AHLAN WA SAHLAN

Jumat, 10 Februari 2017

Benarkah Memberontak Terhadap Penguasa Yang Sah Adalah Haram Dan Hal Tersebut Tidak Dibenarkan Dalam Islam

Benarkah Memberontak Terhadap Penguasa Yang Sah Adalah Haram Dan Hal Tersebut Tidak Dibenarkan Dalam Islam




Syubhat

Benarkah Memberontak Terhadap Penguasa Yang Sah Adalah Haram Dan Hal Tersebut Tidak Dibenarkan Dalam Islam

Penjelasan

Pemberontakan yang dilarang dalam Islam adalah pemberontakan terhadap penguasa kaum muslim atau khalifah yang berhukum dengan syari’at Islam.

Adapun terhadap pengauasa kaum muslim yang mencampakkan syari’at Islam di tengah-tengah perjalanan kekuasaannya maka harus diperangi. Dan terhadap penguasa negara sekular yang tidak berhukum dengan syari’at Islam sejak awal kekuasaannya maka harus berlepas diri darinya, disertai perjuangan untuk mengembalikan kehidupan islami.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: خيار أئمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم ويصلون عليكم وتصلون عليهم وشرار أئمتكم الذين تبغضونهم يبغضونكم وتلعنونهم ويلعنونكم ، قيل يا رسول الله أفلا ننابذهم بالسيف؟ فقال: لا ما أقاموا فيكم الصلاة وإذا رأيتم من ولاتكم شيئا تكرهونه فاكرهوا عمله ولا تنزعوا يدا من طاعة [رواه مسلم]

Lafazh aimmatikum (imam-imam kalian) di situ menunjukkan para khalifah, karena merekalah pemimpin kaum muslim (yang dimaksud “kalian” oleh Nabi saw di hadits itu adalah kaum muslim). Sedangkan para pemimpin selain negara Khilafah tidak bisa disebut atau diklaim sebagai pemimpin kaum muslim.

Alasan “selama mereka masih mendirikan shalat” menunjukkan bahwa sistem yang dimaksud Rasulullah saw adalah sistem Islam, karena mengharuskan pemimpinnya muslim ditandai dengan “mendirikan shalat”.

ينكر تعالى على من خرج عن حكم الله المحكم المشتمل على كل خير، الناهي عن كل شر وعدل إلى ما سواه من الآراء والأهواء والاصطلاحات، التي وضعها الرجال بلا مستند من شريعة الله ... ومن فعل ذلك منهم فهو كافر يجب قتاله حتى يرجع إلى حكم الله ورسوله، فلا يحكم بسواه في قليل ولا كثير

“Allah mengingkari siapa-siapa (penguasa) yang tidak menerapkan hukum Allah swt yang jelas, konprehensif meliputi segala kebaikan dan mencegah dari segala keburukan, serta berpaling kepada selainnya yang berupa pendapat, hawa nafsu, dan istilah-istilah yang ditetapkan oleh manusia tanpa bersandar kepada syari'at Allah ... siapa-siapa dari mereka melakukan hal tersebut maka ia telah kafir wajib diperangi hingga kembali menerapkah hukum Allah dan Rasul-Nya, maka tidak boleh berhukum kepada selain hukum Allah, baik sedikit maupun banyak” [Ibnu Katsir, Tafsiru-l-Qur-aani-l-’Azhiim, 3/131]

وأما من عطل منهم شرع الله ولم يحكم به وحكم بغيره ؛ فهؤلاء خارجون عن طاعة المسلمين فلا طاعة لهم على الناس ؛ لأنهم ضيعوا مقاصد الإمامة التي من أجلها نُصبوا واستحقوا السمع والطاعة وعدم الخروج

“... Sedangkan siapa-siapa dari mereka (penguasa) yang memberhentikan penerapan syari'at Allah swt, tidak berhukum dengannya dan berhukum dengan selainnya, maka mereka itu keluar dari (tidak layak) mendapat ketaatan kaum muslim, maka tidak ada kewajiban bagi kaum muslimin menaati mereka, karena mereka telah menghilangkan tujuan dari pada imamah (menerapkan syari'at Allah), dimana untuk itulah mereka diangkat serta diberikan ketaatan dan kepatuhan, dan tidak boleh memberontak (terhadap mereka).” [Al-Atsariy, ‘Aqiidatu-s-Salafi-sh-Shaalih Ahli-s-Sunnah wa-l-Jamaa’ah, 132]

Jika kaum muslim tidak lagi memiliki pemimpin (khalifah), maka solusinya berlepas diri dari pemimpin-pemimpin yang menyeru pada kesesatan, selain tentunya mendakwahkan islam semampunya.

عن حذيفة بن اليمان يقول كان الناس يسألون رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الخير وكنت أسأله عن الشر مخافة أن يدركني فقلت يا رسول الله إنا كنا في جاهلية وشر فجاءنا الله بهذا الخير فهل بعد هذا الخير من شر قال نعم قلت وهل بعد ذلك الشر من خير قال نعم وفيه دخن قلت وما دخنه قال قوم يهدون بغير هديي تعرف منهم وتنكر قلت فهل بعد ذلك الخير من شر قال نعم دعاة على أبواب جهنم من أجابهم إليها قذفوه فيها قلت يا رسول الله صفهم لنا قال هم من جلدتنا ويتكلمون بألسنتنا قلت فما تأمرني إن أدركني ذلك قال تلزم جماعة المسلمين وإمامهم قلت فإن لم يكن لهم جماعة ولا إمام قال فاعتزل تلك الفرق كلها ولو أن تعض بأصل شجرة حتى يدركك الموت وأنت على ذلك .

Dari Hudzaifah bin Yaman berkata, orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir akan menimpaku, maka aku katakan: wahai Rasulullah saw, kami dahulu berada dalam masa jahiliyyah dan keburukan, kemudian Allah swt datangkan kebaikan ini (Islam), lalu apakah setelah kebaikan ini ada keburukan? beliau berkata: “Ya”. aku berkata: dan apakah setelah keburukan tesebut ada kebaikan lagi? beliau berkata: “Ya, dan di masa itu ada asap (bertanda polusi)”. aku bertanya: apa asapnya? beliau menjawab: “kaum yang memberi petunjuk dengan selain petunjukku, kamu mengenali di antara mereka dan mengingkarinya”. aku bertanya: apakah setelah kebaikan itu ada keburukan? beliau menjawab: “Ya, para pendakwah di depan pintu-pintu neraka jahannam, siapa yang memenuhi seruan mereka maka mereka akan melemparkannya kedalamnya (Jahannam)”. aku bertanya: gambarkanlah (tentang mereka) kepada kami wahai Rasulullah saw. Beliau berkata: “mereka adalah dari kalangan kita, berkata-kata dengan bahasa kita pula”. aku bertanya: lalu apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku ada di masa itu? beliau bersabda: “Berpegang teguhlah terhadap jama'ah kaum muslimin dan imam mereka (khalifah)”. aku berkata: bagaimana jika mereka tidak lagi memiliki jama'ah dan imam? beliau berkata: “Maka jauhilah kelompok-kelompok (yang menyeru kepada kesesatan) tersebut seluruhnya, sekalipun kamu harus menggigit akar pohon hingga kematian menjumpaimu sedangkan kamu dalam kondisi seperti itu”. [HR. Al-Bukhori]


Semoga Bermanfaat.. Barakallah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar