penjara yang bernama  Asterius. Padahal sebagai seorang Pastur,  harusnya  kudu  bisa  menjaga  diri  dari  kaum  perempuan.  Karena  emang  biasanya para  pastur  dan  biarawati  dalam  Kristen  nggak  menikah.  Tapi  rupanya,  pastor  Valentine nggak kuat juga menahan rasa cinta yang emang sebenarnya fitrah itu. Ia jatuh hati pada gadis  cantik  Asterius  yang  ternyata  buta  sejak  lahir.  Katanya  yang  punya  cerita  melalui Valentine secara ajaib Asterius bisa ngelihat alias nggak buta lagi. Sayangnya, ketika kasih sayang  di  antara  keduanya  mulai  mekar.  Kaisar  menjatuhkan  hukuman  mati  bagi Valentino.  Sebelum  ia  dihukum  rajam,  ia  sempat  bikin  untuk  Asterius.  Surat  pendek  itu diakhiri dengan kata-kata "from your Valentine". (Catholic Encyclopaedia 1908)

Seiring  berjalannya  waktu,  pihak  gereja—yang  pada  waktu  itu  agama  Kristen  mulai menyebar di Romawi—memindahkan upacara penghormatan terhadap berhala itu menjadi tanggal  14  Pebruari.  Pihak  gereja  melihat  bahwa  tradisi  Lupercalia  adalah  bentuk penyimpangan   agama  Kristen.  Maka  pihak  gereja  akhirnya  melakukan  “konversi”  alias diadaptasi  dengan  dibumbui  ajaran  kristiani.  Para  pastor  memilih  nama  Hari  Santo Valentinus (St Valentine’s Day) untuk menggantikan nama perayaan itu, sekaligus katanya untuk  menghormati  jasa  dari  ‘pahlawan’  yang  bernama  Valentine.  Dan  dibelokkan tujuannya,  bukan  lagi  menghormati  berhala,  tapi  menghormati  seorang  pendeta  Kristen yang tewas dihukum mati. Nama acaranya pun bukan lagi Lupercalia, tapi Saint Valentine’s Day.

Sejak  itu  mulailah  para  pria  memilih  gadis  yang  diinginkannya  bertepatan  pada  hari Valentine. Itu terjadi pada tahun 496 M dua ratus tahun setelah kematian Santo Valentine, dan saat itu negara vatikan dipimpin oleh Paus Gelasius I.

Ketika agama Katolik mulai berkembang, para pemimipin gereja ingin turut andil dalam peran tersebut. Untuk mensiasatinya, mereka mencari tokoh baru sebagai pengganti Dewa Kasih  Sayang,  Lupercus.  Akhirnya  mereka  menemukan  pengganti  Lupercus,  yaitu  Santo Valentine.

Di tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercaria yang dilaksanakan setiap 15  Februari  menjadi  perayaan  resmi  pihak  gereja.  Dua  tahun  kemudian,  sang  Paus mengganti tanggal perayaan tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal matinya  Santo  Valentine  sebagai  bentuk  penghormatan  dan  pengkultusan  kepada  Santo Valentine. Dengan demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada lagi dan diganti dengan "Valentine Days"

Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang tersebut menjadi semacam rutinitas ritual bagi  kaum  gereja  untuk  dirayakan.  Biar  tidak  kelihatan  formal,  mereka  membungkusnya dengan hiburan atau pesta-pesta.

Di  catatan  lain  ada  tambahan,  ketika  agama  Kristen  Katolik  masuk  Roma,  mereka mengadopsi  upacara  paganisme  (berhala)  ini  dan  mewarnainya  dengan  nuansa  Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.

Tapi  intinya  sama,  kalo  V-Day  dirayakan  oleh  gereja  -  gereja  buat  menghormati  si Valentine,  sedang  bagi  bangsa  Romawi  kuno  peringatan  V-Day  berarti  memperingati Lupercalia. Jadi sekali lagi pihak gereja Kristen cuman ngerasa kudu menghapuskan tradisi paganisme kaum romawi kuno berupa persembahan kepada dewa Lupercus dengan ritual valentine.

Sobat,  sisa-sisa  kerangka  yang  digali  dari  makam  Santo  Hyppolytus  dia  Via  Tibertinus dekat  Roma,  diidentifikasikan  sebagai  jenazah  St.  Valentinus.  Kemudian  ditaruh  dalam sebuah  peti  emas  dan  dikirim  ke  gereja  Whitefriar  Street  Carmelite  Church  di  Dublin, Irlandia. Jenazah ini udah dikasihkan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.

Namun  sebenarnya  sejak  tahun  1969  udah  ada  gerakan  buat  men-delete  perayaan valentine  dari  kalender  gereja.  Hal  ini  dilakukan  khususnya  sebagai  bagian  dari  sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya nggak jelas dan hanya berbasis legenda aja. (www.bconnex.net). Hem.. kita jadi berpikir, harusnya generasi kita  berpikir  ulang  buat  ngerayain  V-Day  dong,  karena  ternyata  pihak  gereja  aja  udah menghapus  perayaan  ini.  Trus  ngapain  kita  tetap  sibuk  bin  ribut  tiap  tanggal 14  Februari ngerasa kudu ngerayainnya? Kenapa oh Kenapa ?

V-Day  emang  udah  terlanjur  jadi  upacara  kepercayaan  umum,  artinya  nggak  terkait dengan  agama  atau  tradisi  kaum  tertentu.  Tradisi  kepercayaan ini  kemudian berkembang menjadi pemahaman umum bahwa sebaiknya para pemuda mencari seorang pemudi untuk menjadikan pasangannya dan sebaliknya, pada 14 Februari itu pula. Bersamaan dengan itu pula, saling tukar tanda mata atau cadeau (kado) sebagai lambang terbinanya kasih sayang di antara mereka. Sedangkan Valentine ini sendiri lebih dipopulerkan lagi oleh orang-orang Amerika dalam bentuk Greeting Card (kartu ucapan selamat) terutama pasca berakhirnya Perang Dunia Pertama.

Kebiasaan  mengirim  kartu  Valentine  itu  sendiri  tidak  ada  kaitan  langsung  dengan  St. Valentine.  Pada  1415  M  ketika  the  Duke  of  Orleans  dipenjara  di  Tower  of  London,  pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin  burung  dalam  puisinya  (lihat:  The  Encyclopedia  Britannica,  Vol.12  hal.242,  The World Book Encyclopedia, 1998).

Akhirnya  secara  bertahap  tiap  14  Februari  menjadi  happening  khusus  untuk  bertukar surat  cinta  dan  St.  Valentine  menjadi  idola  para  pecinta,  karena  dia  dianggap  sebagai lambing ‘pahlawan’ kasih sayang. Datangnya tanggal itu ditandai dengan pengiriman puisi cinta dan hadiah sederhana, semisal bunga, coklat. Di Amrik, Miss Esther Howland tercatat sebagai orang pertama yang mengirimkan kartu valentine pertama. Acara Valentine mulai dirayakan  besar-besaran  semenjak  tahun  1800  dan  pada  perkembangannya,  kini  acara  ini menjadi sebuah ajang bisnis yang menguntungkan.

Perlahan semarak hari kasih sayang ini merebak keluar dan menular pada masyarakat di seluruh  dunia  dibumbui  dengan  versi  sentimentak  tentang  makna  valentine  itu  sendiri. Bahkan  anak-anak  kecil  pun  tertular  dengan  wabah  ini,  mereka  saling  berkirim  kartu dengan  teman-temannya  di  sekolah  untuk  menunjukkan  rasa  sayang  mereka.  (The Encyclopedia Americana, XXVII. p. 859).


Tapi ini nggak otomatis kalo acara V-Day udah diadopsi oleh gereja ataupun oleh banyak kalangan, maka acara ini jadi lebih  agamis atau setidaknya jadi benar, sehingga V-Day jadi lebih  sopan  dibanding  dengan  ajaran  Romawi  kuno  penyembah  berhala  itu.  Karena  toh, akhirnya pihak gereja pun menghapus tradisi itu. Dan kalo pun kamu berkelit diantara dua tradisi (Romawi dan Kristen),  keduanya tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal  ini  belum  diteropong  dari  sisi  agama  lho.  Apalagi  klo  ntar  diliat  dari  sisi  agama, khususnya  Islam.  Untuk  itu  kita  perlu  bertanya  neh,  V-Day  itu  bagian  dari  agama  atau budaya?


Semoga Bermanfaat.. Barakallah..

Sumber : lukyrouf.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar