V-Day, budaya atau
agama?
Luky B
Rouf
•Creative Writer
•Inspirator #YukMoveOn | Pengkader Pendakwah Ideologis
•Publishing Manager Al Azhar Press
•Kontributor Tabloid Mediua Umat, dakwahremaja.com
•Owner D’Walimah Organizer Pernikahan Islami
•Chief Operational Officer MoveON Inspiration
Mengupas atawa membandingkan keduanya puenting banget,
sobat. Coz sebagian sobat remaja yang ngerayain V-Day, mungkin ada yang masih
bisa ngeles atau nyari-nyari alasan agar
aktivitasnya bisa legal.
Salah satunya mungkin
ada yang bilang
“kalo bicara V-Day jangan
dikaitin ama agama
dong”. Sekilas aja
alasan itu kayaknya
masuk akal juga
ya, makanya wajar aja banyak yang ngangguk tanda setuju. Dan remaja
kayaknya udah nemuin alasan yang tepat buat membantah kalo agama (Islam) memang
nggak ada kaitannya sama sekali dengan
V-Day.
Padahal alasan yang gini ini, pertanda kalo di benak sobat
muslim udah terserang virus sekularisme. Tahu khan sekularisme? Itu lho paham
yang setuju banget memisahkan agama nggak boleh ikut campur ngatur masalah
kehidupan. Yang pada awalnya ide atau paham ini
berasal dari Barat,
ketika agama (Kristen)
dianggap “memasung” kreatifitas
para ilmuwan untuk menelorkan ide. Karena emang pada saat itu agamawan
(Kristen) dijadiin tameng para raja dan kaisar di Eropa untuk melegalkan dan
menjustifikasi setiap kebijakan yang dibikinnya. Karuan aja, hal ini menuai
protes dari para cendekiawan saat itu, sehingga sering terjadi cekcok antar
keduanya. Sementara karena yang berkuasa para raja dan ataukaisar, mereka
yang kayaknya mendominasi
kekuatan saat itu,
sehingga seringkali para ilmuwan kudu ngalah atau bahkan kalo
menentang akan dihukum oleh penguasa saat itu.
Contohnya ilmuwan Galileo Galilei yang punya ide bahwa pusat
tata surya adalah Matahari (Heliosentris),
sementara pihak gereja
dan raja udah
punya pendapat duluan,
kalo pusat tata surya adalah Bumi
(Geosentris). Si Galileo kekeuh dengan pendapatnya, karena itulah dia musti
menerima hukuman dari
sang raja, karena
dinilai tidak taat
padanya. Keadaan seperti itu
berlangsung terus selama
bertahun-tahun, hingga Eropa
memasuki masa Dark Age. Sampe prostes para cendekiawan atau
ilmuwan itu memuncak yang titik kulminasinya diambillah jalan
tengah. Agama cuman
boleh bergerak di
gereja-gereja, sementara untuk urusan kehidupan sehari-hari, jadi
urusan para cendekiawan untuk mengaturnya yang saat itu disebut masa Renaisance
alias kebangkitan.
Ide sekularisme itu
dianggap manusiawi dan
di sisi lain
ternyata Barat menggunakan sekularisme sebagai
alat penjajahan. Untuk
itulah sekularisme akhirnya
dibawa juga ke negeri-negeri Islam.
Rupanya upaya sekularisme
ini berlaku juga
pada masalah V-Day, sehingga sampe-sampe remaja kita
bilang “nggak usah bawa-bawa agama”. Tapi apa benar ya, V-Day nggak
ada kaitannya dengan
agama atau pun
budaya? Hem.. buat
kamu yang kekeuh berpendapat
kayak gitu, mending baca lagi tulisan yang udah-udah. Dan ternyata V-Day
berasal dari Agama Kristen dan Budaya Romawi Kuno khan?
Kita kupas dari sisi budaya dulu aja deh. Kalo emang bener
legenda itu berurat akar dari Romawi
Kuno, mustinya nggak
pantas buat kita
untuk ngadopsinya. Bukan
aja nggak pantas, tapi
budaya pagan itu
emang bertentangan dengan
fitrah manusia alias
nggak manusiawi. Tahu khan
budaya Pagan? Yup
budaya pagan itu
sama dengan budaya jahiliyah, budaya jahiliyah itu
identik dengan kebodohan.
Gini aja deh,
daripada kita yang
memvonis budaya pagan
identik dengan kebodohan, mending bareng-bareng kita
berpikir tentang akar sejarah budaya jahiliyah di masa sebelum Islam datang,
atau pada masa sebelum para nabi diutus. Contohnya di masa Nabi Ibrahim, ketika kaumnya
menyembah berhala, Nabi
Ibrahim khan sudah
mencela tuhan-tuhan mereka.
Karena tuhan yang mereka agungkan berupa berhala batu atau tuhan bikinan. Saat itulah Nabi
Ibrahim mengajak kaumnya
menyembah tuhan yang
benar, yang manusiawi, yakni Allah
SWT dan meninggalkan
budaya jahiliyah menyembah
berhala. Karena tuhan yang mereka sembah berupa berhala itu
nggak sedikit pun bisa menolong mereka. Sampesampe kalo
ada lalat yang
nemplok di wajah
para berhala itu,
dia (berhala) sendiri
pun nggak kuasa untuk mengusirnya. Nah kalo melindungi diri sendiri aja
kagak bisa, gimana bisa dijadiin tuhan yang akan melindungi orang yang
disembah. Ya nggak?
Ajakan untuk ninggalin
budaya jahiliyah itu
nggak cuman di
jaman Nabi Ibrahim,
di masa Rasulullah SAW
ketika beliau di
Mekah menyebarkan Islam
juga seperti itu.
Dan siapapun dari kita yang beragama, pasti akan setuju kalo budaya
kayak gitu adalah budaya jahiliyah. Buktinya pihak gereja yang saat itu
diwakili Paus Galesius I, menganggap budaya Romawi Kuno
berupa festival Lupercalia
adalah budaya yang
salah atau menyimpang, sampe kemudian
dia menganggap budaya
itu kudu dihilangkan
atau paling nggak dibungkus dengan hal-hal yang berbau
agamis (Kristen).
Bukan berarti ketika udah ada agama yang lurus dan manusiawi,
berarti budaya jahiliyah itu hilang. Nggak juga. Di Indonesia sendiri, selain
agama kita juga diperbolehkan punya aliran
kepercayaan, yang katanya
aliran kepercayaan ini
akarnya berupa adat
budaya, seperti Gatoloco, Darmogandol, dll. Padahal dari segi
praktiknya, banyak ritual dari aliran kepercayaan itu
yang bertentangan dengan
agama (Islam), bahkan
bisa jadi menuhankan para berhala-berhala baru, seperti
sebuah keris, dengan ritual seperti doa-doa yang nggak jelas sumbernya,
kemenyan, dll.
Itulah budaya, friend.
Nggak bisa dijadikan
standar benar atau
salah, manusiawi atau nggak.
Malahan bisa membuat
orang keblinger, ketika
harus mencari tuhan
lewat jalur budaya. Nah, seperti
itu juga yang terjadi pada budaya V-Day versi Romawi Kuno.
Oya tadi kita
katakan juga kalo
budaya jahiliyah itu
budaya yang nggak
manusiawi atawa nggak sesuai
fitrah manusia. Ya,
karena emang pada
fitrahnya manusia itu butuh “yang
disembah”, meskipun dia
orang atheis atau
komunis sekalipun. Manusia
memang nggak bisa menghindar
untuk selalu mengagungkan
sesuatu sebagai tuhan,
yang bisa dilakuin oleh manusia
adalah “mengalihkan” tuhan-nya siapa atau apa. Orang atheis emang tidak
menyembah tuhan layaknya orang Islam ataupun Kristen, tapi dia mengalihkan rasa
kebutuhan akan sang pencipta kepada para tokoh komunis, benda-benda yang
menurutnya magis. Nah, ketika kita mencari tuhan, trus nemuin tuhan yang
seperti itu (komunis, atheis, pagan), maka sebagai fitrahnya manusia, apakah
akal kita puas, apa hati kita tentram? Kalo kita tentram binti puas, itu
artinya kita masih berpikir jahiliyah. Begitcu…
Mungkin ada juga yang setuju kalo V-Day itu dibilang budaya,
tapi bukan budaya kuno, malahan dibilang V-Day itu budaya modern yang berasal
dari Barat. Untuk itu, doi sampe ngebelain
untuk ngajak orang
ninggalin V-Day karena
menurutnya nggak sesuai
dengan adat budaya bangsa
timur, termasuk Indonesia.
Ada yang nyeletuk
bilang kalo aktivitas seks bebas, pornografi, pornoaksi,
selama berlangsunya V-Day itu nggak sesuai dengan adat bangsa ini, yang masih
kuat memegang adat ketimuran. Menurutnya, V-Day sudah berbau kebarat-baratan.
Jadi, nggak pas kalo budaya Barat itu kita contek untuk kita yang disini.
Kalo ada yang ngomêl seperti itu, mungkin ada benarnya juga. Tapi nggak 100%
benar. Sebab apa yang
disebut Barat atau
Timur, seharusnya mewakili
ideologi negara-negara yang disebut
Barat dan Timur. Tapi kenyatannya apa bisa dibilang budaya Timur itu lebih sopan
dari Barat? Gimana dengan budaya Kamasutra yang dimiliki orang-orang Hindustan.
Atau kalo kita teliti relief-relief candinya orang Budha atau Hindu yang ada di
Indonesia, disitu terdapat gambar-gambar porno. Kita tahu banget khan, kalo
candi itu dibikin udah ratusan taun yang lalu, bahkan sebelum negeri ini
terbentuk. Nah lho !
Emang di negeri-negeri Barat kayak di Eropa pada abad yang
udah baheula, pas jaman Victorian, udah ada pornografi. Bahkan dalam kamus
fashion mutakhir, sebuah jenis Beha Kinky
bernama Victorian Corsette
pun dibuat dengan
melihat semangat kultural
Eropa pada jaman tersebut.
Di Amerika kita lihat film-film Amerika yang bahkan kalo
kita mensurvey secara statistik maka kita akan mendapati bahwa Amerika
merupakan negeri produsen film BF terbesar di dunia. Industri besar produsen
film berlendir seperti Vivid Enterprise, Hustler, hingga yang indie label
semacam Dogfart adanya di Amerika. Majalah produsen gambar porno seperti Playboy, Penthouse,
Hustler, dll adanya
juga di Amerika.
Bahkan industri ketelanjangan yang memasarkan via internet
juga terbesar berpusat di Amerika.
Tapi bukan berarti orang timur lebih baik dari semua itu.
Selain contoh diatas, akhirnya orang
Timur atau bahkan
Indonesia sendiri udah
bisa bikin film
porno, atau VCD
porno, kayak “bandung lautan asmara” atau “anak ingusan” yang dulu
pernah heboh. Sementara itu industri seks terbesar juga berada di Indonesia,
tepatnya di Gang Dolly (Surabaya), dan Kanton
(cina). Bahkan keduanya
disinyalir omzetnya lebih
gede dari distrik
Harlem di Amsterdam Belanda.
Nggak cukup itu,
di dunia maya,
Indonesia juga mendapat
juara peringkat dua setelah Rusia, sebagai negara yang membebaskan
budaya porno via internet.
Nah sobat, amat
sangat nggak tepat
sekali, kalo kita
mengukur V-Day dengan
budaya timur, atau membatasi masalah porno dari segi budaya aja. Sebab,
emang faktanya ukuran atau standar itu absurd bin nisbi. Kalo ukuran V-Day itu
cuman dibatasi oleh sekat budaya sebuah negara, maka itu akan sangat relatif.
Karena seperti kita tahu juga bahwa budaya itu adalah hasil produk manusia. Maka akan sangat dipengaruhi
oleh siapa yang bikin budaya tersebut.
Emang sih kalo melihat akar sejarahnya V-Day berasal dari
budaya Romawi Kuno, tapi seiring berkembangnya jaman ternyata perayaan V-Day
khan nggak cuman urusan budaya, tapi
juga urusan perilaku, nilai dan norma atau bahkan agama. Karena toh
akhirnya V -Day nggak cuman dirayain
oleh orang Romawi
atau Kristen, nyatanya
termasuk kita yang muslim
pun ikut latah merayakannya. Nah
kalo kita ngaku muslim,
udah pasti kita
akan bertanya kepada agama kita Islam. Tul nggak sobat?
Ok, sekarang kita
kupas dari sisi
apa V-Day itu
termasuk ritual agama
atau nggak. Kembali lagi kalo
kamu ngebaca apa yang udah kita kupas sebelumnya, ternyata ritual VDay adalah
memperingati kematian seseorang
yang bernama Valentine.
Entah Valentine seorang pastur,
seorang bishop ataupun orang biasa, (apalagi kalo orang-orangan sawah… hee..nggak ding),
tapi sejarah menunjukkan
bukti kalo ritual
memperingati kematian itu dilakuin oleh orang Kristen atau pihak
gereja. Itu artinya memang ritual V-Day berasal dari agama, lebih khusus lagi
adalah Kristen.
Trus kenapa kalo emang V-Day berasal dari agama Kristen? Ya,
berarti itu udah jadi ‘hak milik’ agama itu, dan nggak layak bagi agama lain
ikut ngerayainnya, apalagi kalo secara sukarela
bin ikhlas kita ikut merayakannya. Kalo itu udah jadi ritual dari agama
tertentu, maka itu artinya bagian dari cara ibadah mereka. Sama aja kalo
misalnya sholat lima waktu udah jadi bagian dari cara ibadah umat Islam, masak
orang Kristen, budha atau hindu ada yang
mau ikutan sholat?
Nggak ada khan?
Nah, aneh banget
kalo V-Day itu
udah jadi bagian cara
ibadahnya orang Kristen,
eh.. kita malah
seneng banget ngikutinnya.
Dasar tulalit.
Untuk lebih detilnya pembahasan V-Day diteropong dari sisi Islam akan dibahas di bab berikutnya. Tapi
setidaknya dari sini
kita udah yakin
banget kalo V-Day
nggak ada akar sejarahnya dari
agama kita Islam.
Upaya untuk membolehkan
ritual V-Day bercampur budaya maupun
agama Islam, sebuah
usaha yang sia-sia
aja, karena nggak
akan pernah terkait atau bahkan
bertentangan 180 derajat.
Jadi kalo di
awal tadi disinggung
tentang nggak boleh
bawa-bawa agama kalo ngomongin V-Day, ternyata eh ternyata
lha wong V-Day itu bawaan dari agama tertentu. Ya kalo
nggak disangkutin agama
ya pasti nyangkut,
karena emang V-Day
bagian ritual atau cara ibadah.
Adapun kalo V-Day itu diadopsi secara universal, pertanyaannya adalah apa
pantas atau seberapa penting V-Day dijadikan ritual yang universal? Jangan
dikaitkan dulu V-Day dengan
kasih sayang, konon
katanya V-Day diperingati
sebagai hari kasih sayang. Karena nggak setiap kasih sayang
terwujud dalam V-Day, dan nggak setiap ritual V-Day adalah berupa kasih sayang.
Sehingga dari sisi sumber sejarah, ritual dan perayaanya sendiri emang V-Day nggak layak dijadikan ajaran universal.
Siapa yang berani menjamin kalo
perayaan V-Day selalu
berbuntut kasih sayang?
Nggak ada khan?
Yang ada, praktiknya malah
V-day dijadikan ritual
anak manusia untuk
baku syahwat, entah
itu pacaran ataupun zina itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar